Rencana ini sudah
kupikir sejak tahun 2007, setelah aku melakukan perjalanan sepeda ke pulau bali
dan mendaki 3 gunung. Sebuah perjalanan yang sebenarnya diluar kemampuanku.
dimana perjalanan ini adalah perjalanan yang belum pernah aku lakukan tanpa
tahu apa resikonya. aku sebelumnya belum pernah sekalipun jalan kaki jarak jauh
walau hanya sebatas jakarta-bogor. jadi perjalanan ini adalah perjalanan yang
kulakukan dengan bermodal semangat baja saja. apalagi aku juga ga tau tentang
kekuatan kaki ku dalam berjalan kaki, berapa lelah yang akan kudapat dan berapa
kuat aku bertahan berjalan dalam seharinya.
Tahun 2011 ini baru
bisa aku realisasikan, itu karna dari 2007 sampai tahun 2010 aku masih ada
rencana lain yang ku anggap lebih utama untuk didahulukan..
Sebenarnya perjalanan
ini adalah perjalanan yang cukup nekat, bagaimana tidak, aku gagal mencari dana
dari pengajuan proposal yang aku ajukan ke perusahaan2 yang aku pikir bisa
untuk diajak kerjasama.
mungkin mereka
berpikir kalo perjalananku ga layak di dukung walau perusahaan tsb kalo
beriklan tentang adventure atau olahraga jalan kaki.
bahkan lsm yang
terkenal, yang rencananya ingin kuajak untuk bergabung ga ada jawaban dari
proposal yang ku ajukan, padahal perjalananku bertema berjalan untuk bumi dalam
memperingati hari bumi tanggal 22 april. maksudku biar perjalananku bisa
terekspos dengan baik dan menjadi inspirasi orang lain. karna lsm ini sangat
berpengaruh bagi publik. lsm ini adalah lsm besar. tapi nyatanya lsm ini adalah
lsm payah...capek deh, gada duitnya ya makanya gamau gabung..
Hanya tekad yang
kupunya untuk merealisasikan perjalanan jalan kaki ini, bagaimana tidak,
seminggu sebelum berangkat, aku belum dapat dana. akhirnya dgn terpaksa
sepedaku yg kurus, aku jual seharga 300ribu. Dan sampai aku berangkat aku hanya
membawa duit 500ribu dengan tambahan 200ribu dari temanku yang wakil camat
koja. tapi aku tak lupa menghubungi abangku agar bisa membantu pendanaan untuk
perjalanan ini via transfer rekening bank, sebagai dana cadangan kalo ada apa2 dijalan.
Akhirnya dengan dana
seadanya, hari minggu tanggal 24 april pagi aku mulai melakukan perjalanan
jalan kaki ini.
Perjalanan arah
berangkat sengaja aku pilih menyusuri jalan pantura yang melewati cikampek pamanukan lohbener cirebon tegal
pemalang pekalongan semarang pati rembang tuban brondong gresik surabaya hingga
pasuruan.
perjalanan jalan kaki
perhari aku hanya mampu mencapai jarak 40 - 50 km, berbeda dengan perjalanan
yang menggunakan sepeda, sehari bisa mencapai 200 - 250 km.
Perjalanan jalan kaki
ini aku bertumpu pada sebuah sandal dan pembalut wanita yang kuletakkan di
telapak kaki dan di tutup kaos kaki. karna ternyata jalan kaki mempunyai efek
yang sangat berbeda dengan bersepeda, dimana telapak kaki akan cepat panas dan
bisa melepuh hebat. hal inilah yang menjadikan alasan kenapa berjalan kaki
jarak jauh membutuhkan pembalut wanita. dengan pembalut wanita, telapak kaki
akan terasa empuk dan nyaman saat melangkah.
dan satu lagi,
penggunaan sepatu tidak layak untuk perjalanan jalan kaki jarak jauh, karna
sepatu lebih memberikan efek yang lebih tidak baik bagi kesehatan kaki. yaitu
kaki akan lebih cepat panas dan membuat jari kuku perih dan mengelupas. mungkin
karna faktor ujung jari akan sering membentur ujung sepatu dan tidak adanya
ventilasi udara.
jadi sandal adalah
pilihan yang paling tepat dalam melakukan perjalanan jalan kaki jarak jauh,
lebih fresh dan lebih nyaman, hanya saja kita akan membutuhkan banyak sandal
untuk berjalan itu.
dengan bersepeda yang
biasa aku lakukan selama ini.
