Lebih dari 3 minggu saya hilang kontak dengan Iwan, semenjak ia dan Budi Chandra terbang meninggalkan Bandara Soekarno-Hatta, pada tanggal 16 April 2012 lalu. Pesan singkat yang saya terima kemudian adalah melalui facebook yaitu saat ia dan Budi Chandra melaporkan keberadaannya di KJRI Pnom Phen, Kamboja setelah melakukan perjalanan beberapa hari dari kota Ho Chi Minh Vietnam. Setelah itu tidak akan kontak sama sekali.
Saya memaklumi hal ini karena Iwan tentu saja tidak akan menghamburkan uang hanya untuk mengirimkan kabar, apakah melalui telepon atau media lainnya. Baginya, bekal uang yang dimilikinya yang jumlahnya sangat terbatas tersebut akan lebih penting untuk menunjang perbekalan makan-minum daripada untuk mengirimkan kabar dengan membeli pulsa telepon.
Menjelang satu bulan perjalanan, akhirnya saya mendapatkan kabar dari Iwan. Saat itu ternyata ia telah berada di wilayah Malaysia. Tepatnya di kota Johor yang tidak jauh dari perbatasan dengan Singapura. Kabar mengejutkan saya terima yaitu tentang "perpisahan" Iwan dengan Budi Chandra yang telah menemaninya sejak berangkat dari Bandara Jakarta dan melintasi 3 negara, yaitu Vietnam, Kamboja, dan Thailand.
Sifat keras kepala Iwan sepertinya yang menjadikan perpisahan dua sahabat tersebut. Alasan yang dikemukakan Iwan pada saya adalah karena ada perbedaan prinsip dan pendapat antara ia dengan Budi Chandra selama dalam perjalanan. Perbedaan ini sudah tidak bisa mereka pertahankan lagi saat akan memasuki wilayah Malaysia. Iwan dan Budi Chandra akhirnya bersepakat untuk melanjutkan perjalanan sesuai iramanya masing-masing.
Atas kondisi ini tentu saja saya marah besar pada Iwan. Ketika merencanakan perjalanan ini saya sudah wanti-wanti agar ia mampu mengekang emosinya. Ia harus bisa menyesuaikan diri dengan partner perjalanan apapun kondisinya. Ia tidak boleh memaksakan kehendak meskipun ia memiliki pengalaman yang lebih banyak tentang perjalanan bersepeda dibanding rekannya tersebut. Ia tidak boleh egois...dsb....dsb.... Pesan ini pun saya ulangi saat saya mengantar Iwan ke Bandara Soekarno-Hatta, 16 April 2012 lalu.
Nasi sudah menjadi bubur. Apapun alasan Iwan kepada saya, alasan tersebut tidak bisa saya terima!
Kemarahan tersebut terpaksa saya longgarkan ketika mengetahui dari seorang sahabat di kota Johor Malaysia (Mbak Tina) bahwa sejak memasuki wilayah Malaysia kesehatan Iwan menurun. Kepalanya terasa berat! Meski sudah meminum obat sakit kepala namun rasa cenut-cenut tersebut tidak jua sirna.
Kepada Mbak Tina, saya meminta agar mengizinkan Iwan beristirahat total hingga pulih kembali.
Hari Jumat, 18 Mei 2012, Iwan melanjutkan perjalanan kembali dengan menembus wilayah Singapura untuk kemudian menyeberang ke Pulau Batam. Di pulau ini ia sempat berisitirahat selama dua hari dan menumpang beristirahat di masjid raya Batam.
Pagi tadi ia menyeberang ke Riau Daratan dengan menumpang kapal Feri dari pelabuhan Sekupang, Batam dengan tujuan pelabuhan Tanjung Buton.
Sore ini Iwan mengabarkan telah berada di kota Siak dan akan menginap di kota kecil ini. Esok, ia akan melanjutkan perjalanan menuju kota Pekanbaru.
Diceritakan oleh Kuwat Slamet
Senin, 21 Mei 2012
Sponsored by Polygon
1 comment:
jauhhh banget gan, vietnam jakarta naek sepeda prok prok deh
Post a Comment