Saturday, May 24, 2014

Petualangan 2014: FINAL ETAPE LARI JAKARTA SURABAYA PP, Hari ke-48 (MASUK JAKARTA..........!!!!)

LAST ETAPE LARI JAKARTA SURABAYA JAKARTA!!!


Sabtu, 24 Mei 2014 (HARI KE-48)

Hari ini adalah hari terakhir petualangan tahun ini. Iwan menargetkan sore ini ia bisa masuk kembali ke Jakarta. Menuju kediamannya di daerah Sunter Agung, Jakarta Utara.
Tadi malam ia beristirahat di Bekasi!
Seperti petualangan-petualangan sebelumnya, tidak ada selebrasi apapun menyambut keberhasilan Iwan melakukan petualangan yang agaknya cukup langka ini. Ya, bisakah Anda menyaingi dia melakukan hal yang sama? Berlari sejauh lebih dari 1000 km????
Saya sudah seach di google. Nampaknya belum ada yang menginformasikan tentang kegiatan seperti ini sebelumnya.
Saya pun sudah mendaftarkan petualangan Iwan tahun ini dan beberapa petualangan tahun-tahun sebelumnya ke Museum Rekor Indonesia, namun nampaknya hingga kini tidak ada respon! Mungkin harus bayar sejumlah uang kali ya untuk bisa mendapatkan sertifikat dari MURI??? (maaf, bila skeptis! Karena ini bukan yang pertama kali saya mendaftarkan diri Iwan ke situs resmi MURI)

Saya atas nama Iwan mengucapkan terima kasih atas bantuan dan kerja sama semua pihak yang telah menyukseskan petualangan Iwan kali ini.

Saat menulis hal di atas (Sabtu, 24 Mei 2014, pukul 07:23) dari depan komputer di rumah saya, saya belum menerima sms dari Iwan.
begitu ada sms, akan saya tuliskan di bagian bawah ini.
Selamat untuk Iwan!!! You are the best, at least in our family!

***

Nah setelah ditunggu-tunggu, akhirnya ada kabar dari Iwan via SMS.

"Gw di Bekasi di tempat Mawan. Nyantai dech di warnetnya. Nih gw habis sarapan nunggu nasi turun. Ngopi, ngudut dulu sebelum lari pulang." (08:19)

"Tadinya minggu mau slametan atas kuatnya sepatu "Devin" di Bunderan HI. Tapi karena Devin ada acara ke Lembang, jadinya minggu besok cuma mau nongkrong ngopi aja ama temen yang biasa nongkrong ama gw di bunderan HI." (08:24)

"Tadinya Mawan mau ngawal gw pulang. Tapi dadakan ada kondangan. Jadi dia nggak jadi." (09:08)

Tiba kembali di Jakarta (perbatasan dengan Bekasi)

"Gw lagi di Kelapa Gading. Lagi rest makan. Gw sengaja lari hari terakhir emang agak nyantai." (12:47)

"Gw udah di jalan Danau Sunter. Mau ke kantor Avtech dulu. Lapor" (13:31)

"Gw udah di Avtech." (13:47)

"Gw minta jatah nasi padang sama udut 234 sebungkus ke Boz Avtech sebagai tanda akhir perjalanan lari ini." (14:00)

Dan........selesailah sudah tugas saya untuk meliput perjalanan Iwan Sunter kali ini.
Dikisahkan oleh Kuwat Slamet

Friday, May 23, 2014

Petualangan 2014: Lari Jakarta Surabaya PP, Hari Ke-47 (Karawang - Bekasi)

Jumat, 23 Mei 2014 (Hari ke-47)


Iwan meminta untuk memberi judul "pelarian" nya hari ini dengan judul: Karawang - Bekasi.

"Temen fb gw yang ngasih nginep, karyawan PT Daihatsu. Edan, berangkat kerjanya dari Subuh. Dapet transportasi bus sich tapi begah juga ya kerja berangkat gini hari." (05:29)

"Di pinggir jalan tempat temen gw nunggu bus jemputan, rame banget karyawan dari berbagai PT. Orang yang jual makananpun juga banyak. Yang gila lagi pengemis-pengemis juga udah berseliweran dari subuh. Memanfaatkan kondisi."

"Gw udah di Lemah Abang, depan stasiun kereta." (07:25)

"Tumben gw lari sampe 2 jam baru rest." (07:30)

"Gw di pombensin tempat gw rest siang waktu berangkat. Ngademin mata di musholanya. Nich pombensin paling nyaman di antara pombensin yang gw singgahi. Biarpun tengah hari terik tetapi tetap nyaman karena teduh di kelilingi pepohonan. Pokoknya rest di halaman mushollah ini dijamin pules. Bisa mimpi indah." (08:26)

"Gw nggak jadi tidur takut bablas smape magrib. Gw juga takut mimpi indah ketemu bidadari. Pasti ntar dikatain: tuh bidadari matanya merem atau mabok?" (09:47)

"Gw udah di terminal Cikarang. Mau nyopet dulu, kerja sambilan. Lumayan buat tambah-tambah ongkos ke Hanoi perjalanan tahun depan hehehehe..." (09:49) ---just kidding

"Gw stop ah. Rest siang di masjid Cibitung." (10:25)

"Habis Jumatan gw tidur, sekalian sholat Ashar. Habis ashar langsung sikat mie ayam ama jus alpukat." (16:01)

"Gw udah di Bekasi dari magrib tadi." (21:17)


Dikisahkan oleh Kuwat Slamet

Petualangan 2014: Lari Jakarta Surabaya, Hari Ke-46

Kamis, 22 Mei 2014 (Hari Ke-46)