biasanya disaat
bersepeda, terutama dipulau jawa ini, aku akan lebih sering berhenti di titik2 yang
kuanggap tepat seperti kantor polisi atau mesjid dan sekretariat mapala sebuah
kampus. tapi karna perjalanan jalan kaki ini hanya dapat menghasilkan jarak
hanya 40km perhari, maka aku akan lambat sampai tujuan suatu kota yang biasanya
lebih cepat dengan bersepeda.
makanya kuambil
keputusan kalo aku harus menyamakan tempat bermalam tanpa harus beristirahat
pada tempat yang semaunya seperti bersepeda. maka dengan pengalaman dijalan
yang aku lakukan, aku memilih bermalam pada setiap spbu yang ada dipinggir
jalanraya, karna dengan pertimbangan spbu adalah tempat umum yang selalu ramai
dan bersahabat bagi siapa saja, pengendara ato orang yang ingin beristirahat di
tempat itu. hanya saja aku harus lebih sedikit waspada dengan barang bawaanku,
mengingat di spbu banyak pengunjung, baik pengendara motor, mobil pribadi atau
truk.
Di spbu aku akan
memilih beristirahat di musholanya, tentunya dengan meminta ijin pada petugas
spbu sebelumnya.
Memilih bermalam di
spbu adalah hal yang tepat untuk perjalanan jalan kaki ini, lebih bebas dan
nyaman. daripada aku harus singgah dikantor polisi dan masjid. dimana kalo
singgah untuk numpang bermalam di dua tempat itu, sangatlah malas, maklum
dikantor polisi banyak sekali pertanyaan curiga dari petugas jaga, sedang
mesjid selalu saja dicurigai akan
keberadaanku saat
tidur di areal masjid. intinya aku sudah hapal pahit getirnya kalo bermalam di
dua tempat itu..
sebuah perjalanan
jarak jauh intinya, kita harus bisa mencari kenyamanan dan kebebasan saat
beristirahat malam hari.
Dari pasuruan aku
berjalan menyusuri jalan yg menuju arah gunung bromo. ya untuk menuju ke gunung
semeru aku memang sengaja ingin melewati bromo. aku rindu pada lautan pasirnya,
aku ingin menyebrangi lautan pasir sampai ke desa ranupane dikaki gunung semeru.
aku pernah ke bromo tahun 1997, jadi wajar kalo aku merundukan bromo kembali,
mengingat keindahannya layak untuk dinikmati berulang kali.
Dari pasuruan aku
menyusuri jalan yang kian lama kian menanjak. jarak yang tidak aku ketahui
antara pauruan - gunung bromo membuat rencanaku berubah. mulanya aku pikir aku
bisa mencapai bromo dalam sehari dan berniat bermalam dekat bromo. tapi
kenyataannya jarak pasuruan - bromo cukuplah jauh, dan lagi jalan terus
menanjak.
menjelang isya aku
tiba di sebuah dusun, aku bermalam pada sebuah mesjid, setelah aku minta ijin
pada pengurus mesjid.
di dusun ini cuaca
lumayan dingin hingga aku tidur yang hanya berselimut sarung, harus tidur tanpa
nyenyak. pagi subuh pun saat mengambil air wudhu terasa sekali dingin air itu.
sungguh malam pertama di areal kaki gunung yang dingin.
Setelah pamit pada
pengurus mesjid dan berterima kasih, aku melanjutkan kembali perjalananku.
jalan kian lama kian menanjak, tapi aku tetap bersemangat dan menikmati
perjalanan itu hingga akhirnya aku tiba di simpang dingklik sebelum dzuhur.
disini aku beristirahat sebentar melepas lelah, mengatur nafas dan sambil
menikmati pemandangan gunung bromo dan batok dibawah sana dgn hamparan lautan
pasirnya.
Setelah kurasa cukup
beristirahat, aku langsung menuruni jalan yang berliku hingga sampai dibatas
lautan pasir jam 12.30 . tadinya aku berniat kembali untuk bermalam di dekat
bromo tapi mengingat waktu yang masih siang maka kuputuskan untuk terus
melanjutkan perjalanan menyebrangi lautan pasir hingga sampai ranupane, desa di
kaki gunung semeru.
Dalam perjalanan
mengarungi lautan pasir, aku kadang tak bisa melihat jalan dengan jelas
dikarenakan kabut yang menghalangi pandangan mata. tapi semuanya ga menyurutkan
aku untuk terus melangkah walau aku berjalan seorang diri di lautan pasir yang
luas. kadang memang aku berpapasan dengan penduduk yang mencari rumput tapi aku
lebih banyak melewatinya dengan suasana sepi.
