Friday, June 30, 2006

PERJALANAN: BENGKULU - LAMPUNG - JAKARTA



Ini adalah jurnal perjalananku di hari ke-66 s.d. ke-74 yang merupakan bagian dari perjalanan bersepedaku seorang diri: JAKARTA – SABANG, NAD – JAKARTA – LARANTUKA, NTT – JAKARTA

Kamis, 22 Juni 2006 (Hari ke-66) Perjalanan Arah Pulang:

Seharian kemarin aku berada di kota Bengkulu. Kunikmati pojok-pojok kota agar bisa lebih mengenal kota ”ketupat” ini. Aku sempat mampir ke kantor teman kakakku yang berada di Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Bengkulu. Bahkan tadi malam aku menumpang menginap di kantor tersebut.

Pagi ini aku kembali mengayuh sepeda Polygon-ku. Kususuri jalan sepanjang pinggir pantai Samudera Indonesia. Ombak-ombak nan besar seolah melambai-lambai kepadaku. Entahlah, apakah mereka turut menyemangatiku atau malah mengejekku karena melihatku mengayuh sepeda. Kulalui kota-kota kecil seperti Kertopadang, Cahayanegeri, Tais, Masmambang, Tallo, Allas, Pinoh, dan Manna (masih di wilayah Provinsi Bengkulu). Di kota terakhir itulah malam ini aku menginap di sebuah masjid yang diurus oleh anak-anak SMA setempat.

Jumat, 23 Juni 2006 (Hari ke-67) Perjalanan Arah Pulang:

Setelah berpamitan dengan sobat-sobat mudaku, anak-anak SMA pengurus masjid, kulanjutkan perjalananku. Hari ini jalurnya masih jalur pinggir pantai. Namun jalan yang kulalui kadang datar, kadang menanjak, dan kadang menurun. Siang hari aku telah tiba di perbatasan antara Provinsi Bengkulu dengan Provinsi Lampung. Di wilayah Tanjung Merpas (perbatasan) aku menyusuri hutan alam yang merupakan bagian dari Taman Nasional Bukit Barisan. Sungguh sebuah pemandangan hutan yang benar-benar alami!

Sore harinya aku tiba di Desa Rata Agung Kecamatan Lemong Kabupaten Lampung Barat. Malam ini aku menginap di rumah seorang kepala desa. Baru kali ini aku diterima dengan baik oleh seorang kepala desa dan memperkenankan aku menginap dirumahnya. Trims ya Pak Kades...

Sabtu, 24 Juni 2006 (Hari ke-68) Perjalanan Arah Pulang:

Kukayuh kembali sepedaku pagi ini setelah berpamitan dengan Bapak Kepala Desa. Kuucapkan terima kasih atas kebaikkannya menerima dan mengijinkan aku menginap di rumahnya. Kulalui kota kecil Pugungtampat dan Lokpandan sebelum memasuki kota kecil Krui (wilayah Provinsi Lampung). Dari kota kecil ini kuambil jalan yang berbelok ke kanan menuju kota Liwa. Mulai saat itu jalur yang kulalui sangat menanjak dengan sudut tanjakkan sekitar 45 derajat. Wuiih sungguh berat perjalanan kali ini. Inilah rute dengan tanjakan yang paling ”ganas” dari banyak rute yang telah kulalui selama 2 bulan ini. Semua jalan-jalan seperti ini kunikmati saja meskipun telah membuat betisku semakin mengeras. Sekitar pukul 14.30, aku tiba dan beristirahat sejenak di kota nan sejuk Liwa.

Setelah kurasakan tenagaku pulih kembali, kulanjutkan kayuhanku kembali. Saat menjelang petang aku tiba di kota kecil KINALI, Lampung Barat. Namun aku mengalami kesulitan mencari tempat bermalam. Di kota ini keinginanku menumpang menginap di rumah Kades ataupun Camat, ditolak. Pasrah dengan keadaan, kucari sebuah masjid untuk menunaikan sholat Magrib. Alhamdulillah, setelah sholat, seorang jamaah menghampiriku dan bertanya tentang aku. Lantas, kuceritakan saja segalanya tentang diriku dan perjalananku. Spontan, pemuda tersebut (belakangan aku tahu ia seorang yatim dan bernama Agus) mengajakku untuk bermalam di rumahnya. Sungguh Allah selalu memberikan pertolongan kepada hamba-Nya yang membutuhkan.

