Ditulis di Jakarta, Juli setelah pemilu pilpres 2009,
Aku tidak tahu kenapa ide perjalanan 2009 tercipta seperti ini,mungkin aku merasa cita cita perjalanan berroller blade jakarta surabaya atau bersepeda keliling sulawesi belum tercapai dikarenakan aku belum mempunyai dana atau apa.tapi yang jelas aku selalu berpikir kalau aku harus mempunyai rencana cadangan dan itu memang sebagai bentuk kewajiban aku untuk melakukan perjalanan tahunan.intinya aku tidak mau stop petualangan.
Singkatnya aku ingin meneruskan pendakian gunung dengan membawa sepeda yang sudah aku daki 8 gunung, jadi andai pendakian tahun berhasil berarti jumlah pendakianku adalah 13 gunung dan itu kalau tidak salah aku akan melewati jumlah pendakian gunung mas paimo sang jawara sepeda indonesia yaitu 10 gunung indonesia, walau aku tidak bisa melewati 1 pendakian gunung mas paimo lagi yang di tanzania, kilimanjaro.
Singkatnya pula, aku menemui pak Peter, manager promotion polygon mengutarakan rencana perjalanan tahun ini.dan seperti biasa pak peter masih berbaik hati untuk membantu perjalananku kali ini.terima kasih banyak pak…
Aku juga menemui pak Doni Saleh, lurah sunter agung, memberi tahukan niatku dan mohon ijin…karna aku ingin nama sunter agung menjadi “terdengar jelas” didunia petualangan indonesia.dan selalu ingin membawa nama sunter sebagai bentuk cintaku akan tempat tinggalku.
Intinya perjalanan tahun ini hanya didukung polygon dan restu lurah sunter agung.juga sedikit nominal dari indosat dalam bentuk pulsa.
Pusing memang melihat kondisi hal seperti ini, tapi mau apa dikata perjalanan harus tetap jalan.dan sebagai bentuk protect dana, aku mau tidak mau nodong kakakku.dan jujur “kran” yang satu ini yang membuatku yakin bisa menyelesaikan perjalanan ini, karna tidak bisa dipungkiri kalau perjalanan ini sangat berat baik dari segi fisik, tanggung jawab apalagi dana.dan mungkin perjalanan ini adalah yang terberat dari perjalanan2ku yang lain, terutama kalau mengingat pendakian gunung membawa sepeda adalah pendakian yang sangat berat sekali. satu gunung saja sudah lelah apalagi 5 gunung.pasti lemes…..dan stres kalau gagal….
Satu hal lagi yang berat yaitu meninggalkan George Leigh mallory my son tercinta karna dia sekarang sedang sangat dekat mengenal bapaknya, beda dengan perjalanan tahun lalu.wah…tambah beban kan?..tapi aku besarkan hati untuk tetap berpetualang sebagai bentuk loyalku pada petualangan.bukannya egois tapi ini memang jalan hidupku….. mudah mudahan Mallory mengerti dan malah akan meneruskan hobi bapaknya dan kalau bisa harus lebih gila agar bisa menjadi Reinhold Messner indonesia dengan semangat baja george leigh mallory sang legend everest from united kingdom..
Dua hari sebelum berangkat, aku siapkan semua perlengkapan dan bekal perjalanan.semuanya aku siapkan dengan cermat agar dijalan nanti tidak “pusing”..
Tidak ketinggalan aku menemui teman teman sebagai bentuk pamit karna aku ingin pergi lama dan artinya aku absen sebagai salah satu “penghuni” pasar bambu kuning.libur dagang,manggul,jaga parkir dan juga jaga malam pasar.resiko…… dan ini jawaban akan pertanyaaan orang orang yang bilang kalau aku cuma cari duit aja kalau jalan…..duit kadang ngalahin hobi…..
Aku pamit pada ibuku, kakak2ku dan keponakan2.sedang aku pamit pada mallory via hp karna mallory sudah aku antar kelampung untuk istirahat dan mencari suasana yang beda, agar tahu kampung halaman ibunya.
