Saturday, August 05, 2006

PERJALANAN: LABUHAN BAJO – KELIMUTU (FLORES, NTT)



Ini adalah jurnal perjalananku di hari ke-105 s.d. ke-108 yang merupakan bagian dari perjalanan bersepedaku seorang diri: JAKARTA – SABANG, NAD – JAKARTA – LARANTUKA, NTT – JAKARTA

Senin, 31 Juli 2006 (Hari ke-105) Perjalanan ke Arah Timur:

Pagi ini kumulai perjalananku di pulau Flores nan indah. Sejak pukul 7 pagi aku telah siap untuk mengayuh kembali sepedaku. Tubuhku terasa lebih segar setelah kemarin aku lebih banyak beristirahat di atas kapal yang menyeberangkan aku dari Pelabuhan Sape di Pulau Sumbawa ke Labuhan Bajo yang terletak di ujung barat pulau Flores. Perjalanan membelah Selat Sape selama 8 jam tersebut memang menjemukan. Tapi bagiku, itulah saat-saat dimana aku bisa beristirahat sejenak dari ”kewajiban” mengayuh sepeda.

Setelah berpamitan dengan komandan pasukan marinir yang mengijinkan aku menumpang nginap di markasnya tadi malam, segera kukayuh sepedaku ke arah pegunungan yang berdiri angkuh seolah telah menantikan kedatanganku. Target capaianku hari ini adalah kota Ruteng yang berada di dataran tinggi. Di luar dugaanku jalan yang kulalui menanjak terjal. Kewalahan juga aku dibuatnya. Saat lepas dari Labuhan Bajo, di sisi kanan jalan yang kulalui berupa tebing nan tinggi sementara di sisi kiri berupa jurang yang di bawahnya menganga pemandangan laut nan indah. Setelah itu jalan terasa tidak ada yang menurun. Tanjakan-tanjakan terjal sering memaksaku untuk menuntun sepeda Polygon yang kubawa. Sungguh menguras tenaga! Bila dibandingkan dengan kondisi jalan menanjak di Sumatera, maka jalan menanjak di Flores ini tak tertandingi. Ibaratnya, bila tanjakan di Sumatera adalah sebuah bukit maka tanjakan di Flores adalah sebuah gunung tinggi!

Dengan kondisi jalan seperti itu, jarak yang berhasil kutempuh hanya beberapa puluh kilometer saja. Saat gelap mulai menyerang aku tiba di Desa Paang Lembar Kabupaten Manggarai Barat. Aku sempat kebingungan di desa ini. Aku tidak tahu dimana harus menginap dan menunaikan sholatku. Tidak kutemui masjid ataupun musholah di desa ini. Sebelum aku sempat mencari rumah kepala desa, seorang pemuda bernama Avelinus Jaman menegur dan bertanya ke arahku. Tak kusangka, ia segera bersimpati kepadaku setelah kuceritakan maksud dan tujuan perjalananku ini. Ia pun mempersilakan aku untuk bermalam di rumahnya yang sederhana. Bahkan aku diijinkan menunaikan sholatku di salah sebuah kamar rumahnya. Terima kasih Saudaraku....

Selasa, 01 Agustus 2006 (Hari ke-106) Perjalanan ke Arah Timur:

TANJAKAN DAN TURUNAN TERKEJAMMMMM...!!!

Setelah sarapan seadanya di rumah Avelinus, pemuda yang menolongku, segera aku berpamitan dan mengayuh kembali sepedaku sekuat tenagaku. Namun genjotan sepedaku terasa sia-sia. Tanjakan tajam yang menghadangku semakin sadis saja. Serasa sepedaku tak berhasil maju melangkah. Kusemangati diriku sendiri. Kuyakinkan diriku bahwa aku pasti mampu melalui tanjakan terjal ini. Sekitar 3,5 jam kemudian, semangatku langsung rontok. Ada rasa marah dalam diriku karena ternyata mentalku belum siap menghadapi tanjakan yang sungguh luar biasa ini yang panjangnya sekitar 30 KM . Kuakui, jalur menuju kota Ruteng inilah jalur menanjak ”tergila” yang pernah kujalani!!!

Down sudah mental dan semangatku. Kunyatakan dalam diriku bahwa rasanya aku tak akan sanggup bila harus melalui jalan itu lagi saat perjalanan pulang nanti. Ingin rasanya bisa segera tiba di jalur datar. Sempat terlintas sebuah niat, setibaku nanti di Larantuka aku akan kembali ke pulau Sumbawa melalui jalur laut saja!

”Penderitaanku” ternyata belum berakhir. Setelah kugapai kota Ruteng, jalan menurun yang sangat terjal menghadangku untuk menuju kota Mborong. Aku sunguh-sungguh mengandalkan rem sepedaku yang tak ada cadangannya. Di sisi kanan dan kiri jalan menganga jurang yang sangat dalam. Maut rasanya sudah dekat dengan diriku Sedikit saja aku lengah, maka akibat fatal yang kan kuterima. Hanya doa yang bisa membantuku melalui jalur itu. Dan saat aku berhasil tiba di kota Mborong yang berada di tepi pantai selatan Flores, segera kupanjatkan doa syukur karena aku bisa selamat tiba di sana. Sungguh tak bisa kubayangkan kejamnya jalur yang baru saja kulalui...!!!