"Habis minta ijin mandi, Kang Uyuh udah nyediain segelas kopi. Mantab....." (06:16)

"Ngopi sambil duduk di kursi di halaman kantor gedung Bulog, dengan halaman luas pepohonan mangga, segar udara pagi ini." (06:20)

"Menjadi jiwa dan hati yang sederhana tidaklah mudah. Kelembutan mengalir bagai air sungai yang tenang, rasanya aku belum bisa. Tapi setidaknya kelak aku ingin belajar. Sekilas waktu yang singkat aku di takdirkan untuk mengenal sosok tukang sapu ini. Semoga dirimu selalu sehat Kang Uyuh. Keberkahan untuk hidupmu. Amiin." (06:49)
Kang Uyuh dengan rutinitas pekerjaannya


"Gw udah pamit sama Kang Uyuh. Gw udah lari tapi nggak tau tumben dada gw berdebar. Makanya gw rest bentar di gapura perbatasan." (07:15)

"Asem, ngedeketin Cikampek malah macet. Nafas gw jadi ngap. Banyak debu ama asep knalpot." (08:10)

"Gw udah di Cikampek." (10:21)

"Gw udah di Karawang." (16:07)

"Gw lagi nyantai di Kota Karawang, cuci mata." (17:16)

"Judul Besok: Karawang - Bekasi" (18:09)

"Ada temen fb yang ngajak nginep. Sekarang gw di kos nya. Manteb nyaman damai." (19:38)

di tempat kos teman

Dikisahkan oleh Kuwat Slamet

Wednesday, May 21, 2014

Petualangan 2014: Lari Jakarta Surabaya PP, hari ke-41 s.d. ke-45

Wuihhh 5 hari sudah saya tidak bisa meng-update blog ini. gara-garanya, ada urusan di luar kota. Ya sudah, tepaksa laporannya saya gabungkan dari hari Sabtu, 17 Mei 2014 s.d. Rabu, 21 Mei 2014.

Sabtu, 17 Mei 2014 (Hari ke-41)

"Gw lagi mandi dan boker di sungai tempat gw dulu juga singgah sewaktu jalan kaki 2011." (06:43)

"Tadi pagi jam 4 gw udah bangun karena udara dingin. Maklum Ajibarang deket perbukitan." (06:52)

"Gw baru kelar mandi nich lagi nunggu kering." (07:01)

"Pagi ini cuaca redup mendung." (07:55)

"Gw udah di Bumiayu." (09:06)

"Dari kecamatan Payuyangan jalan menurun ke Bumiayu. Gw nahan dengkul. Dari Bumiayu ninggalin kotanya jalan menanjak. Gw nahan betis." (11:03)

"Masuk Bumiayu tadi cuaca udah panas lagi." (11:04)

"Kadang di saat gw lari di jalanan sepi dan di bawah terik matahari gw merasa kayak orang gila. Kendaraan yang lewat satu-satu itu cuma ngeliat heran." (16:17)

"Gw udah di Prupuk." (16:18)

"Jalur yang gw lewati asik, sepi. Nyusuri pinggiran kali dan pesawahan." (16:38)

"Gw mau nggak mau lari malam. Di Ketanggungan ada temen cs gw. Kalau pun nggak dapet Ketanggungan, ntar bisa di jemput evakuasi. Paginya di balikin." (17:53)

"Gw pasang lampu depan belakang." (18:00)

"Tadi pas di tempat gelap ada ibu-ibu entah dari mana di pinggir jalan. Dia teriak kenceng begitu pas dia nengok mau nyeberang liat gw. hehehhe gw di sangka setan kali." (18:33)

"Gw bingung, kalo lari malam gw kok malah manteb. Apa faktor karena nggak panas ya." (18:34)

"Lari kayak sekarang di jalur Prupuk Ketanggungan, lari malam yang gelapnya pekat ditambah sepi. Penerangan cuma dari kendaraan yang lewat. Butuh mental dan cinta jalan raya." (18:40)

"Gw udah di Larangan. Ketanggungan kata temen gw 7 km lagi." (19:21)

"Satu setengah jam lalu gw dah sampe di rumah temen gw." (23:14)

"Gila! Jalur yang gw takutin untuk lari malam akhirnya bisa gw lewati juga!" (23:17)


Minggu, 18 Mei 2014 (Hari ke-42)

"Tadi pagi gw lari 3km untuk bayar utang karena malam di evakuasi temen agar tidur nyaman di rumahnya. Sekarang gw baru mau start karena gw di jamu makan dulu." (09:24)

"Gw udah di Losari." (12:12)

"Nyampe di Losari di rumah Endung juragan es balok langsung disuguhi es timun suri. manteb..." (13:58)

"Gw baru sampe di Mundu." (19:16)

"Gw udah di balai diklat Cirebon." (21:18)


Senin, 19 Mei 2014 (Hari ke-43)

"Mudah-mudah perjalanan Cirebon Jakarta bisa dibikin rileks dan nggak ada halangan. Bisa masuk jakarta hari sabtu sesuai perkiraan gw." (19:45)

"Hari ini gw ngerasain panas yang manteb. Jam 2 mau lanjut aja. jadi mulur setengah jam." (14:25)

"Gw nginep di pombensin." (19:25)


Selasa, 20 Mei 2014 (Hari ke-44)

"Gw udah di Losarang. Rest siang di mesjid." (11:39)

"Gw udah di Kandanghaur. Gw jadi inget waktu berangkat di kasih nginep di PLN Kandanghaur. (15:57)