Minggu, 25 Juni 2006 (Hari ke-69) Perjalanan Arah Pulang:

Hari ini jalur yang kulalui sangat menanjak. Bahkan saat memasuki wilayah gunung Sekincau di siang hari, terpaan udara dingin sangat terasa. Ini menandakan tingginya wilayah tersebut diukur dari atas permukaan laut. Kupompa terus semangatku agar mampu mengayuh sepedaku melalui wilayah pegunungan ini. Setelah melalui kota kecil Pajarbulan, jalan mulai menurun kulalui untuk menuju kota kecil lainnya, Cahayanegeri. Akhirnya menjelang petang aku tiba di kota Kotabumi, Lampung. Karena kurasakan hari masih cukup terang, sepeda tidak kuhentikan di kota ini. Kulanjutkan kayuhanku hingga hari menjadi cukup gelap. Kira-kira 10 kilometer dari kota Kotabumi, aku tiba di kecamatan Kali Balangan dan bermalam di sana. Malam ini aku menumpang menginap di kantor Polsek setempat.

Senin, 26 Juni 2006 (Hari ke-70) Perjalanan Arah Pulang:

Kubutuhkan waktu sekitar 2 jam untuk bisa tiba di desa Padang Ratu. Di desa ini aku menyambangi sanak keluargaku yang tinggal di sana. Yah, hari ini dan besok aku ingin beristirahat cukup setelah menempuh jalur-jalur yang ”ganas” dua hari kemarin.

Selasa, 27 Juni 2006 (Hari ke-71) Perjalanan Arah Pulang:

Hari ini full waktuku kuhabiskan untuk beristirahat guna memulihkan tenagaku. Insya Allah besok perjalan menuju kembali ke Jakarta akan kulanjutkan.

Rabu, 28 Juni 2006 (Hari ke-72) Perjalanan Arah Pulang:

Pagi-pagi sekali kuberpamitan dengan sanak keluargaku yang ada di desa Padang Ratu. Kukayuh kembali sepedaku dengan target tujuan adalah kota Bandar Lampung. Tidak ada yang terlalu istimewa dalam perjalananku hari ini. Jalan-jalan yang relatif datar kulalap dengan mudah. Sampai-sampai, rasanya seperti tidak mengayuh. Maklum, kemarin-kemarin kakiku telah ditempa tanpa henti dengan jalur menanjak.

Sore hari aku tiba di kota Bandar Lampung dan menumpang beristirahat di Gumpalan (Mapala Fakultas Pertanian Universitas Lampung).

Kamis, 29 Juni 2006 (Hari ke-73) Perjalanan Arah Pulang:

Hari ini kutempuh perjalan dengan jalur yang cukup menanjak menuju pelabuhan Bakauheni. Awalnya aku membayangkan akan dihadang oleh jalur terjal yang ganas karena masih teringat dalam memoriku bagaimana dua bulan lebih yang lalui aku sempat kewalahan untuk mengayuh sepeda di jalur ini. Namun ternyata semuanya berjalan lancar. Tanjakkan yang kukhawatirkan tidak lebih ganas dibandingkan jalur Bengkulu- Lampung.

Sekitar jam 3 siang aku sudah berada di atas feri penyeberangan menuju pelabuhan Merak. Sesaat setelah turun dari feri di Pelabuhan Merak, kuucapkan rasa syukur ke hadirat Allah SWT karena aku masih diberikan kekuatan dan kesehatan untuk bisa menginjakkan kakiku kembali di tanah Jawa ini. Tanpa membuang waktu, ku kayuh kembali sepedaku menuju Jakarta. Semula aku berencana untuk menginap di kota Cilegon, Banten. Namun karena saat tiba di kota tersebut hari masih sangat terang, kuputuskan untuk tetap mengayuh menuju kota berikutnya, kota Serang.

Setibaku di kota Serang, kuarahkan sepedaku menuju Universitas Tirtayasa (UNTIRTA) untuk beristirahat di sana malam ini.

