Kamis, 24 April 2014
"Gw dah lari dapet 7km. Barusan gw rest untuk ngopi dan boker. Sekarang siap untuk lari lagi: run for love..." (08:03)
"Posisi ogut, rest siang di masjid Roudlotus Sholicin Karang Lincak, Kragan. Cuaca panas masih menemani." (11:38)
"Gw lagi di border Jateng Jatim. Rest bentar ngambil gambar." (15:26)
Hanya selang beberapa menit setelah mengirim sms di atas, Iwan menelpon saya. Saat berbicara, nada suaranya tampak normal meski saya masih bisa merasakan ia sedang mengatur nafasnya. Iwan menjelaskan kondisinya saat ini. Dan saya pun lebih banyak bertanya hal-hal lain yang sedang tidak ia ceritakan.
Iwan menuturkan bahwa kedua telapak kakinya masih normal. Tidak melepuh sebagaimana saat ia berjalan kaki 3 tahun lalu. Saat itu, telapak kakinya melepuh lebar dan akhirnya mengelupas. Dengan kondisi seperti ia tetap mengayunkan langkahnya hingga luka itu mengering dengan sendirinya. Menurutnya, telapak kaki yang melepuh disebabkan sandal yang saat itu ia pakai kurang bagus. Tidak menapak pada seluruh telapak kaki. Tekanan hanya ada pada bagian depan dan belakang telapak kaki saja. Akibatnya bagian tengah telapak kurang mendapat tekanan yang malah berdampak pada munculnya air di balik kulit luarnya.
Sejak itu, Iwan hanya menggunakan sandal jepit 5 ribuan yang ternyata lebih nyaman untuk digunakan berjalan kaki hingga perjalanannya tuntas. (silakan lihat catper Iwan di tahun 2011-red)
Kondisi telapak kaki Iwan saat ini baik-baik saja. Bila pun ada yang melepuh, hanyalah di bagian jari kaki. Itupun tidak semua jari kaki. Hanya dengan dibalut hansaplas Iwan tetap masih bisa berlari dengan normal. Hal ini didukung oleh sepatunya yang agak longgar.
Bagian sepatu yang mulai rusak ada di bagian belakang. Saat berlari, menurut Iwan, beban pijakkan lebih berada di sebelah kiri saat kaki kiri memijak dan berada di sebelah kanan saat kaki kanan memijak. Akibatnya bagian kiri belakang sepatu kiri dan bagian kanan belakang sepatu kanan mulai menipis. Namun demikian, diperkirakan sepatu tersebut masih bisa digunakan hingga mencapai kota Surabaya,
Di akhir pembicaraan saya bertanya kira-kira berapa hari lagi mampu mencapai Surabaya? Setelah merenung dan memprediksi jarak, ia segera menjawab insya Alaah 4 hari lagi! Dan saya pun menutup pembicaraan dengan mengingatkan kembali agar ia lebih berhati-hati di perjalanannya.
"4 hari lagi masuk Surabaya. Berarti yang pernah gw lakukan, jalan kaki Jakarta Surabaya 19 hari dan lari 20 hari, jika tanpa rest 2 hari di Cirebon dan Semarang." (16:44)
"Edan daerah Bancar pombensin jauh banget. Gw rest dulu, makan mie. Ntar masih lanjut. Kalo nggak ada pombensin, nyari masjid atau polsek." (19:40)
"Gw sekarang nginep di Polsek Tambakboyo..." (21:09)
Dikisahkan oleh Kuwat Slamet
No comments:
Post a Comment