Akhirnya keinginanku
untuk menyebrangi lautan pasir dari kawasan bromo menuju ranu pane tercapai,
aku bisa mengekspresikan nya dengan penuh hikmah.
aku juga merasa
nikmat bisa solat ditempat yang sepi dan sunyi, sungguh ini sebuah kebebasan yg
indah dalam berpetualang.
menjelang magrib aku
tiba di ranupane dengan gelap yang mulai datang.
Ranupane adalah desa
kecil yang lumayan ramai di kaki gunung semeru yang masuk dalam kabupaten
lumajang, dari desa inilah rencana pendakianku ke puncak semeru akan ku mulai.
malam ini aku
bermalam di pondok pendaki yang telah disediakan oleh pengelola taman nasional
bromo tengger semeru. disini udara begitu dingin, dan menjadikan aku tak bisa
membuat mimpi dengan indah. aku hanya bisa meringkuk dalam sarung yang
kugunakan sebagai senjata pamungkas menahan rasa dingin.
Dalam perjalanan
jalan kaki ini memang sengaja aku hanya membawa peralatan sesederhana mungkin
agar aku bisa bergerak dengan beban yang tak berat.
mulanya memang aku
berniat untuk membawa lengkap peralatan pendakian tapi disaat aku melakukan
simulasi perjalanan jalan kaki dari sunter ke rumah dinas abangku di bintaro,
aku bisa mengambil kesimpulan bahwa melakukan perjalanan jalan kaki, aku harus
membawa beban seringan mungkin karna kalo beban yang kita bawa berlebih dan
berat maka tekanan gravitasi pada kaki akan lebih terasa cepat pegal dan
otomatis telapak kaki kan panas dan cepat melepuh. belum lagi pundak aku kan
terasa pegal yang membuat perjalanan ga nyaman karna akan selalu istirahat
untuk melepas lelah pundak.
Dengan keputusanku
yang membawa beban seringan mungkin itu, aku mengabarkan temanku yudi avtech,
menjelaskan kalo peralatan gunung yang di sponsorinya tidak semua aku bawa
untuk memperingan beban. dan aku berjanji untuk membuat dokumentasi yang
menonjolkan logo avtech selama perjalanan.sedang peralatan yang tidak aku bawa,
yang sudah di sponsorinya akan kugunakan pada perjalanan bersepeda berikutnya.
intinya aku tetap
menjadi petualang yang setia pada avtech yang telah mendukungku dan selalu
mendukung setiap perjalanan2ku. terima kasih banyak avtech, padamu aku selalu
loyal dan tetap menjaga loyalitasku ini.
Jadilah malam itu aku
hanya tidur dengan sarung tanpa hangatnya sleeping bag dan matras.
Walau malam aku tidur
kedinginan tapi sebenarnya merasa puas, aku bisa merasakan kembali suasana
pegunungan yang segar yang damai, tidak seperti suasana kota yang semrawut
dengan polusi yang menyesakan pernapasan,
Dan perlu diketahui
sebenarnya aku juga rindu akan suasana dingin yang menggelisahkan disaat tidur.
Aku jadi teringat
saat aku masih permulaan mendaki dan mengenal gunung. aku selalu melakukan pendakian
dengan sangat minim peralatan, aku hanya mengandalkan sarung dan jaket tanpa
pernah tidur dalam tenda dengan sleeping bag yang hangat. mengalami dingin
malam adalah makanan kebiasaanku tiap saat mendaki. bahkan tidak jarang aku
tidur dalam keadaan hujan yang hanya tertutup ponco, sebuah jas hujan yang bisa
dibuka lebar.
Semuanya adalah masa
lalu, sebuah masa dimana aku ditempa oleh keadaan yang sangat sederhana dan
pengalaman minim digunung yang membuatku kuat terhadap suhu dingin gunung.
Esoknya aku bangun
terasa segar, aku duduk didepan pondok
pendakian sambil berjemur sinar matahari pagi. kupandangi alam desa ranupane
dekat pos pendakian, sungguh sebuah suasana desa yang damai. rasanya membuat
betah untuk menikmati suasana yang tidak ada di kota ini.
dengan segelas kopi
hangat kunikmati pagi sambil merenung indahnya pagi, segarnya udara juga
persiapan untuk mendaki nanti.
Setelah puas
berjemur, aku menuju pos pendakian untuk mendaftar perijinan pendakian, namun
karna hari itu tidak ada sama sekali pendaki yang akan naik maka aku disuruh
menunggu. aku dilarang melakukan pendakian seorang diri walau aku merasa berani
dan sanggup untuk mendaki sendiri.