Jumat, 30 Juni 2006 (Hari ke-74) Perjalanan Arah Pulang:

Pukul 9.30 kumulai kayuhanku hari ini. Jalan yang kulalui semakin terasa ringan. Kalau pun terasa berat, itu lebih disebabkan karena jalan-jalan tersebut dipenuhi dengan kendaraan-kendaraan yang hilir-mudik. Maklum, aku hampir mendekati ibukota.

Siang hari sebelum waktu sholat Jumat, aku telah tiba di kota Balaraja, Tangerang. Kucari masjid untuk menunaikan sholat Jumat sekaligus mengistirahatkan kaki dan pantatku. Sekitar pukul 3.00 sore kayuhanku memasuki pinggir kota Jakarta. YES...!!! Setelah 74 hari, aku tiba kembali di kampung halamanku........ ALLAHU AKBAR...TUHAN MAHA BESAR...

Terima kasih Yaa Allah yang telah memberiku kelancaran dalam melaksanakan ekspedisiku kali ini.....

Thursday, June 22, 2006

PERJALANAN: KOTA PADANG - KOTA BENGKULU


Ini adalah jurnal perjalananku di hari ke-61 s.d. ke-64 yang merupakan bagian dari perjalanan bersepedaku seorang diri: Jakarta – Sabang, NAD – Jakarta – Larantuka, NTT – Jakarta

Sabtu, 17 Juni 2006 (Hari ke-61) Perjalanan Arah Pulang:

Selama empat hari aku ”tertahan” di kota Padang, Sumatera Barat. Semula, menurut rencana, aku hanya dua hari saja menikmati kota nan indah ini. Namun kondisi telah membuatku ”betah” di kota tersebut. Seseorang telah ”menyandera” aku bersama sepedaku hehehe.

Hari ini kupaksa diriku untuk melanjutkan perjalananku kembali. Aku tidak boleh terlena untuk berlama-lama menunda perjalananku. Apalagi perjalananku kali ini masih sangat jauh. Aku masih harus mencapai kota Jakarta kembali sebelum akhirnya melanjutkan perjalanan tahap II menuju NTT, pulang pergi.

Kuarahkan kayuhanku ke Provinsi Bengkulu. Menurut hitunganku, dalam 3 atau 4 hari bisa kucapai kota Bengkulu yang merupakan ibukota Provinsi Bengkulu.

Kuarungi jalur lintas pantai Barat Sumatera. Beberapa kilometer setelah meninggalkan kota Padang, jalan menanjak menyapa dan mempersilakan aku untuk melaluinya. Ya, hari ini aku melalap dua kali jalan tanjakan berupa bukit dan menyusuri jalan rata pinggir pantai. Menjelang sore kayuhanku tiba di kota Balaiselasa, Sumbar. Malam ini aku beristirahat di kota kecil tersebut di sebuah kantor polisi.

Minggu, 18 Juni 2006 (Hari ke-62) Perjalanan Arah Pulang:

Setelah sarapan seadanya pagi ini kulanjutkan kayuhan sepedaku. Kutinggalkan kota kecil Balaiselasa untuk menyusuri jalur nan indah di tepi pantai Barat Sumatera. Jalur hari ini masih sama seperti kemarin, naik dan turun. Mendekati waktu Azhar, wilayah perbatasan antara Provinsi Sumatera Barat dan Provinsi Bengkulu telah aku lewati. Namun tidak lama kemudian hujan yang cukup deras menghampiriku. Akupun terpaksa berteduh sembari mengendurkan otot-otot kakiku yang telah lama mengeras.

Petang hari aku tiba di kota Lubuk Pinang, sebuah kota kecil tidak jauh dari perbatasan. Targetku untuk bisa tiba di kota Mukomuko, Bengkulu pada sore hari menjadi kandas. Tapi aku tidak kecewa. Hujan mengenalkan aku lebih dekat dengan kota Lubuk Pinang ini. Hari telah gelap. Setelah menunaikan sholat Magrib, akupun segera mencari tempat singgah untuk bermalam. Awalnya aku berniat menginap di Kapolsek Lubuk Pinang namun karena kamar mandi di Polsek tersebut tidak memiliki cukup air, aku berusaha mencari tempat lain. Alhamdulillah seorang laki-laki yang tinggal di depan Polsek mempersilakan aku untuk bermalam di tempat kost-annya. Namanya Bang Teddy. Ia pun ternyata seorang perantau dari Jawa. Terima kasih ya Bang. Semoga kebaikan Abang dibalas oleh Yang Mahakuasa.