"Kadang waktu adalah kenangan. Dan kenangan yang mengharukan karena perjalanan ini diberi simpati adalah kedamaian. Terima kasih karyawan-karyawan PLN Kandanghaur atas kebaikan kalian tetap kuingat. Di antara letih dan kantukku saat itu, aku sudah diberi tempat bermalam yang sangat nyaman. Sekali lagi terima kasih." (16:02)

"Di pekuburan Kandanghaur, truk besar, truk gandeng, truk kontener, bus atau mobil pribadi yang biasa ngebut dan suka nyalip, tadi gw salipin semua. Mereka pada kena macet. Cuma gw yang bisa selap selip." (16:43)

"Gw udah di Eretan Wetan." (16:49)

"Gw udah di Patrol." (18:57)

"Gw nginep di masjid Patrol, seperti perjalanan tahun lalu 2013. Juga seperti rest siang waktu perjalanan gw berangkat sebulan lalu." (20:28)


Rabu, 21 Mei 2014 (Hari ke-45)

"Sukra macet total. Gw lari juga jadi sengsara." (07:28)

"macetnya lumayan panjang. Sekitar 5km. Tuh supir pasti pada puyeng." (20:04)

"Gw di Pamanukan. Cuaca panas banget." (11::33)

"Tiduran di halaman masjid dengan angin yang sepoi-sepoi bikin terlena." (13:18)

"Mau mandi dulu. Sholat trus cari makan. Trus lanjut." (13:21)

"Gw di Sukamandi, Ciasem." (16:06)

"Cirebon Jakarta kalo naik sepeda, start jam 7 pagi nyampe jam 7 malem. Eh jalan kaki/ lari 6 hari baru nyampe." (16:09)

"Asem, barusan gw papasan sama orang gila cewek. Eh orang gilanya buang ludah. Sialan di kata gw lebih bau dari dia kali." (16:20)

"Gw di Sukamandi, Ciasem." (16:35)

"Alhamdulillah habis rest siang tadi kaki gw lebih enak. Bisa lari lebih lama dan cepet. Padahal dari bangun pagi pergelangan kaku kanan gw sakit banget. Sekarang gw udah di Patokbesi." (17:10)

"Gw nginep di gudang Bulog Patokbesi." (19:27)

"Namanya Kang Uyuh. Orangnya pendek, sederhana, dan sangat santun. Dia hanya seorang tukang sapu di gudang Bulog. Aku mulai mengenalnya saat dalam perjalanan keberangkatan lari. Aku nggak sengaja rest di rest di depan gudang Bulog yang akhirnya gw beranikan diri untuk masuk minta air minum. Saat itu satpam sedang nggak ada. Hanya ada Kang Uyuh yang menyambutku dengan senyum. Sedikitpun dia nggak curiga dengan penampilanku yang urakan. Tapi dia malah ramah memberi air minum. Bahkan menyilahkan mandi dan membuatkan segelas kopi. Ah Kang Uyuh sosok sederhana yang sangat bisa kujadikan inspirasi." (19:36)

"Dan saat aku berlari sekarang dalam menuju pulang, aku kemalaman. Hari udah gelap dan bayanganku adalah mencari posisi gudang Bulog. Dan alhamdulillah akhirnya ketemu. Aku pun bergegas masuk ke dalam. Huff alangkah senengnya bisa ketemu Kang Uyuh. Kang Uyuh pun senyum dan menyambut ramah. Aku pun diizinkan untuk bermalam." (19:43)

"Siapa Kang Uyuh? Aku kaget bukan kepalang saat seorang satpam bercerita tentang nya. Kang Uyuh cuma seorang tukang sapu namun pribadinya sangat ramah dan sopan. Bahkan kepala gudang bulog di sini sangat sayang dengannya. Kang Uyuh nggak hanya ramah sama karyawan, kuli atau satpam tempatnya bekerja tapi dia ramah sama orang gila. Kerap dia menawarkan makan pada orang gila. Pantas saat aku duduk seorang gila masuk ke dalam cuma sekedar cium tangan Kang Uyuh. Huf nggak habis pikir aku. Aku bersyukur di petualanganku kali ini aku dipertemukan dengan orang yang bisa membuka mata hati ini lebih melihat tentang keramahan." (19:52")
Bersama Kang Uyuh, sosok sederhana, ramah, dan baik hati

Dikisahkan oleh Kuwat Slamet

Friday, May 16, 2014

Perjalanan 2014: Lari Jakarta Surabaya PP, Hari ke-40

Jumat, 16 Mei 2014 (hari ke-40)


"Pombensin kecil tapi bersih. Mushola nya full ac. Dan yang paling penting sangat aman (depan ada polsek)" (06:40)

"Pagi ini gw dapet berkah dari sebuah warung nasi. Untuk ngirit karena duit nipis, gw beli nasi 5 ribu sedapetnya aja. Eh malah dikasih nasi sayur tumis daun pepaya, bihun, sambel, 2 perkedel. Ditambah gw dikasih seplastik teh manis dan 2 pisang. Gw yakin harga aslinya pasti lebih dari 10 ribu. Mudah-mudahan kebaikan pemilik warung menjadi keberkahan bagi hidupnya." (07:41)

"Gw nggak lewat Purwokerto. Gw via Wangon. Langsung nongol di Ajibarang." (13:46)

"Besok target gw paling deket Prupuk." (14:05)

"Gw udah di Ajibarang." (17:35)

"Ajibarang manteb, kulinernya banyak banget. Macem-macem. Tapi gw mesti nyari yang murah. Udah tipis dana lari." (17:41)

"Ajibarang yang kurang manteb: nggak ada angkringan." (17:48)

"Celingak-celinguk cari angkringan nggak ada. Tempe penyet juga manteb lah. Lumayan enak banget. Nambah tenaga. Gw mau lari dikit lagi nyari pombensin di depan." (18:13)