Sengaja aku mulai berangkat meninggalkan jakarta tengah hari bada dzuhur, karna rencana hari pertama aku hanya menuju cikampek menginap dirumah temanku.
Seperti biasa kususuri jalan pantura, cikampek cirebon brebes tegal pemalang sampai semarang, ramai, panas, penuh asap knalpot, jalan lurus,akrab dan kadang bosan karna aku hampir hafal jalur ini. sebuah jalan yang harus kulewati dengan ilmu melamun agar tak selalu berpikir tentang kilometer…
Dari semarang aku turun ke selatan melewati ungaran salatiga boyolali dan berbelok ke selo untuk mendaki gunung merapi, gunung pertama.
MERAPI
Dari boyolali aku berbelok kekanan melewati jalan yang terus menanjak. awalnya masih terasa ringan dan penuh semangat. kunikmati setiap meter demi meter sambil menghibur diri dengan bersiul.pada tanjakan yang menurutku tempatnya sunyi aku istirahat sejenak untuk minum dan memberi kabar jakarta via sms.lalu kulanjutkan lagi mengayuh sepedaku yang kian lama kian banyak tanjakannya.kali ini aku konsentrasi dengan menyeimbangkan antara kayuhan dan nafas agar tetap fresh.santai tapi pasti aku terus menanjak. jalan berbelok belok keataspun terasa ringan hingga akhirnya aku sampai selo.
Di selo aku membeli tambahan logistik untuk pendakian, sejenak sambil kulihat merapi yang sedikit tertutup kabut namun masih terlihat indah….
Kukayuh sepedaku menuju basecamp, sangat terjal hingga aku sering berhenti untuk rest kaki dan atur oksigen.uuuh ke basecamp saja sudah capek…
Sekitar jam 3 sore aku sampai basecamp dan langsung menyapa penghuni rumah,pak min dan mengutarakan maksud pendakianku esok hari.
Sepeda kusenderkan dipojok ruang dan kubaringkan badanku di tempat yang telah disediakan bagi para pendaki, yang beralas tikar.aku harus istirahat total karna besok harus membutuhkn banyak tenaga. Alarm hp ku stel jam 5 pagi agar aku tidak kesiangan dan akupun tidur untuk melonggarkan urat2ku yang tegang..
Alarm berbunyi, aku lekas bangun lalu ambil wudhu untuk solat subuh dan kupersiapkan semua keperluan mendaki, yang tidak perlu aku titipkan kepada tuan rumah sekalian aku membeli sepiring nasi sayur plus telur ceplok untuk mengisi perut pertama dipagi itu.
Setelah kurasa semua beres aku pamit dan langsung bergegas jalan tepat jam6.
Awalnya kususuri jalan aspal sampai di new selo, sebuah tempat santai bagi pengunjung yang ingin sekedar menikmati panorama merapi dan lukisan tubuh merbabu di depan mata memandang. Lalu mulailah aku melewati jalan setapak yang kanan kirinya merupakan ladang penduduk. Sesekali kali aku disalib penduduk yang ingin mencari kayu bakar atau rumput untuk pakan ternak.
Langkah kakiku tidak bisa cepat seperti saat aku mendaki hanya dengan membawa ransel walau ransel berbobot 20kg. malah kadang aku banyak berhenti dalam jarak yang tidak jauh.maklum sepedanya saja sudah 17kg (plus 3botol isi air) belum lagi daypackku.jadi maklumlah.
Setelah areal ladang penduduk habis, jalur pendakian memasuki hutan dan terus menanjak tanpa kompromi.aku benar2 kewalahan padahal aku pernah 3jam sampai puncak dengan ransel saja. nanjak lagi, terus nanjak, nanjak terus…
Sesekali aku berpapasan dengan pendaki yng turun, mereka mendaki malam hari.bahkan aku ketemu orang yang bernama pak eka dan memfotoku yang nantinya dikirim ke aku via email.uuuuh cuapek tapi aku tetap harus semangat, inikan gunung pertama.