Senin, 19 Juni 2006 (Hari ke-63) Perjalanan Arah Pulang:

Setelah berpamitan dan berterima kasih pada Bang Teddy yang dengan baik hati mengijinkan aku menumpang bermalam di tempat kost-annya, aku pun memulai kembali perjalananku hari ini. Kayuhan demi kayuhan kulakukan kembali. Kunikmati setiap perjalanan yang kulalui. Laut nan biru menemaniku di sepanjang jalan pinggir pantai. Ombak menderu seakan melambai-lambai ke arahku. Betapa indah negeri tercinta ini.

Hari ini perjalananku mendapatkan corak. Setiap kali aku berpapasan dengan penduduk lokal, mereka dengan riang dan santun menyapaku, ”Haloo Misteerr...!” Wah, bangga juga aku dipanggil dengan sebutan Mister.

Belakangan aku baru tahu. Rupanya mereka terbiasa memanggil orang asing yang lewat di jalur tersebut dengan mengendarai sepeda dengan panggilan Mister. Karena jalur itu sering sekali dilalui Bule-Bule yang berlalu-lalang bersepeda menuju pantai untuk berselancar! Hah, ketipu aku hehehehe.

Sore hari aku tiba di desa SP5 (baca: espe lima) Kecamatan Putri Hijau, Bengkulu. Karena tidak ada masjid maupun kantor polisi di desa tersebut, kucoba untuk meminta ijin pada Bapak pemilik warung nasi untuk menumpang nginap di semacam posko (mirip tempat poskamling) yang ada di sebelah warung nasi tersebut. Tak kuduga, Pak Endang, pemilik warung nasi tersebut, malah menawari aku untuk menginap di rumahnya. Alhamdulillah, sekali lagi aku bertemu dengan orang-orang baik yang dengan tulus dan ikhlas membantu orang lain yang tidak mereka kenal sebelumnya.

Ya, malam itu kurebahkan badanku di sebuah kamar milik Pak Endang yang ternyata juga seorang perantau dari Tasikmalaya.

Selasa, 20 Juni 2006 (Hari ke-64) Perjalanan Arah Pulang:

Yeah! Sore ini aku tiba di kota Bengkulu. Sesuai rencana, empat hari bisa kurengkuh kota ini melalui kayuhan sepeda Polygon-ku. Wuih....tenang rasanya. Sebuah tahap antar kota telah kucapai kembali. Jarak sejauh kurang lebih 150 km yang menaik dan menurun kulahap hari ini. Sejak meninggalkan warung nasi milik Pak Endang pagi tadi, konsentrasiku memang hanya tertuju pada kota Bengkulu ini. Alhamdulillah aku tiba dengan selamat.

Oya, masih seperti kemarin, perjalananku hari ini masih diwarnai dengan banyaknya penduduk yang menyapaku dengan panggilan yang seragam, ”Halo Mister”. Maka, kujuluki saja kampung-kampung yang kulalui tersebut dengan sebutan ”Kampung Norak”. Maaf, sebutan itu terpaksa kuberikan karena begitu banyaknya orang yang meneriaki aku dengan istilah Mister. Mereka menganggap setiap orang asing yang bersepeda di pinggir pantai Barat adalah turis asing. Padahal dilihat dari segi tampang saja, terlihat jelas nggak mungkin aku seperti orang Bule hahaha.

Malam ini aku beristirahat di basecamp Mapala Universitas Bengkulu. Selama satu hari besok, kuingin menikmati kota yang sangat terkenal dengan ”ketupat”-nya ini (Ketupat Bengkulu hehehe).