Dengan terpaksa aku
menuruti peraturan yang ditetapkan petugas dan jadilah hari itu aku seharian
menghabiskan waktu dengan santai dan berjalan jalan di sekitar pos pendakian.
tapi aku juga
berjanji akan melakukan pendakian nekat sendiri tanpa ijin jika esok hari tidak
ada pendaki yang datang. karna aku berpikir bahwa aku harus cepat menyelesaikan
misi perjalanan jalan kaki ini yang menjadikan gunung semeru sebagai titik
akhir ujung timur aku berjalan.
aku tidak mau berlama
lama di ranupane untuk menunggu pendaki yang datang karna aku masih mempunyai
jarak perjalanan yang masih jauh menuju pulang ke jakarta.
Dengan bersabar
akhirnya benarlah seharian aku hanya bisa menunggu dan menunggu. dan malam pun
kembali datang mengantarkan sajian udara dingin kembali pada tubuhku yang hanya
berbalut sarung.
Di ranupane aku hanya
sendiri, belum ada pendaki yang akan mendaki karna itu aku dilarang untuk
mendaki walau aku sanggup melakukan pendakian sendiri.
esok paginya, aku
kembali bangun dan langsung berjemur sinar matahari agar badanku hangat setelah
semalam udara dingin menemani tidurku..
sambil nongkrong aku
memandangi kebun2 penduduk yang menghampar di depan mata, sungguh damai suasana
disini.andai saja aku tinggal disini rasanya mungkin aku betah dan mencintai
kedamaian ini.
Lamunanku buyar
tatkala sebuah truk berhenti di pos pendakian. dua pendaki turun dengan membawa
ransel yang cukup besar. rupanya hari ini aku di takdirkan untuk mendaki juga
tanpa harus menunggu lama. akhirnya ada juga pendaki yang datang sehingga aku
dapat mendaki bersama.
kuhampiri mereka dan
mencoba untuk kenalan. aku bertanya tentang asal mereka dan kapan mendakinya.
Ternyata mereka
berasal dari bekasi dan akan mendaki segera mungkin setelah mendaftar ijin
pendakian di pos jaga..setelah cukup kenal, akhirnya kami sepakat mendaki bersama. akupun mengambil tasku dan mulai
mempersiapkan pendakian.
Dua teman baruku itu
bernama deden dan agun, tanpa ada kendala kami bertiga langsung terlihat akrab
dan bisa menyesuaikan keadaan dan perasaan masing2..
Sekitar jam 8 pagi,
setelah mempersiapkan perbekalan air secukupnya, dengan berdoa sejenak kami
langsung bergegas memulai pendakian. langkah kami sama, beriringan tak saling mendahului, deden berjalan paling
depan sedang agun ditengah dan aku dibelakang.
sengaja aku memilih
berjalan paling belakang agar aku bisa mengontrol teman baruku itu. tak ada
dalam benakku untuk meremehkan mereka berdua tapi pengalaman yang kupunya
membuatku ingin menjaga keduanya selama dalam perjalanan mendaki. aku
menganggap mereka adalah teman yang asyik untuk mendaki bersama walau mereka
baru kukenal dan belum tahu sikap dan sifat mereka.
Dalam pendakian itu
aku hanya ingin sebagai penyeimbang tanpa ingin mengajarkan mereka dan
menganggap diriku leader dalam pendakian bersama itu. aku juga tidak merasa
semerta merta jauh lebih tua atau lebih pengalaman, aku hanya berpikir sebuah
pendakian yang dilakukan bersama ini adalah pendakian yang harus dilakukan
dengan kompak dan sehati walau kami baru saja berkenalan.
Kesimpuilannya adalah
bahwa deden dan agun adalah dua pemuda yang hobi mendaki tapi tidak egois dan
cepat beradaptasi dengan pendaki yang baru mereka kenal sepertiku. karena kami
saling pengertian maka sebuah pendakian ini terasa lebih akrab tanpa ada rasa
sungkan diantara kami.
Menjelang tengah hari
kami tiba di ranu kumbolo, sebuah danau di tengah gunung yang biasa menjadi
tempat camp para pendaki. disini kami hanya beristirahat sejenak dan mengambil
perbekalan air yang cukup banyak untuk perbekalan sampai puncak dan kembali ke
sumber air ini lagi.
setelah itu kami
kembali melanjutkan pendakian dengan beriringan seperti semula. berjalan dengan
irama yang sama dan akan beristirahat sejenak untuk mengatur nafas yang
terengah yang kadang sambil merokok dan bercanda.
selama perjalanan
pendakian ini kian lama kami kian terasa akrab dan saling menjiwai watak
masing2, sungguh indah memang jika kita mendaki bersama dengan teman yang baru
saja kita kenal tapi ternyata teman itu sangat mengasyikan dan saling
pengertian.