Akhirnya aku sampai areal pasar bubrah, tanpa isitirahat aku langsung terus keatas mendaki melewati jalur berbatu yang kian menenjak terjal.
Dijalur ini aku sering berhenti untuk melemaskan kaki dan mengambil nafas panjang agar aku segar lagi.sering banget…
Setelah melewati bebatuan yang kadang mengeluarkan asap belerang, akhirnya aku tiba diareal puncak sekitar jam 1 siang.sepi sunyi tak ada pendaki lain, terpaksa hanya sepeda yang bisa ku foto sebagai bukti aku udah nangkring di merapi.kujeprat jepret kameraku sambil menikmati merapi sendirian.gilaaaa, batinku, merapi serem banget..bagaimana ya pas aku disini terus meledak, wah pasti jadi dendeng badanku..
Setelah kurasa cukup, aku langsung bergegas turun dengan hati hati karna perjalanan turun dengan membawa sepeda sama sulitnya dengan saat mendaki.perlahan pasti aku kembali dipasar bubrah. Disini aku bertemu pendaki lain dan minta tolong untuk memfotoku dengan latar belakang jalur menuju puncak.
Lalu aku solat dzuhur yang ku jama dengan ashar dan memohon kepadaNya agar perjalanan turun tidak ada halangan. karna takut kemalaman dijalan,maklum tidak bawa senter, aku langsung turun dengan cepat tapi penuh hati hati. Kadang sesekali terjatuh tapi masih dalam hal yang biasa.benar2 capek lelah banget.
Dengan semangat yang terburu buru akhirnya aku kembali lagi dengan selamat di basecamp jam 6 lewat dikit, hari sudah agak gelap.
Sepeda langsung kusenderkan dipojok, aku puas, sambil meluruskan kaki lalu berbaring sejenak menerawang perjalanan turun tadi
Lumayan, walau sangat capek akhirnya aku bisa menyelesaikan pendakianku yang pertama.keadaan badanku sangat lelah apalagi kedua kaki dan tanganku, sangat cuaapeeeeeeeeeeeek.dan aku pun langsung meringkuk kedalam sleeping bag tanpa daya.sempat bangun sejenak karna ada yang menegurku dan berfoto bersama, namanya Blothonk..lalu tidur lagi..
Baru setelah jam 9malam aku bangun untuk solat tapi kembali terkapar dalam sleeping bag hingga pagi………..
Esoknya aku pamit pada pak min, dan meninggalkan selo dengan gagah, maklum jalan menuju ke boyolali menurun. Dan ini merupakan hari pembalasan sewaktu mengayuh menanjak menuju selo hehehe…
Sampai boyolali aku sempatkan istirahat sebentar untuk beli mie ayam sebelum kembali meneruskan perjalanan bersepeda dan menginap di solo.
Satu hari aku tidak melanjutkan perjalanan, hanya muter2 kota solo untuk menghilangkan rasa penat dan lelah, bahkan aku sempat tidur ngegeletak di trotoar depan kantor walikota selama 2jam. Aku ga peduli dengan orang yang lalu lalang melihatku hehehe aku memang ingin terlihat gembel dan menyatu dengan suasana jalanan.
Ah hal seperti ini sudah biasa bagiku. Dulu tahun 90-94 aku sering petualangan dengan cara menumpang truk atau kereta barang.jadi aku sudah terbiasa jalan kaya gembel. Aku pernah numpang truk dari jakarta dengan muatan kambing dari jakarta purwokerto saat akan mendaki g.slamet atau juga menumpang kereta muatan pupuk, tangki minyak, baja atau sapi yang disetiap haus aku harus membuka kran air mushola untuk minum disaat kereta berhenti di stasiun.dan menginap tidur ngegeletak di stasiun.kadang kalau terpaksa aku suka minta makanan pada penumpang kereta ekonomi yang sedang berhenti. Ahhh petualanganku dulu lebih “nerimo” ya..
Nikmat benar tidur di trotoar depan kantor walikota, aku benar2 terbawa rasa damai apalagi suasananya teduh karna ada pohon besar yang menaungi walau kendaraan lalu lalang dengan sombong disebelahku. Ini surganya petualang bung!! Kebebasan yang very nice..