Tuesday, June 13, 2006

JALUR: PEKANBARU - PADANG

Ini adalah jurnal perjalananku di hari ke-55 s.d. ke-57 yang merupakan bagian dari perjalanan bersepedaku seorang diri: Jakarta – Sabang, NAD – Jakarta – Larantuka, NTT – Jakarta

PERJALANAN: PEKANBARU - PADANG

Minggu, 11 Juni 2006 (Hari ke-55) Perjalanan Arah Pulang:

Pagi ini aku kembali melanjutkan perjalanan. Kali ini sepeda tidak aku arahkan menuju Jambi melainkan ke arah kota Padang, Sumatera Barat. Ya, aku berencana untuk singgah di kota tersebut sebelum pulang menuju Jakarta.

Cuaca pagi ini tidak cukup bersahabat. Sesaat setelah meninggalkan kota Pekanbaru hujan menghantamku dengan derasnya. Karena tidak ingin kehilangan jarak tempuh, kuputuskan untuk mengenakan rain coat dan tetap mengayuh sepeda Polygonku.

Namun, lebatnya hujan mampu ”menembus” rain coat yang kupakai. Akupun basah kuyuh. Baju, celana, dan sepatuku basah.

Siang hari aku beristirahat sejenak di kota Bangkinang, Riau. Di sore hari kayuhanku membawaku tiba di desa Tanjung Pauh, kecamatan Pangkalan, Sumatera Barat. Kuputuskan untuk mencari tempat beristirahat di sana. Alhamdulillah, seorang pengurus masjid bernama Pak Mochtar memberikan sambutan kepadaku dengan sangat ramah. Malam itu, aku bermalam di masjid tersebut.

Catatan khusus:

Sahabat, pemandangan yang kusaksikan selama dalam perjalanan dari kota Bangkinang menuju Tanjung Pauh, Subhanallah, sangat luar biasa. Sungguh menakjubkan! Selama melakukan ekspedisi kali ini, baru saat ini aku menyaksikan suatu pemandangan alami yang begitu menakjubkan. Sungguh sulit kulukiskan, sahabatku.

Senin, 12 Juni 2006 (Hari ke-56) Perjalanan Arah Pulang:

Setelah berpamitan pada Pak Mochtar dan mengucapkan banyak terima kasih atas sambutannya yang hangat, kulanjutkan kembali perjalananku pagi ini. Setelah merengkuh meter demi meter, siang hari aku tiba di kota Payakumbuh, Sumatera Barat. Pemandangan dalam jalur yang kulalui hari ini pun ternyata tidak kalah dengan jalur kemarin. Terlebih saat aku melalui Kelok Sembilan, Wuihh sungguh indah nian Sumatera Barat, begitu gumamku.

Di kota Payakumbuh, kusempatkan untuk mampir ke sebuah Gerai Telkomsel yang ada di kota ini untuk sekedar melaporkan kondisi sinyal telepon seluler selama dalam perjalanan yang telah kulalui beberapa hari ini.

Sore hari ini aku tiba di kota Padang Panjang. Kususuri kota itu untuk mencari tempat bermalam. Tak terasa aku telah mengarah keluar kota Padang Panjang. Tanpa ragu, kukayuh terus sepedaku untuk mencari masjid, kantor polisi, atau apa saja yang bisa kujadikan tempat melepas lelah. Namun hingga jam 8 malam, aku masih belum menemukannya. Beberapa masjid kecil yang kudatangi menolak mengijinkan aku untuk bermalam. Aku berpikir malam itu aku telah menjadi ”gelandangan”. Alhamdulillah kayuhanku tiba di sebuah kompleks Brimob Polri. Setelah kujelaskan kisah perjalananku dan keinginanku untuk menumpang bermalam, aku diijinkan oleh petugas jaga. Syukurlah aku tidak jadi menjadi seorang ”gelandangan” malam itu J

Selasa, 13 Juni 2006 (Hari ke-57) Perjalanan Arah Pulang:

Pagi-pagi kukayuh kembali sepedaku dengan bersemangat. Aku sudah tidak sabar untuk bisa menginjakkan kakiku di kota Padang. Aku tahu (melalui peta yang kubawa) jarak dari Padang Panjang menuju kota Padang sudah tidak terlalu jauh. Segera saja kususuri jalan menurun yang ada dihadapanku.