"Gw nggak jadi lari. Gw stay di pombensin Ajibarang ajalah." (18:36)

"Gw kembali ke tahun 2011: gw nginep di pombensin yang sama." (19:01)

"Gw tidur di posisi yang sama 3 tahun lalu: di sudut halama mushola pombensin." (19:11)

"Kalo fisik kuat dan bisa ngikutin titik-titik berhenti jejak jalan kaki tahun 2011, berarti Jakarta 9 hari lagi." (19:16)

"Insya Allah senin siang gw udah masuk Cirebon." (19:21)

Dikisahkan oleh Kuwat Slamet

Thursday, May 15, 2014

Petualangan 2014: Lari Jakarta Surabaya PP, hari ke-39

Kamis, 15 Mei 2014 (hari ke-39)


"Semalam gw tidur di bangku panjang bambu. Paginya gw lari santai sampe Karanganyar nyari sarapan. Menu pagi yang asik: nasi gudeg plus telor. Sekarang nunggu nasi turun..." (07:00)

"Hari ini mood gw payah. Lari baru 3km liat warung lotek malah berhenti. Padahal tadi udah makan nasi gudeg. Pake penutup kopi lagi. Hidup indah kali jadi orang kaya. Petualangan nggak pusing ama duit." (09:16)

"Dua hari lalu gw ketemu sama anak Semper (Jakarta Utara-red). Abis plesiran ke Yogja. Katanya duitnya hilang. Dia coba jalan kaki padahal dia masih pegang hape 2 biji. Yang gw heran tuh anak bego amat milis trus jalan kaki dengan risiko di jalan yang tinggi. Juga biaya makan minum. Kenapa dia nggak jual aja hapenya trus naik kreta. Padahal ibunya udah was-was nyuruh cepet pulang. Awalnya gw simpati. Waktu ngobrol di masjid, gw kasih duit buat makan minum di angkringan. Tapi tambah lama kok gw pikir dia bego banget. Kenapa sampe hari ini masih jalan? Kemarin dia udah teriak minta P3K via sms, kakinya sakit. Mungkin dia pikir kalo dia bisa pulang jalan kaki Yogja Jakarta jadi hebat kali. Padahal jalan kaki itu butuh persiapan lumayan matang. Bukan nyari penyakit dengan cara yang konyol..." (09:33)

Setelah sms di atas, kami saling ber-sms-an membahas kekonyolan si anak Semper tersebut. Kami sebut konyol karena ia tergolong nekad. Hanya karena duitnya hilang ia nekad berjalan kaki pulang menuju Jakarta. Padahal dengan berjalan kaki tentu saja butuh waktu lama, berisiko, dan juga butuh dana untuk makan dan minum. Entah dari mana ia mendapatkan uang untuk makan dan minum yang bila ia dapatkan sebenarnya akan lebih berharga bila ia gunakan untuk membeli tiket kereta api ataupun bus malam.
Agak aneh memang bagi kami berdua, walaupun tetap terbesit rasa iba. Aneh, karena toh ia masih memegang hape 2 buah, meskipun buatan China, yang bisa ia jual untuk sekedar membeli tiket pulang. Aneh, karena bila ia memiliki keluarga, tentu saja ia bisa meminta bantuan keluarganya. Kecuali bila keluarga yang bersangkutan memang tidak peduli.
Ah, akhirnya kami menyudahi pembicaraan tentang si "anak Semper" tersebut dengan tanda tanya di kepala kami masing-masing.
Semoga ia diberikan kemudahan selama dalam perjalanan...

"Gw nyantai di Gombong nich. Tadi sempet tidur setengah jam di warung yang tutup pinggir sawah. Gara-gara liat tempat teduh banget." (09:35)

"Lama nggak ngudut akhirnya gw beli udut karena kangen udut." (16:47)

"Target hari ini Buntu. Tapi Buntu masih 4 km lagi. Gw agak lambat karena hari ini gw banyak berhenti karena lapar. Jadi gw makan mulu." (17:54)

"Pombensin Buntu adalah tempat gw nginep waktu jalan kaki tahun 2011." (18:01)

"Pombensin Buntu adalah pombensin yang paling gw suka di antara pombensin yang pernah gw singgahi. Karena di sini bersih dan juga fasilitas umum gratis. Nggak komersil." (21:52)

Dikisahkan oleh Kuwat Slamet


Wednesday, May 14, 2014

Petualangan 2014: Lari Jakarta Surabaya PP, hari ke-38

Rabu, 14 Mei 2014 (hari ke-38)

Foto saat Iwan memasuki Kab. Demak, beberapa minggu lalu.


"Tadi malam gw nginep di Mapala Universitas Muhammadiyah Purworejo. Gw baru pamit mau lanjut perjalanan, gara-gara keasikan nonton youtube dodit stand up comedy." (08:01)

"Alun-alun kota Purworejo menurut gw adalah alun-alun terluas di Jawa Tengah, mungkin juga se-Jawa." Biasanya alun-alun yang gw lewati di suatu kota di Jawa nggak seluas ini." (08:09)

"Gw udah di Kutoarjo." (09:27)

"Lari baru dapet 4km perut tau-tau laper minta di isi makan pagi. Lemes.... Langsung beli nasi dibungkus, trus makan di bawah pepohonan." (10:49)

"Gw rest siang. Gw di Prembun." (12:47)

"Kembali kena hujan lagi. Padahal Kebumen tinggal 7km lagi." (16:38)

"hehehhe perjalanan jadi semakin lama dan yang pasti nambah budget tak terduga. Waktu jalan kaki (tahun 2011-red) gw bisa irit sehari 20 ribu. Kalo lari seperti ini paling irit sehari 30 ribu." (16:43)

"Gw dah di Kebumen tapi kayaknya masih mau lari nich. Mau sampe tempat gw nginep kayak perjalanan tahun lalu." (18:08)

"Gw baru rest di mushola restoran minang, tempat gw bermalam waktu perjalanan bersepeda dan mendaki gunung tahun lalu. Lari malam emang ngeri. Tipis banget ama jarak bus-bus yang ngebut!" (20:12)

Dikisahkan oleh Kuwat Slamet

Tuesday, May 13, 2014

Petualangan 2014: Lari Jakarta Surabaya PP, hari ke-37

Selasa, 13 Mei 2014 (hari ke-37)


Tak ada sms yang saya terima pagi ini. Sms dari Iwan baru ada pada siang hari.