Cukup muter2, aku menuju malimpa univ muhammadiyah untuk numpang nginap kebetulan markas ini kadang aku kunjungi jadi masih banyak yang kenal aku. Thanks…
Esoknya aku kembali mengayuh sepeda melewati sragen ngawi sebelum akhirnya aku berhenti didaerah madiun untuk ke makam Bapakku tercinta. Dan membersihkan makamnya agar terlihat segar dan bersih. Inilah suasana yang paling aku sedihkan, aku selalu merasa kehilangan dan takkan mau beranjak setiap aku ke makam. Aku merasa belum siap menerima kepergian Bapakku sampai sekarang. Bagiku Bapak adalah orang yang paling berarti dalam hidupku. Makanya disetiap perjalanan dipulau jawa aku merasa “wajib” untuk mengunjungi makam Bapak ini.hampa kadang dalam hidupku tanpa Bapak…Ya Allah Maafkan segala dosa dan kesalahan Bapakku jadikan Ia tamu terhormatMu di alam kuburnya. Jauhi Ia dari siksaMu. Terimalah segala amal Solat dan amal kebaikannya, Amin…..Engkaulah yang Maha Dahsyat..
Menginap semalam dirumah Pakdeku, kembali aku mengikuti jalanraya melewati kota madiun nganjuk kertosono jombang mojokerto mojosari dan nongol2 di porong. Dan karna hari sudah mau gelap akhirnya aku mundur ke sidoarjo untuk mencari tempat bermalam. Padahal tujuanku selanjutnya adalah pandaan lalu menuju tretes untuk mendaki g.welirang.
Setelah matahari bersinar aku kembali mengayuh sepeda menuju pandaan, dari sini jalan kearah tretes menanjak, namanya juga ke kaki gunung jalannya ya pasti nanjak, bahkan 5 km hampir sampai, jalan lebih menanjak dan ini membuat pahaku pegal dan mengeluarkan keringat banyak.capek euy..
Sampai di base camp aku sudah ditunggu teman manisku dari sidoarjo untuk sekedar ngobrol ngalor ngidul. Bahkan menjelang isya satu lagi temanku datang untuk sekedar bersua padahal dingin tuh naik motor..thanks ah …
Setelah teman2ku kembali pulang, aku mengenalkan diri pada petugas base camp dan mengutarakan keinginanku mendaki welirang esok hari. Bahkan rencananya dengan arjunonya sekalian..tapi malam ini aku mohon ijin numpang tidur menunggu pagi agar besok benar2 lebih kuat dan segar.
WELIRANG
Tepat jam 7.30 setelah membayar karcis pendakian 5ribu aku mulai melakukan pendakian. Sepeda kubebani satu botol air ukuran aqua besar, satu botol sepeda, tas sandang dan matras. Sedang daypack selain berisi perlengkapan mendaki plus logistik, kutambah 2 botol air aqua kecil dan sebuah tenda dome.lumayan berat dan rumit..
Pendakian awal aku hanya melewati jalur pendakian yang sudah ditata dan di semen. Enak dan hanya cukup mendorong sepeda saja untuk mengirit tenaga. Lalu setelah melewati sebuah gapura, jalur pendakian berupa jalan berbatu {makadam} yang terus menanjak dan berputar putar.bosan dan sangat menjemukan melelahkan. Makanya aku sering berhenti bahkan saat tiba dipos kokopan aku sempatkan masak mie instan sambil istirahat sampai 2jam.
Puas istirahat aku melanjutkan pendakian sampai pos pondoan dan bermalam, karna hari sudah magrib.lalu kupasang tenda dome dan beranjak tidur tanpa masak lagi.
