Monday, January 07, 2008

WILIS SAUDARAKU....


Setelah selesai dengan perjalanan bulan juni hingga agustus 2007, aku kembali mengikuti jiwa adventureku untuk mengobati rinduku akan sebuah pendakian.

Desember dengan musim hujannya, mengundang aku kali ini untuk menjamahWilis dalam rancangan rencana pendakian 20 gunung dengan membawa sepeda polygon ke puncaknya. Dan Wilis merupakan sasaranku dalam perjalanan kali ini, yang kebetulan bersamaan dengan adanya undangan dari Mapala Pelita IKIP PGRI Kediri yang sedang melaksanakan diklat anggota baru. Disini aku dimohon membantu dalam hal memberi pemasukan wawasan terhadap angggota baru guna lebih mengerti arti sebuah kegiatan di alam bebas. Aku tidak keberatan, aku sendiri merasa perlu bertukar pikiran dengan anggota baru karna biar bagaimanapun menilai seseorang tidak dilihat dari sering atau tidaknya seorang pernah mendaki gunung tapi bagiku setiap orang mempunyai kelebihan masing2 walaupun orang tersebut baru mengenal dunia yang akan digelutinya, minimal aku bisa lebih belajar dari watak mereka, BUKAN jam terbang seperti yang didengungkan sebagian besar senior anak Mapala.

Aku sendri bukan apa2, aku hanya sebuah regenerasi dari mas Paimo, Jawara sepeda jarak jauh Indonesia yang tak bisa dipungkiri bahwa beliaulah referensi otakku untuk menjadi bagian dari petualang2an ku dalam pendakian gunung dengan membawa sepeda.

Setelah menempuh perjalanan 5hari dari Jakarta ke kota Kediri dengan guyuran hujan yang kadang menyapaku dalam perjalanan ini, aku tiba dengan selamat dan langsung disambut teman Mapala dengan senyuman, teriakan dan emosi riang. Maklum aku disini sudah seperti saudara tua yang selalu berbagi pengalaman dan pandangan.

Setelah beristirahat semalam, esoknya aku mengayuh sepeda menuju desa Bajulan kecamatan Loceret kabupaten nganjuk untuk memulai pendakian.
Disini teman2 Pelita berkumpul untuk mendaki Wilis dengan anggota baru, sedang aku sebagai tamu akan berusaha membantu semampuku.

Lepas waktu solat isya, mereka berangkat, sedang aku dan seorang teman pelita mendaki esok hari mengingat ada seorang anggota baru yang mengalami sakit, jadi aku menemani teman pelita untuk mengawasi anggota yang sakit agar esok dapat mendaki dengan doa semoga pulih untuk mendaki. Kami menginap diwarung yang biasa dijadikan came sebelum mendaki.

Esoknya setelah sarapan pagi dan dengan tubuh yang lebih segar, kami bertiga yang tersisa dari rombongan lain berangkat menuju indahnya tubuh Wilis.
Aku mendaki membawa ransel dan sepeda polygon yang pernah menemaniku ke sumbawa bulan juli agustus lalu.sedang temanku dan anggota baru mendaki dengan perlengkapan biasa.

Kami susuri punggungan wilis dengan awal pemandangan hutan pinus dengan jalan setapak yang masih sempit namun licin karna seringnya hujan.pendakian kami jalani dengan santai sembari menikmati pemandangan dengan peresapan tinggi. Kadang kami isitirahat sambil membahas tentang gunung lain yang sudah payah hutannya hingga terlihat kurang menarik untuk didakinya.

Tengah hari sebelum kami sampai di tempat came rombongan lain yang berada di sumber air, anggota baru yang kemarin sakit kembali merasakan sakit dan merasa tidak mampu untuk terus mendaki. Akhirnya diputuskan, temanku kembali turun mengawal anggota yang sakit, sedang aku terus mandaki mengingat aku harus memberi sedikit wawasan dan pandangan kepada anggota baru yang lain tentang cara aman mendaki gunung, berbagi pengalaman dan tukar pikiran.

Akhirnya aku tiba di came rombongan lain, akupun berisitirahat sejenak lalu memasang tenda untuk menginap disamping tenda2 teman.tapi rupanya anggota baru sedang ke puncak dengan teman pelita yang lain. Aku sendiri hanya berbincang2 dengan yang lain sambil menunggu mereka yang mendaki, turun lagi.
Malamnya setelah waktu isya barulah acara obrolan malam dilaksanakan. Semua anggota baru dan teman pelita berkumpul, juga aku. Disini kami saling berbagi cerita dan tukar pikiran.

Walaupun diantara rombongan lain aku yang paling tua, dengan selisih umur 7 sampai 17 tahun, aku berusaha untuk tidak merasa sebagai orang yang lebih pintar atau lebih berpengalaman tapi aku menganggap kami semua sama sebagai orang yang hobi dengan kegiatan alam bebas, jadi tidak ada jarak diantara kami. Disini tidak ada istilah senior junior tapi persaudaraan. Dan mungkin ini yang menjadikan aku sedikit istimewa di mapala Pelita.