"Hari ini cuaca terik bikin gw basah kuyub karena keringat. Cuaca nggak seperti kemarin yang lebih ramah dan enak dibawa untuk lari. Setengah 12 tadi gw langsung stop rest di masjid untuk mandi, nyuci, sholat, dan tidur. Ini gw baru bangun. Nunggu matahari agak redupan baru gw lari lagi." (13:53)

"Weleh mau lari kok malah hujan. Redupnya kelewatan." (14:06)

"Karena hujan gw cuma bisa bertahan di Purworejo." (17:17)

"Purworejo masih hujan. Sekarang malah hujan gede." (22.04)

Dikisahkan oleh Kuwat Slamet

Monday, May 12, 2014

Petualangan 2014: Lari Jakarta Surabaya PP, hari ke-35 dan ke-36

Kemarin (Minggu, 11 Mei 2014) Iwan beristirahat total di Balai Diklat Jogja. Selain untuk memulihkan stamina, istirahat total tersebut juga untuk memulihkan cidera pada kaki kirinya. Saya sempat mengirimkan sms yang berisi himbauan agar ia tidak melanjutkan perjalanannya karena khawatir dengan kondisi kaki kirinya yang sudah terasa nyeri. Saya hanya khawatir bila kondisi ini bisa berdampak parah bagi kondisi kaki dia di masa yang akan datang.


Minggu, 11 Mei 2014 (hari ke-35)

"Tidur make AC ternyata enak banget." (05:44)

Atas kekhawatiran saya di atas, Iwan membalas sms, "Ya bener. Tapi kalo dikompres dan di rest-kan nanti akan enak. Kan gw dah cidera sejak di Alas Roban. Makanya di Semarang kmrn gw rest sehari. Besoknya baru manteb." (10:37)


"Ternyata konsumsi makan dan lamanya tidur mempengaruhi kondisi lari. Dan itu terjadi sama gw kemarin." (11:35)

"Perjalanan lari nggak akan gw ulang karena biaya makan dan minum lebih besar daripada perjalanan jalan kaki. Sulit untuk ngirit." (17:59)


Senin, 12 Mei 2014 (hari ke-36)

Pagi ini Iwan melanjutkan kembali "pelarian" nya.

"Gw cuma bisa pamit sama satpam aja. Pegawai lain belum ada." (06:31)

"Gw cabut dulu lah. Mumpung masih pagi." (06:42)

"Gw rest deket simpang Purworejo-Godean-Magelang. Alhamdulillah dah bisa lari 1,5 jam nonstop." (08:25)

"Kaki gw Sabtu kemarin emang sakit banget tapi bukan berarti gw harus stop perjalanan ini. Karena kalo mau tau kesuksesan perjalanan lari ini adalah bagaimana gw bisa mencintai jalan raya rute yang gw lalui dengan baik. Jadi berusaha rileks dan menikmati setiap meter demi meternya..." (09:53)

"Seperti sekarang ini, tatkala gw mulai lapar, gw mencari suasana angkringan yang nyantai yang asik." (09:55)

"Asem. Barusan gw papasan sama bapak-bapak tua main inline skate. Bikin ngiri aja. Perjalanan inline skate Jakarta Surabaya Jakarta, plan tahun 2007 gw yang tertunda tuh!" (10:17)

"Gw udah di Sentolo, Kabupaten Kulonprogo. Rest siang." (12:00)

"Hari ini lari gw udah bisa stabil. Kaki udah enakan daripada Sabtu kemarin." (12:25)

"Gw dah di Wates." (16:29)

"Gw lagi rest di pinggir kali kecil yang airnya lumayan bersih. Menikmati es teh manis setelah tadi makan nasi kucing di angkringan pinggir jalan." (16:42)

"Kartosuro-Balai Diklat padahal jaraknya lebih dekat daripada Balai Diklat-Wates tapi Sabtu kemarin gw emang nggak fit, makanya sampe jam setengah sepuluh malam. Sedang hari ini gw lagi lumayan fit makanya lari terasa enak di samping cuaca nggak begitu panas daripada Sabtu yang amat terik." (16:51)

"Di sini magrib jam setengah enaman. Sama kayak Jatim dan hari ini mulai gelap. Jam 6 udah gelap total. hari ini untuk menjaga kondisi, gw udah cukup lari. Sekarang lagi rest di masjid mau mandi dan sholat. Tapi kayaknya gw nginep di pombensin yang jaraknya 100 m dari masjid ini." (18:03)

"Ohya satu lagi. Jalan yang gw lalui menyempit. Jadi bahaya kalo lari malam. Bus-bus dari tadi kenceng-kenceng." (18:08)

"Sepatu merek Devin (nama temen gw yang ngasih sepatu ini) emang luar biasa. Walau bagian belakang udah tipis tapi masih kuat dihajar lari. Sampe Jakarta dilelang bisa laku 100juta kayaknya hahahaha" (18:20)