Paginya kubereskan tenda, mengisi penuh air dan siap tempur menuju puncak arjuno. Kulangkahkan kaki ke arah jalur arjuno.. tapi baru beberapa ratus meter ternyata jalur yang kulalui kini banyak ditumbuhi rumput ilalang yang rapat dan tinggi sehingga pendakian membawa sepeda sangat sulit karna sering pedal sepeda menyangkut dan sulit digerakan. Melihat keadaan ini aku menjadi agak ragu dan mengambil keputusan mundur untuk memilih mendaki welirang dahulu dengan pertimbangan jalur welirang lebih lebar dan biar tambah semangat kalau aku sudah tembus welirang..
Berbalik arah aku melesat ke jalur welirang yang lebih mudah dilalaui sepeda. Aku bergerak secepat mungkin dengan pengaturan nafas yang berimbang agar aku lekas ke puncak.
Sepanjang jalur aku iringi dengan mengunyah permen untuk menghilangkan rasa hampa dimulutku. Jalur berputar dengan tanjakan kadang berbatu dan tanah hingga aku sampai disimpangan antara jalur lama dan baru. Disini aku memilih jalur lama yang sudah jarang dilalui para pendaki dengan perhitungan aku lebih suka, sepi dan sekedar reuni karna terakhir aku ndaki welirang tahun2003 dalam pendakian solo 17 gunung jawa. walau jalur langsung terjal dan berbatu bahkan aku sempat mengeluarkan golokku untuk memotong dahan pohon yang merintang menghambat sepeda untuk lewat.
Nafasku terengah keringat bercucuran kaki tanganku pegal tapi aku terus semangat. Bagiku pendakian dengan suasana sepi kaya begini adalah dambaanku karna aku bisa lebih menikmati arti kesendirian.
Setelah melewati banyak tanjakan terjal akhirnya aku tiba dipuncak bayangan dalam keadaan berkabut tebal. Bayangkan pandanganku hanya beberapa meter ke depan. Aku cemas, aku berpikir sampai kapan aku harus menunggu kabut ini menghilang. Aku mulai ragu sudah 15 menit keadaan masih gelap, aku pasrah tapi tetap ngotot untuk maju karna aku harus muncak.
Dalam keadaan seperti ini aku banyak berdzikir memohon kepadaNya agar kabut segera menghilang. Dan doaku berhasil walau hanya sekilas samar aku bisa melihat pandangan ke depan dan akupun bergerak maju perlahan dengan pandangan terbatas.kulihat puncak masih jauh aku masih harus melewati medan yang menurun dan mendaki lagi melewati kumpulan asap belerang yang baunya menyengat. Disini aku teringat mati, aku berpikir bagaimana kalau seandainya dengan tiba tiba karbon monoksida keluar dan menghajar pernafasanku. Ahhh kacau, pasti aku akan mati lemas dan tidak bisa kabur dengan keadaanku yang membawa beban cukup berat, apalagi harus meninggalkan pacarku polygon. Tidak sanggup berpisah.
Aku juga baru merasakan pedihnya Mallory yang akan menjadi yatim kalau sampai aku terkapar di area kaldera welirang ini. Tidak bisa aku bayangkan…padahal aku belum merasakan nikmatnya gunung luar negri ataupun cartensz. Pasti kematian yang sia sia..
Dengan pikiran yang sedikit kacau aku terus melangkah lebih cepat walau nafasku sengal, kaki tangnku tarasa letih sekali.
Akhirnya dengan memaksa dan penuh semangat aku berhasil tiba di puncak dengan iringan airmata, aku menangis, aku terharu, aku lemah, aku cengeng, baru kali ini aku merasakan pendakian yang sedikit berbeda padahal aku sudah sangat sering mendaki gunung lalu tiba dipuncak sendirian atau mendaki dari bawah sampai puncak tidak ketemu satu pendakipun. Tapi kenapa kali ini perasaanku sangat berbeda? Mungkin karna kekhawatiranku akan gagalnya perjalanan ini hingga membuatku sedih saat tiba dipuncak.
Lalu aku mengeluarkan kameraku dan mengambil gambar seperlunya sebagai bukti aku sudah disini terutama sepedaku. Aku bangga bisa kembali mengantarkan polygon kepuncak gunung.