Sekitar jam 12 siang, aku tiba di kota Padang. Allahu Akbar, akhirnya aku tiba di kota nan indah. Di kota itu, aku menemui seorang teman kenalanku. Rasa senang hinggap di hatiku saat kubisa bertemu dengan teman yang sebelumnya hanyalah seorang teman virtual J Aku pun berniat untuk menghabiskan waktuku esok hari di kota nan indah ini sekaligus menghilangkan rasa lelah yang telah lama menghinggapiku. Rencana, lusa aku akan mengarungi jalur Barat Sumatera untuk pulang kembali di Jakarta. Aku juga ingin singgah di Bengkulu. Insya Allah.

Oya, malam ini aku bermalam di markas Mapala Fakultas Pertanian Universitas Andalas.

Sunday, June 11, 2006

PERJALANAN: MEDAN - PEKANBARU

Ini adalah jurnal perjalananku di hari ke-50 s.d. ke-54 yang merupakan bagian dari perjalanan bersepedaku seorang diri: Jakarta – Sabang, NAD – Jakarta – Larantuka, NTT – Jakarta

Selasa, 6 Juni 2006 (Hari ke-50) Perjalanan Arah Pulang:

Pagi ini kutinggalkan kota Medan dan keramahan sobat-sobatku di Mapala Institut Teknologi Medan (ITM) dan Mapala Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU). Ya, aku harus melanjutkan perjalanan pulangku kembali menuju Jakarta. Selama hampir 3 hari ini, aku beristirahat full di kota Medan. Semenjak turun dari gunung Sinabung (2457 mdpl) dan kemudian mengayuh sepeda kembali menuju kota Medan, kaki terasa sangat pegal. Makanya kuputuskan untuk beristirahat cukup agar bisa memulihkan tenaga dan terutama kakiku. Aku sangat bersyukur sobat-sobatku di kedua Mapala tersebut sangat menerima kehadiranku di tengah-tengah mereka. Terima kasih wahai sobat-sobatku.

Sore hari ini aku tiba di daerah Simpang Kawat, Sumut yang berjarak kurang lebih 150-an kilometer dari kota Medan (kurang lebih 8 kilometer setelah kota Kisaran). Dan malam ini aku bermalam di sebuah kantor polisi lalu lintas yang ada di kota tersebut.

Rabu, 7 Juni 2006 (Hari ke-51) Perjalanan Arah Pulang:

Setelah berpamitan dengan para Polisi yang baik hari, aku segera mengayuh sepedaku. Targetku hari ini adalah kota Rantau Prapat. Dan alhamdulillah sebelum senja aku telah tiba di kota tersebut. Di kota ini sobatku dari GMPA Mapala ITM telah menungguku. Malam ini aku menginap di tempat tinggalnya.

Kamis, 8 Juni 2006 (Hari ke-52) Perjalanan Arah Pulang:

Hari ini kukayuh sepedaku sejauh kurang lebih 140-an km, menempuh jarak kota Rantau Prapat, Sumut ke kota Baganbatu, Riau. Ya, hari ini aku telah memasuki Provinsi Riau. Di kota ini aku bermalam di sebuah masjid.

Jumat, 9 Juni 2006 (Hari ke-53) Perjalanan Arah Pulang:

Jarak yang kutempuh hari ini sebenarnya terasa sama dengan hari-hari sebelumnya. Hanya saja, jalanan yang kulalui hari ini begitu melelahkan. Hal ini bukan disebabkan oleh konsidi jalan yang terjal melainkan karena jalanan yang kulalui adalah ”jalan tiada berujung”. Jalan yang menghubungkan kota Baganbatu dengan kota Duri lebih banyak lurusnya dengan kebun sawit berada di kanan dan kiri jalan. Selama mengayuh sepeda, bila perhatianku kuarahkan ke depan akan nampak jalan yang begitu lurus seperti tiada berujung. Wuahh lelah sekali rasanya.

Malam ini kuhabiskan waktu di sebuah masjid. Ingin rasanya ikut menyaksikan pertandingan perdana PIALA DUNIA malam ini. Tetapi apa daya, kelelahanku mengalahkan hasratku menonton sepakbola dunia.