"Gw kadang bingung sendiri. Karena ternyata hampir semua masjid yang gw singgahi pas gw rest siang atau malam adalah tempat yang sama yang selalu gw singgahi kalo berpetualang di pulau Jawa. Mungkin karena gw terlalu sering melewati jalur ini." (19:09)

"Udah mandi dan sholat. Seger. Badan nggak lengket dan bau keringat. Tinggal masuk pombensin cari mimpi." (19:47)

Dikisahkan oleh Kuwat Slamet

Sunday, May 11, 2014

Petualangan 2014: Lari Jakarta Surabaya PP, hari ke-33 dan ke-34

Dua hari saya tidak sempat menuliskan kisah perjalanan Iwan, yaitu selama ia melalui kota Mantingan, Sragen, Solo hingga mencapai Jogja.
Saat ini (hari ke-35) Iwan telah berada di pinggir kota Jogja. Ia menumpang nginap di kantor balai diklat di Jalan Raya Solo Km11.

Berikut ini adalah kisah "pelarian" Iwan pada hari Jumat dan Sabtu lalu.

Jumat, 9 Mei 2014 (hari ke-33)

Semalam Iwan menumpang nginap pada sebuah masjid di kota kecil Mantingan.Pagi harinya, ia menyempatkan sholat subuh berjama'ah. Setelah itu ia kembali melanjutkan "pelarian"nya.

Menjelang siang ia mengirimkan sebuah sms yang berisi keluhan pada rombongan motor yang melintas.
"Jalanan seperti punyanya aja. Rombongan motor gede dari dulu selalu rese'. Asal lewat pasti selalu berisik. Pasang sirene dan minta jalan. Kendaraan lain dipaksa minggir. Huh dasar arogan!" (10:31)

"Sragen - Solo - Yogya adalah kawasan penggila angkringan. Terpuaskan dech...krn bisa sering-sering nongkrong di angkringan!" (10:35)

"Cuaca lagi banci. Panas tapi kok hujan gerimis. Rest siang dulu dech Tiduran di masjid setelah Jumatan" (12:53)

"Gw udah masuk Solo. Rest sebentar di angkringan. Bentar lagi langsung menuju Sekre Malimpa Universitas Muhammadiyah Solo di daerah Kartosuro." (17:09)

"Gw udah di Malimpa." (18:58)

"Minta izin kepala Balaim Mas. Besok gw masuk Yogya." (19:22)

"Gw hari ini lari dapet sekitar 50km..." (19:44)



Sabtu, 10 Mei 2014 (hari ke-34)

Pagi hari hingga menjelang sore saya tidak mendapat kabar dari Iwan. Menjelang senja barulah ia mengirimkan sms. Itupun setelah saya me-sms-nya terlebih dulu, menginfokan tempat sasaran menginap untuk dia malam ini.

"Cidera kaki kiri gw mulai terasa nyeri lagi. Kalo emang nanti masih nyeri, besok gw mau rest seharian." (17:58)

"Gw nyampe kantor balai sekitar jam 10-an kali... krn lari dah nggak bisa kenceng. Kaki sakit sekali." (19:21)

Kedua sms ini membuat saya mengirimkan sms yang berisi agar ia beristirahat total atau menyudahi perjalanan. Saya katakan bahwa kaki adalah aset paling berharga yang ia miliki. Bila si kaki cidera berat dan tidak bisa lagi digunakan maka ia tidak akan bisa berpetualang lagi di tahun-tahun mendatang. Kasihanilah kaki kamu, jangan disiksa dengan petualangan seperti ini. Begitu kurang lebih kata saya!
Dan karena saya tahu Iwan masih cukup jauh dari lokasi balai diklat, sementara kaki kirinya cidera, maka saya pun memintanya agar beristirahat saja di pombensin atau masjid terdekat yang ia temui. Besok pagi saja dilanjutkan menuju Jogja.

Dugaan saya ternyata benar. Iwan tidak menggubris permintaan saya! Dasar keras kepala, ternyata ia tetap berjuang menggapai target meski dengan langkah lari menahan nyeri!

"Biarin itung-itung malam mingguan. Ntar ada temen dari Magelang yang lagi meluncur nyusul. Yang penting satpam sudah tau kan kalo gw mau mampir." (19:31)

"Gw udah di jalan masuk menuju balai." (21:12)

"Gw udah di balai." (21:30)

"Kaki udah gw kompres pake es. Sudah lebih enakan. Tapi besok tetep harus rest seharian." (22:26)

Dikisahkan oleh Kuwat Slamet

Thursday, May 08, 2014

Petualangan 2014: Lari Jakarta Surabaya PP, hari ke-32

Kamis, 8 Mei 2014


Rasa jenuh kembali menghinggapi Iwan. Pagi ini ia mulai berlari kembali dari kota Ngawi meskipun dalam kondisi "setengah hati". Maklum, sudah puluhan hari ia berlari menyusuri jalan raya pulau Jawa. Terpaan terik matahari telah menjadi menu harian bagi dirinya.