Tanpa berlama lama aku bergegas kembali turun menuruni jalur area kaldera dan terus menuruni jalur yang terjal dengan hati hati tanpa berhenti, hanya sesekali sekedar menarik nafas sampai pondoan. Aku istirahat sebentar dan mengukur keadaan tenagaku. Ternyata aku merasa tenaga letih banget dan tidak bergairah untuk melanjutkan ke arjuno, lalu kuputuskan kembali menuruni jalur pendakian.dengan langkah sedikit goyah.
Setelah melangkah turun dengan jalur yang membosankan aku tiba kembali di basecamp bada magrib. Akupun langsung isitirahat dan kembali menumpang bermalam.
Esoknya aku mengayuh sepeda meninggalkan tretes menuju pandaan lalu ke arah malang karna aku ada janji dengan “temanku” didaerah lawang dan terus ke malang untuk istirahat.
Hanya semalam di malang aku kembali meluncur ke surabaya untuk isitirahat di pataga untag.
Dalam perisitirahatan disini aku merasa tanggung dan perlu mencoba mendaki penanggungan sebagai ganti dari Arjuno. Tapi jujur aku malas untuk bersepeda antara pandaan ke arah tretes.
Setelah kupikir pikir aku mohon bantuan satu teman pataga untuk mengantar dengan motor dengan perhitungan aku masih FAIR karna rute itu sudah aku lewati hanya malas menguras tenaga mengayuh ke arah tretes.
Singkatnya aku tiba di kaki gunung dan memulai pendakian. Kusuruh temanku pulang untuk meninggalkan aku, membiarkan aku mendaki sendiri tapi temanku tidak mau dan bilang ingin membantu mengambilkan gambar dipuncak. Maklum saat aku mendaki gunung merapi dan welirang aku hanya memfoto sepeda tanpa bisa mengambil gambar aku dan sepeda karna dipuncak memang tidak ada pendaki lain.
PENANGGUNGAN
Setelah mengisi perut dengan sarapan pagi, aku memulai pendakian. Aku dibelakang, temanku di depan. Sengaja begitu karana aku tidak bisa mendaki dengan membawa sepeda tapi ada orang di belakangku, aku merasa tidak bebas saja.
Perlahan pasti aku menyusuri awal jalur pendakian yang berupa ladang penduduk, disini banyak sekali simpangan tapi masih terbaca mana yang keatas dan yang mana jalur ladang. Semangatkupun masih full hingga aku tiba di batas ladang.
Ternyata aku tidak menyangka kalau jalur setelah ini berupa lorongan kecil yang sempit dan sulit dilalui sepeda. Aku lupa dengan jalur ini, sudah lama aku tidak mengunjungi penanggungan. Temanku tetap mendaki di depan, aku bersusah payah dan berusaha untuk melewati rintangan jalur pendakian yang sempit ini. Sedikit demi sedikit aku bisa melewati walau pergerakanku sangat lambat. Mungkin temanku berpikir, rasain lu pake nyari susah sih ndakinya. Ah namanya juga usaha hehehe….
Aku tiba dipelataran, dan berisitirahat sejenak lalu kembali bergerak. Temanku melesat kedepan jauh. Jalur terbuka berbatu dan tanah. Langkahku pelan karna jalan menanjak terjal. Tenagaku sedikit lemah namun masih greng.
Pelan tapi pasti aku mendaki, melewati goa kecil, menanjak lagi berbatu dan terus keatas. Capek euy..hingga akhirnya aku tiba dipuncak, temanku sudah asyik tiduran dengan santai.
Aku lepas lelah sebentar, lalu solat dzuhur di jama ashar karna hari sudah melewati tengah hari. Setelah itu temanku membantu mengambilkan gambar aku sedang mengangkat sepeda dengan latar belakang arjuno welirang. Juga gambar2 yang lain sampai puas. Kunikmati puncak penanggungan dengan nyemil biskuat coklat, susu coklat dan roti. Tidak menyangka ya penanggungan yang tidak begitu tinggi tapi bisa menyulitkan pendakianku dan melelahkan.