Sabtu, 10 Juni 2006 (Hari ke-54) Perjalanan Arah Pulang:

Kurang lebih pukul 3 sore tadi aku telah memasuki pintu gerbang kota Pekanbaru. Jarak yang kutempuh hari ini sekitar 100-an km. Langsung saja, kayuhan sepeda kuarahkan menuju Universitas Lancang Kuning. Setibanya di sana aku sempat tertegun. Tak terasa, hampir satu bulan yang lalu aku menumpang istirahat di tempat ini saat aku akan menuju Aceh. Satu bulan terasa begitu cepat berlalu. Malam ini kugunakan untuk beristirahat dengan cukup. Besok, sesuai niatku, aku akan mencoba menuju kota Padang. Rute ini berbeda dengan rute ketika aku berangkat.

Saturday, June 03, 2006

MERAIH PUNCAK G. SINABUNG (2451 mdpl) BERSAMA SEPEDAKU

Ini adalah jurnal perjalananku di hari ke-45 s.d. ke-46 yang merupakan bagian dari perjalanan bersepedaku seorang diri: Jakarta – Sabang, NAD – Jakarta – Larantuka, NTT – Jakarta

EPISODE: Naik Gunung Sinabung (2451 mdpl) bersama sepeda Polygon

Kamis, 1 Juni 2006 (Hari ke-45) Perjalanan Arah Pulang:
Pagi-pagi aku dan Acong, sahabatku dari Medan, mengayuh sepeda kembali menuju kaki gunung Sinabung, Sumut. Kami tiba di Danau Lao Kawar sekitar pukul 2 siang. Setelah merasa cukup beristirahat, kami pun bergegas mendaki gunung tersebut. Aku membawa sepeda Polygon-ku sedangkan Acong tidak. Selain menemaniku mendaki gunung, ia bertugas mengabadikan moment ini dengan handycam yang ia bawa. Pukul 6 sore kami tiba di Pos 2. Kami segera memasang tenda, menyiapkan makan malam, dan beristirahat.

Jumat, 2 Juni 2006 (Hari ke-46) Perjalanan Arah Pulang:
Setelah sarapan dan mengemas barang bawaan, aku dan Acong melanjutkan pendakian kembali. Sekitar pukul 12 siang kami telah tiba di puncak. Wuaah luar biasa senang hatiku bisa kembali mendaki gunung hingga puncak dengan membawa sepeda. Yah, ini adalah kali keduaku melakukan hal tersebut. Tahun lalu aku bersepeda dari Jakarta menuju gunung Rinjani (3726) di pulau Lombok. Kemudian kudaki gunung tersebut dengan membawa sepedaku. Saat itu sepeda yang kupakai adalah sepeda ”biasa” namun masih laik pakai. Saat kembali ke Jakarta pun, kulalui jalan pulang dengan kayuhan sepeda.
Setelah merasa cukup di puncak gunung Sinabung tersebut, aku dan Acong kembali turun. Saat itu jam menunjukkan pukul setengah dua. Jalur turun kami lalui lebih cepat dibandingkan saat naik. Pukul lima sore kami telah tiba kembali di Danau Lao Kawar.
Malam ini, kami menginap di rumah seorang pendiri Mapala USU (Univ. Sumatera Utara) di desa Naman. Selain untuk menumpang melepas lelah, kunjunganku ini kulakukan dalam rangka bersilaturahmi.
[Note: Insya Allah, kisah lengkap tentang suka-duka pendakian di gunung Sinabung ini akan kutorehkan dengan keyboard setelah aku tiba di Jakarta nanti. Amin.]
Besok, aku dan Acong kembali ke kota Medan dengan mengayuh sepeda sebagaimana kami berangkat. Perjalananku masing panjang. Dari Medan, dalam perjalanan pulang ini, aku berencana untuk mengunjungi kota Padang.

Thursday, June 01, 2006

MAMPIR KE GUNUNG SINABUNG, SUMUT DENGAN SEPEDA

Ini adalah jurnal perjalananku di hari ke-41 s.d. ke-44 yang merupakan bagian dari perjalanan bersepedaku seorang diri: Jakarta – Sabang, NAD – Jakarta – Larantuka, NTT – Jakarta

Minggu, 28 Mei 2006 (Hari ke-41) Perjalanan Arah Pulang:

Hari ini aku mengayuh sepedaku dari kota Sigli menuju Lhokseumawe. Kayuhanku kali ini terasa begitu ringan. Selain karena jalanannya relatif datar, tidak seperti jalur Banda Aceh – Sigli yang menanjak dan menurun tajam, aku juga merasa seperti baru kemarin saja melintasi jalan ini. Yah, delapan hari yang lalu aku melintasi jalan ini menuju Banda Aceh untuk mencapai Sabang.