Dengan diselingi senda gurau ciri khas anak kediri kami bincang2 penuh akrab, hingga waktu dibubarkan dengan hujan. Kamipun masuk ke tenda masing2 lalu tidur dengan mimpi yang berbeda2.
Esoknya aku melanjutkan pendakian kepuncak karna aku selain menghadiri undangan Mapala Pelita, aku juga sedang melaksanakan plan pendakian dengan sepeda.

Lalu diputuskan kembali, kalau anggota baru dan sebagian teman untuk turun mengingat cuaca yang kurang bersahabat. Sedang sisanya, 3 orang ikut mendaki denganku karna belum mendapat dokumentasi dan 3 orang menunggu ditenda.
Setelah aku beres2 dan menyiapkan segala sesuatunya kami mendaki ber4.

Seperti biasanya pendakian yang aku lakukan berbeda dengan pendakian biasa karna harus turun naik bergantian membawa ransel dan sepeda. Dan yang pasti pendakianku memang sedikit lambat. Sedang temanku berusaha mengimbangi pendakianku. Lagipula mereka bisa menikmati pendakian dengan lebih santai namun nikmat.

Singkatnya setelah bersusah payah mendaki karna jalur yang kami lewati licin dan sedikit terjal, akhirnya kami tiba di puncak sekitar pukul 12 siang. Kamipun langsung ambil gambar dan saling berfoto bersama. Bahkan sepedaku laku,teman2ku berebutan untuk berfoto ria dengan”nya”.

Setelah puas berfoto, kami bergegas turun karna cuaca yang semakin tak bersahabat. Hujan turun deras dengan hembusan angin kencang hingga memaksa kami mengenakan rain coat dan sedikit mengendap eandap menghindari kencangnya angin, maklum jalur pendakian wilis antara came dengan puncak medannya terbuka. Sepanjang jalur hanya sabana dengan sedikit hutan. Dan ini yang menjadikan kami harus hati2.

Aku dengan perjalanan turun yang lambat karna harus extra hati2 agar sepedaku tak jatuh, berjalan dibelakang, sedang ketiga temanku sengaja kusuruh turun duluan dan tak perlu menunggu agar mereka lekas sampai di came dan teman lain yang menunggu tidak gelisah.
Akhirnya pula aku sampai di tempat came lagi walaupun dengan susah payah. Mengingat perjalanan turun gunung dengan membawa sepeda lebih sulit dan sangat hati2.

Begitu sampai came, hanya istirahat sebentar, kami bergegas turun agar tidak kemalaman dijalan sebelum sampai desa bajulan. Kamipun segera beres2 dan merapikan peralatan kami masing2 dan langsung turun.
Dari came ini jalur perjalanan turun lebih sedikit mudah walau kadang masih ada turunan terjal. Kamipun saling berjalan cepat sedikit berlari, maklum waktu sudah menunjukan jam3 sore.
Dengan perjalanan yang tergesa2, kami saling bergantian jatuh bangun karna jalan yang licin dengan tawa saling mengejek.

Akhirnya kami tiba di desa bajulan pas waktu magrib, hari sudah mulai gelap. Kamipun beristirahat sejenak di warung lagi sambil memesan minuman teh atau kopi hangat. Dan setelah semuanya beres kami turun kembali pulang ke kediri.
Teman2ku saling berboncengan motor, sedang aku bersepeda ria dengan kawalan satu motor dibelakang.
Sedang teman lain dan anggota baru sudah turun dan pulang ke kediri dengan mencarter mobil bak terbuka sejak sore.
Singkatnya kami semua sampai dikediri lagi dengan selamat.

Dan…….
Ternyata pendakian wilis lebih sulit daripada pendakian ke rinjani dan lebih banyak memakan tenaga.


Wilis….
Dikau adalah saudaraku…
Seperti saudaraku Mapala pelita yang selalu menanti diriku dengan senyuman dan rasa riang.
Tak ada kota lain yang lebih bahagia saat aku berada di kediri dari kota2 lainnya. Dan wilis…dikau merupakan bagian dari itu semua…
Suatu saat aku pasti kembali lagi, karna….
AKU CINTA PADAMU WILIS <
Iwansunter desember 2007>

Iwansunter thanks to :
- Allah Yang Maha Akbar dan Muhammad saw
- Almarhum Bapak Tercinta dan Ibu Tercinta
- My Wife dan George Mallory, anakku
- Pak Ahmad Hariadi, wakil Camat Koja Jakut
- Pak Peter, Manager Promotion Polygon
- Kuwat Slamet, Kepala Balai Diklat Depkeu Yogya
- Mapala Pelita Ikip PGRI Kediri (spesial to: Dian, Demo, Balung, Aripin, Sandi)
- Kepala, mata, pundak, kaki, pantat dan anggota tubuhku lainnya
- Jalan raya, hujan, udara segar dan matahari
- Pemandangan dan semua potret kehidupan yang aku aku lihat dijalan
- dan lainnya yang belum disebut satu satu
Mudah2an perjalanan kali ini menjadikan pemikiranku lebih bijak dari hari ini dan perjalanan ini kujadikan sebagai tempat untuk belajar, amin….