Setelah cukup beristirahat dan sambil berusaha menghilangkan rasa shock dalam diriku, kulanjutkan kembali kayuhan sepedaku. Menjelang sore, sekitar pukul 17.00 WITA, aku tiba di kota Aimere, sebuah kota pelabuhan kecil yang berada di pesisir selatan pulau Flores. Malam ini aku berisitirahat di sebuah masjid yang ada di kota tersebut.

Rabu, 02 Agustus 2006 (Hari ke-107) Perjalanan ke Arah Timur:

Meskipun kurasakan badanku masih letih, hari ini aku tetap berupaya mengayuh sepeda Polygon type Unitoga sekuat tenaga. Perjalanan hari ini memang tidak seberat kemarin.

Meskipun masih berkutat dengan jalur yang menanjak namun tidaklah securam jalur kemarin. Sekitar pukul 07.00 WITA kutinggalkan kota Aimere yang terletak di pesisir selatan pulau Flores. Kukayuh sepeda dengan rasa penat dan letih yang mulai sangat terasa. Aku bersyukur tidak ada hambatan berarti untuk mencapai kota Bajawa. Sekitar pukul 11.00 WITA aku telah berada di kota itu.

Setelah cukup beristirahat, kupaksakan kayuhanku agar bisa mencapai kota Ende sebelum hari gelap. Dengan sisa kekuatan tenaga yang kumiliki, meskipun harus melalui jalan menanjak yang berada di kaki gunung Inerie dan gunung Ambulombo, keinginanku tercapai. Sekitar pukul 17.30 WITA aku tiba di kota Ende. Saat itu hari sudah gelap. Saat kudapati sebuah masjid di kota itu, segera saja kutunaikan kewajibanku sekaligus meminta ijin kepada pengurus masjid untuk menumpang bermalam. Udara dingin yang menerpa tubuhku sepanjang perjalanan hari ini membuat tubuhku mengigil saat akan tidur. Semoga saja esok hari tenagaku pulih kembali.

Kamis, 03 Agustus 2006 (Hari ke-108) Perjalanan ke Arah Timur:

JALUR SERAAMMM...!!!

Sepanjang malam aku tertidur dengan tubuh menggigil. Vitalitas tubuhku menurun setelah diterpa perjalanan yang maha berat tiga hari kemarin. Maha berat, karena memang baru kali ini aku berhadapan dengan jalur yang sangat sadis untuk dilalui dengan bersepeda. Namun demikian, aku patut bersyukur dan berbangga telah mampu melaluinya. Perjalanan bersepeda di Sumatera pada bulan April hingga Juni lalu seolah menjadi ajang latihan bagiku untuk menghadapi medan berat di Flores ini. Aku sungguh tak tahu apakah perjalanan di depan sana, menuju Larantuka, akan lebih ringan atau lebih berat.

Saat pagi datang, kepalaku terasa sedikit pusing dan perut serasa bermasalah. Beberapa kali aku buang air besar. Aku berdoa memohon kepada Allah agar aku diberi kesehatan pagi itu. Kutunggu sampai rasa mulas diperutku berkurang sebelum kelanjutkan kembali perjalananku. Dengan kondisi tubuh yang kurang fit, akhirnya kupaksakan juga untuk meneruskan kayuhanku. Kupasrahkan diriku pada Yang Mahakuasa...!

Maut ternyata masih setia mengintai diriku. Selepas kota Ende menuju Maumere, aku melalui jalur terseram yang pernah kulalui. Di jalur ini kehati-hatian kembali dituntut karena nyawa taruhannya. Betapa tidak, jalur tersebut adalah jalur pegunungan dengan sisi kanan dan kiri menganga jurang dalam. Yang mengkhawatirkan diriku adalah karena tidak semua jalan tersebut terpasang road barriers (palang baja pengaman di sisi jalan).

Alhamdulillah, sekali lagi aku diberi perlindungan oleh Allah untuk melalui jalur tersebut dengan selamat. Sebenarnya hari ini aku berkonsentrasi untuk bisa mencapai kota Maumere, namun aku tersadar saat kakakku menginformasikan bahwa di dekatku terdapat tempat wisata yang amat terkenal, yaitu Kelimutu, sebuah gunung mirip Gunung Tangkuban Perahu di Jawa Barat yang memiliki keunikan berupa Danau Tiga Warna. Segera saja kuarahkan sepedaku ke sana. Untuk mencapainya, jalan menanjak sejauh kurang lebih 13 kilometer harus kulalui terlebih dahulu. Setelah itu, aku harus menapaki jalan tanpa sepeda sekitar setengah jam. Sepeda kutinggalkan di tempat parkir yang telah disediakan. Allahu Akbar. Itulah kata-kata bisa kuucapkan saat melihat ciptaan Allah tersebut. Ada tiga buah danau yang letaknya tidak terlalu berjauhan di sana. Sebuah berwarna hitam. Yang lainnya berwarna kuning dan coklat kehitaman. Danau yang saat kulihat berwarna coklat kehitaman tersebut, kabarnya akan berwarna merah pada saat-saat tertentu. Setelah puas menikmati pemandangan di sana, aku pun turun kembali menuju sepeda dan selanjutnya mengayuh menuju kantor Pos Taman Nasional Kelimutu yang berada di kecamatan Kelimutu. Malam ini aku menumpang menginap di kantor tersebut setelah. Jarak yang berhasil kulalui hari ini hanya sekitar 66 kilometer!

1 comment:

FULLPDF said...

wahhh terharu kalau mebaca cerita anda yang di multiply....semoga amal bapakanda diterima disisiNya ya...