Aku tiba di kota Lhokseumawe menjelang magrib. Kuarahkan kayuhan sepedaku menuju Universitas Malikussaleh untuk menemui rekan-rekan Mapala di sana dan menumpang berisitirahat. Namun, malam ini aku ”dipaksa” begadang oleh teman-teman Mapala hingga jam 3 dini hari.

Senin, 29 Mei 2006 (Hari ke-42) Perjalanan Arah Pulang:

Setelah sempat memejamkan mata selama hampir dua jam, pukul 5 pagi aku bangun, mandi, dan menunaikan sholat Subuh. Setelah ”sarapan” seadanya, aku berpamitan dengan rekan-rekan Mapala dan segera kukayuh kembali sepedaku menuju kota berikutnya yaitu Langsa.

Sebelum memasuki kota Langsa, di sekitar kecamatan Peureulak aku berpapasan dengan iring-iringan truk yang mengangkut pendemo RUU Pemerintahan Aceh yang baru saja pulang dari kota Langsa. Melihat iring-iringan pendemo yang jumlahnya cukup banyak dan agak beringas, tentu saja aku was-was. Segera kulipat bendera merah putih yang selama ini terpasang di sepedaku. Hal ini kulakukan untuk menjaga keamanan diriku semata.

Sekitar pukul 6 sore aku memasuki kota Langsa. Segera saja aku menuju Universitas Samudera untuk menemui rekan-rekan Mapala yang telah menanti kedatanganku di sana.. Saat aku tiba, mereka pun memberikan ucapan selamat kepadaku karena telah berhasil tiba di titik nol Indonesia dengan bersepeda.

Selasa, 30 Mei 2006 (Hari ke-43) Perjalanan Arah Pulang:

Seperti biasanya, pagi hari setelah berpamitan dan mengucapkan terima kasih aku melanjutkan perjalananku kembali. Kukayuh sepedaku sekuat tenagaku menuju kota Medan. Alhamdulillah tidak ada rintangan berarti selama dalam perjalanan di jalur yang menghubungkan kedua kota ini. Menjelang petang kayuhanku memasuki kota Medan. Sebelum memasuki kota, aku berhenti dan mencari-cari rekanku yang katanya akan menemuiku di muka kota ini. Setelah kutunggu beberapa menit ternyata rekanku tidak ada. Kuputuskan untuk memasuki jalan-jalan di kota Medan yang sama sekali tidak kuhapal untuk mencapai Universitas Muhammadiyah. Hasilnya? Aku tersasar!

Karena telah larut dan lelah, aku mencari kampus terdekat yang berada dalam posisiku saat itu. Akhirnya, aku pun menuju Institut Teknologi Medan (ITM), menemui para rekan Mapala di sana, dan menumpang beristirahat....

Rabu, 31 Mei 2006 (Hari ke-44) Perjalanan Arah Pulang:

Hari ini rekanku yang kemarin berjanji untuk bertemu di muka kota datang menemuiku di ITM. Namanya Acong. Ia minta maaf atas hal kemarin. Sebenarnya, saat aku di Medan dua minggu yang lalu, kami berdua berencana untuk mendaki gunung Sinabung (2451 mdpl) Sumatera Utara. Dan hari ini kami sepakat untuk mendaki gunung tersebut dengan menggunakan sepeda hingga ke puncaknya.

Siang hari kami berdua berangkat menuju arah selatan kota Medan dengan menggunakan sepeda masing-masing. Aku menggunakan Polygon Unitoga yang telah setia menemaniku sejak dari Jakarta sedangkan Acong menggunakan BMX. Acong mendokumentasikan perjalanan kami ini dengan sebuah handycam.

Saat hari mulai gelap kami tiba di pinggiran kota Brastagi. Jarak menuju kota masih sekitar 8 km lagi namun kami memutuskan untuk beristirahat dan menginap di pinggir jalan dengan memasang tenda. Yah, malam ini kami tidur di sebuah tenda yang kami pasang...