Akhirnya tanpa
kendala kami melewati oro oro ombo dan kalimati, hingga kami memutuskan terus
mendaki dan bermalam di arcopodo..sebuah tempat titik pemberhentian terakhir
para pendaki sebelum menuju puncak semeru, pada esok dini hari ato menjelang
subuh.
arcopodo adalah
sebuah tanah agak lapang dan datar permukaan tanahnya. yang terasa cukup nyaman
untuk mendirikan tenda.
disini deden dan agun
mendirikan tenda dome, sedang aku ingin mendirikn bivak dengan flysheet yang
aku bawa. tapi baru saja aku mengeluarkan flysheet dari dalam tas deden sudah
berteriak agar aku jangan membuat bivak tapi mengajakku untuk berbagi dalam tenda
mereka, apalagi katanya tenda mereka memang cukup menampung tiga orang..
akhirnya aku mengalah dan merasa dihargai, tanpa berpikir lama aku langsung
segera membantu mereka mendirikan tenda karna hari sudah mulai gelap saat kami
tiba di tempat ini.
kebersamaan inilah
yang menjadikanku lebih menghargai mereka walaupun mereka lebih muda
dariku..aku ga berani mengajari ato menggurui mereka. aku hanya berani share
ato memberikan saran selama dalam pendakian ini.
Setelah tenda
berdiri, aku segera melakukan sholat dan menyendiri sejenak.sedang deden dan
agun membuat air panas yang akan dijadikan seduhan kopi atopun teh.
keheningan malam itu
memberikan suasana yang damai bagi diriku untuk merenung kembali perjalanan
yang sedang aku lakukan dari jakrta hingga semeru ini.
tidak lupa aku berdoa
dan berterima kasih atas karunia dan kesehatan yang diberikan padaku hingga aku
sampai di semeru ini tanpa kendala yang berarti.
setelah itu aku masuk
tenda dan bergabung dengan deden dan agun, kami banyak bercerita dan saling
tukar pengalaman sambil menikmati hangatnya kopi dan hisapan rokok. kami saling
bercanda dan saling memberi masukan..kami
bercerita apa saja, panjang lebar dan penuh keakraban..
menjelang tidur kami
sepakat bahwa kami akan mulai mendaki jam 4 pagi. akupun memasang alarm jam
3.30 agar aku bisa memasak dahulu membuat mie buat sarapan sebelum mendaki ke
puncak.
tanpa di komando,
akhirnya kami terlelap dalam mimpi kami masing2..membuat mimpi dengan jalan
cerita masing2 pula..
Tepat jam 3.30 alarm
hp ku berbunyi, aku bangun lalu membangunkan deden dan agun, bergegas aku
mengambil nesting dan menuang air dari botol kemasan air mineral, lalu membakar
parapin untuk memasak mie. dalam pagi yang dingin itu kami bersiap diri untuk
mendaki menuju puncak, sambil menunggu matangnya mie yang aku masak.
tak lama hanya untuk
memasak mie. setelah matang kami segera menyantap sarapan pagi itu untuk
mengganjal perut kami guna menambah energi dalam perjalanan ke puncak..
selesai makan, kami
mulai mempersiapkan pendakian. deden dan agun terlihat mulai menutupi bagian
tubuhnya dengan jaket sarung tangan dan kupluk, begitu kaki ditutupi gaiter
setelah memakai kaos kaki dan sepatu. sedang aku hanya mempersiapkan kupluk,
kaos kaki dan sandal. sedang badanku hanya kututupi kaos lengan panjang dan
sarung.
tak
lupa aku membawa daypack untuk membawa perbekalan air dan kue2 makanan ringan.
(bersambung....)
5 comments:
ini serius tulisaan fakta???
woooow kereeeeeeen... kaki ajaib itu.
yang naik kendaraan aja blom tentu sampe Semeru :)
keren om petualangannya...
JejakShally, trims komennya. Ya, itu perjalanan riil... Semua ada dokumentasinya... Silakan baca tulisan yang per hari bila mau hehehe
Luar biasa bang perjalanan anda
Salut dengan tekad dan kerja keras yg anda laluin
SALUT bung Iwan Sunter...BRAVO untuk setiap petualangannya...
Post a Comment