"Habis sarapan santai dulu nunggu nasi turun." (07:07)

"Hari ini gw males banget lari. Tas kayaknya makin berat. Ditambah mata ngantuk. Gw mau tidur dulu biar bisa fresh." (09:00)

"Tatkala jalan kaki dulu, panas seperti ini masih bisa ku nikmati. Ku renungkan tiap meternya. Tapi kini perjalanan lari ini telah membuatku hanya tertegun dan sudah membayangkan lelah yang ada di depan. Belum lagi debur keringat yang kan menghantam tubuh. Lari secara kejiwaab aja udah lebih sulit daripada jalan kaki." (12:57)

"Kejadian dalam perjalanan seperti ini yang tau-tau males plus ngantuk, mengingatkan gw waktu bersepeda tahun 2006. Lepas dari Lhokseumawe ke arah Langsa, mata gw terasa berat yang akhirnya sepeda gw belokin ke sebuah masjid dan gw langsung tidur kayak orang pingsan." (13:14)

"Kaos MNC yang gw pake dari Jakarta udah gw buang. Gw ganti kaos pemberian League. Begitu juga kaoskaki yang gw bawa dari Jakarta, udah jelek. Gw ganti sama kaoskaki League." (13:20)

"Batu kilometer Ngawi - Mantingan ngaco. Nggak berurut, kadang terbalik-balik. Pantes gw lari perasaan udah 5km tapi batunya turun cuma jarak 1 km. Eh pas lagi santai liat batu kilometer nggak taunya udah loncat jauh selisihnya." (14:35)

(to be continued)

Dikisahkan oleh Kuwat Slamet

Wednesday, May 07, 2014

Petualangan 2014: Lari Jakarta Surabaya, Hari ke-31.

Rabu, 7 April 2014


Pagi ini Iwan melanjutkan "pelarian"-nya menuju Madiun dan Ngawi.

"Bangun tidur, subuhan trus langsung lari sejauh 5km. Trus minggir cari nasi pecel. Bentar lagi masuk kota Madiun." (07:00)

"Gw di stasiun Madiun lagi ambil kaos League yang dipaketkan dari jakarta. Kaos lama gw buang di tempat sampah." (09:13)

"Cuaca panas, gw baru di Maospati. Lari terik matahari emang berat. Bisa lari per-3km aja udah lumayan." (11:55)

"Gw udah nyampe kecamatan Karangrejo. Sekarang lagi menuju ke makam Bapak" * (14:34)

"Lari malam untuk target Ngawi." (18:25)

"Gw lagi santai di indomaret. Beli minum sekalian numpang ngecas hp di halamannya. Gw udah di pinggir kota Ngawi. Tinggal nyari pombensin." (19:37)

"Gw tidur di mess pemain bola, samping stadion Ngawi. Ada temen yang pengen ketemu." (19:58)

*catatan: dalam setiap perjalanannya, Iwan selalu menyempatkan diri mampir ke makam ayahanda di desa Patihan, kecamatan Karangrejo, Magetan. Ia tidak pernah melupakan kisah kepergian sang Ayahanda di saat ia sedang bersepeda menuju Larantuka, NTT di tahun 2006 dalam perjalanan bersepeda seorang dirinya dengan rute: Jakarta - Pulau We, Aceh - Jakarta - Larantuka - Jakarta.
Baca kisahnya di sini: saat kepedihan itu datang

Dikisahkan oleh Kuwat Slamet



Tuesday, May 06, 2014

Petualangan 2014: Lari Jakarta Surabaya PP, hari Ke-30

Selasa, 6 Mei 2014


Pagi ini Iwan memulai kembali "pelarian" nya setelah kemarin ia beristirahat penuh pasca pendakian gunung Wilis di Kediri. Ia berangkat dari kota Nganjuk menuju kota Madiun.




Sumber: efbi nya Mas Demo


"Dalam lariku kuperhatikan seorang gila duduk di atas rumput di bawah sinar matahari yang panas. Tidak nampak sedikitpun dari rau wajahnya terlihat merasa kepanasan apalagi mengeluh. Ia hanya terduduk manis dalam lamunan hidupnya. Dia sabar dan menghikmah cuaca dan suasana." (10:26)

"Tadi baru start dari Nganjuk jam 9 lewat, karena semalem keasyikan ngobrol. Sekarang cuma baru dapet 12 km. Langsung nyari masjid. Mata gw ngantuk. Ntar jam 2 lanut. caruban 17km lagi." (11:47)

"Tidur siang ini terasa enak banget. Mandipun terasa seger. Dan sholat pun nyaman. Sekarang gw lagi makan siang isi tenaga." (13:46)

"Masjidnya nggak terlalu besar tetapi kebersihannya membuat kita nyaman. Tidur ngegeletak di tangga teras aja dah terasa damai." (14:05)

"Caruban 7 km lagi..." (15:40)

"Gw dah di Caruban" (16:50)

(to be continued)

Dikisahkan oleh Kuwat Slamet

Monday, May 05, 2014

Petualangan 2014: Lari Jakarta Surabaya PP, hari ke-29

Senin, 5 Mei 2014


Hari ini mengurungkan niat untuk mulai kembali berlari. Selepas mendaki gunung kemarin, kondisi badannya terasa belum fit. Khususnya di bagian kaki.

"Habis turun gunung Wilis kemarin sore, ternyata pas bangun tidur tadi pagi kaki gw pegel semua. Mau nggak mau hari ini masih rest dulu biar kaki gw fit lagi. Semoga besok dah bisa mulai lari lagi." (12:06)

"Oya tadi malem, gw dapet support dari Lento, salah satu punakawan, berupa jam tangan untuk melihat waktu saat berlari." (12:12)
Di puncak Limas gunung Wilis, 4 Mei 2014

"Setelah malam malam lalu nginep di rumah Aripin dan Sandi, juga pamit....malam ini gw perpisahan di rumah Lento ditemani Demo dan Balung. Artinya 5 punakawan sudah gw tengokin." (20:38)

"Malam ini gw nginep di rumah Balung di Ngronggot. Besok pagi di anter ajudan gw Demo ke Nganjuk dan langsung melanjutkan perjalanan lari menuju Madiun." (21:41)

Dikisahkan oleh Kuwat Slamet

Sunday, May 04, 2014

Petualangan 2014: Lari Jakarta Surabaya PP, Hari ke-27 dan ke-28 (Ambil Bonus alias Ndaki Gunung)

Minggu, 4 Mei 2014


Update petualangan Iwan selama dua hari ini sengaja saya gabungkan. Hal ini karena sejak kemarin siang Iwan bersama 3 sahabatnya melakukan pendakian gunung Wilis di Jawa Timur. Iwan memang selalu melakukan pendakian di saat melakukan petualangan apapun, apakah di saat bersepeda maupun petualangan lainnya, seperti berjalan kaki (2011).

Bagi Iwan, mendaki gunung di sela-sela melakukan sebuah perjalanan adalah bonus!

Berikut ini adalah sms yang saya terima pada hari Sabtu (kemarin) dan Minggu (hari ini).

Sabtu:
"Lagi di ajak jalan-jalan naik motor ngelewatin persawahan nan luas. Bener-bener suasana pedesaan yang membuat nyaman mata dan hati memandang sebelum mendaki Wilis siang ini." (10:08)

"Gw lagi di gunung. Lagi ndaki bersama 3 punakawan." (18:53)

"Yang 2 punakawan nggak bisa ikut. Ada halangan." (18:54)

Minggu:
"Lagi di tengah gunung." (01:28)

"Gw udah nyampe puncak. Tadi malam gw nimkati malam dengan memasang tenda di tengah gunung. Sekarang lagi santai menikmati alam di tempat pasang tenda." (12:48)

"Gw nanti turun jam 2 siang. Gw lagi menikmati kebersamaan ama 3 punakawan. Mudah-mudahan besok gw udah lari lagi." (13:08)

"Gw udah turun sampe bawah," (16:52)

Dikisahkan oleh Kuwat Slamet

Friday, May 02, 2014

Petualangan 2014: Lari Jakarta Surabaya PP, Hari ke-26

Jumat, 2 Mei 2014


Hari ini Iwan full istirahat di kota Nganjuk di rumah seorang sahabat. Ia berniat untuk mendaki gunung Wilis bersama sabahat-sahabatnya di sana.
Dalam setiap petualangannya, apakah bersepeda atau berjalan kaki, Iwan memang selalu menyempatkan diri untuk mendaki satu atau beberapa gunung yang ia lalui dalam melakukan perjalanan tersebut. Baginya, mendaki gunung di saat sedang melakukan petualangan adalah bonus!

Berikut ini sms Iwan yang saya terima pagi hari pukul 08:37, "hari ini gw rest total. Mau konsen jumatan. Pendakian besok Sabtu bersama 3 punakawan. Sebuah pendakian reuni..."
Iwan saat berada di rumah seorang sahabat di Nganjuk
(courtesy: Dian Anggana Lentho)

Dikisahkan oleh Kuwat Slamet

Thursday, May 01, 2014

Petualangan 2014: Lari Jakarta Surabaya PP, hari Ke-25

Kamis, 1 Mei 2014

foto saat memasuki kota Surabaya beberapa hari lalu

"Gw sarapan nasi rawon dan susu soda. Gw udah ketemu 3 punakawan. Yang 2 punakawan belum ketemu." (09:20)

"2 piring nasi rawon, segelas susu soda, dan sebungkus udut 234" (09:30)

"Abis makan kenyang gw dianter lagi ke tempat gw di evakuasi kemarin. Tapi gw mau sholat dan tidur dulu." (11:23)

"Gw tidur dulu di pombensin" (11:24)

"Ini info tentang punakawan gw. 1) Demo, nikah, 36 tahun. Ajudan gw yang kerjanya tukang pasang listrik. 2) Lento, nikah, 34 tahun. Guru SD. Donatur yang juga boz kalo gw mampir ke sini. 3) Aripin, bujangan, 36 tahun. Tukang bersih kaca gedung. 4) Balung, nikah, 35 tahun. Berternak kambing dan berkebun. 5) Sandi, duda, 35 tahun. Guru SMA. Keterangan: semuanya hobi mancing, kopi item, ngudut, dan ndaki gunung. Tiap orang punya sajen ciri khas masing-masing kalo gw dateng ke sini. Kecuali Lento dia bisa ngasih apa aja yang gw minta asal jangan minta istrinya." (11:37)

"Keterangan tambahan: punakawan gw tinggal di: Demo, nganjuk kota. Lento di Ngronggot Kediri. Aripin di Gringging Kediri. Balung di Ngronggot Kediri, dan Sandi di Kediri kota." (11:40)

"Hari ini gw nyantai. Gw masih tiduran setelah di anter kembali ke tempat kemarin di evakuasi. Ntar habis sholat dan cuaca teduhan gw baru lari karena hari ini cuma lari 20km sampe Nganjuk, sebelum gw ndaki gunung Wilis."

"Gw dah sholat. Gw mau lari di tengah hari bolong di terik matahari. 20 km menuju Nganjuk." (12:08)

"Gila. Lari tengah hari, 10 km aja lemesnya lumayan banget." (13:37)

"Langkahnya pela, bahkan lebih pelan dari langkahku saat berjalan kaki tahun 3 tahun lalu. Namun pasti, langkahnya kian menjauh. Jauh dari pandanganku yang sedang rest di pinggir jalan. Orang gila itu kian berjalan menjauh. Langkah yang pelan pun kalau digerakkan tanpa henti, jarak yang jauh pastilah akan terdekati. Daripada diam membisu. Itu artinya aku harus berlari kembali untuk bersegera mungkin mencapai Nganjuk." (14:01)

"Lapor, gw lagi makan rujak cingur di Nganjuk." (15:51)

Dikisahkan oleh Kuwat Slamet