Cukup isitirahat aku turun tapi baru beberapa meter kakiku terpelesat dan brakkkkk, aku jatuh dengan sangat telak hingga tanganku berdarah membentur batu dan ditambah sepeda menimpah badanku. Sakit banget rasanya, temanku hanya terpaku karna kejadian yang cepat bahkan dia sempat bengong dan tidak segera menolong mengangkat sepeda dari badanku. Lagi ngelamun jorok kali ya…
Tanpa mengeluh aku bangun dan melanjutkan turun gunung. Temanku kusuruh didepan meninggalkan aku biar aku bisa fresh.
Pelan2, hati2, mata tajam, aku turuni dengan harapan tidak mau jatuh lagi. Pokoknya perjalanan turun sama sangat sulitnya dan memerlukan kesabaran. Apalagi jalur berbatu, lalu bertanah licin. Belum lagi saat melewati lagi lorong yang sempit.
Namanya juga hati2 walau pelan, akhirnya aku bisa sampai bawah lagi menjelang magrib.
Istirahat sejenak diwarung sambil makan nasi soto aku bilang pada temanku aku akan bersepeda gelap gelapan ke surabaya.
Aku berpisah, temanku ke arah mojosari dengan motornya, sedang aku mengayuh sepeda ke pandaan dan terus meluncur ke surabaya dengan lelah tapi semangat. kupasang lampu kecil berkelap kelip agar aku tidak dihajar mobil dari belakang
Tiba di markas pataga aku lelah dan langsung duduk bersender dengan keringat bercucuran sambil ngobrol bercerita tentang pendakian tadi.
Lalu aku mandi, istirahat dan tidur mencari mimpi..
Esoknya setelah berterima kasih aku pamit untuk melanjutkan perjalanan. Thanks pataga…
Kususuri jalan kearah krian mojokerto jombang dan sampai kertosono saat magrib. Aku sms salah satu temanku untuk menjemput karna aku ingin rest di nganjuk dan kediri.
Oya perlu diketahui kalau aku disini mempunyai teman setia berjumlah 5orang dan kalau boleh dibilang aku punya 5 punakawan dan aku arjunonya hehehehe tapi mereka maunya dibilang pandawa lima, ah kegantengan tuh.
Tak lama temanku datang dan mengawalku bersepeda ke rumahnya yang masuk wilayah nganjuk. Lumayan jauh sekitar 17km.
Menjelang sampai tapi belum sampai rumahnya, temanku mengajak ngopi, aku mah milih es estra joss biar seger, dua gelas.Nongkrong lumayan lama sambil ngudut, ah nikmatnya. Santai….
Setelah itu menuju rumah temanku dan aku langsung mandi yang kebetulan dia punya kamar mandi plus wc untuk tamu, yang berada didepan rumah, mantappppp…
Saat aku mandi temanku menghubungi satu personil yang lain dan tak lama datang menemani aku ngobrol, ngopi, ngudut dan meluncur menemui satu lagi personil yang lain sedang yang dua lagi jauh dikediri sana. Inilah urutan cs ku :
Diyan Lento 27 tahun, pekerjaan punya counter hp. bojone guru sd
Ciri ciri : gendut item kaya bos celana dalamnya gede suka senyum tapi belum gila
Hobi : bisnis, jalan2,dan ngumpulin cd janda hihihi
Type : cepat tanggap dan cepat berereksi hehehe
Domisili : ngronggot nganjuk
Demo 30 tahun, pekerjaan pengangguran tulen tanpa batas, tapi lagi pengen nyoba warungan. Masih bujangan tapi nafsu gede banget
Hobi : wira wiri, ngotak ngatik motor dan jelalatan juga doyan ngomong jorok hehehe
Ciri ciri : tegap, slalu pake tas, playboy kolektor cewek selalu merasa kurang, dan rajin bosanan
Type : kadang tanggap kadang kampret, ngawal rajin dan doyan mandi
Domisili : kota nganjuk
Balung 29 tahun, pekerjaan ngurusi kebun dan sawah. bojone ngelesi anak2 sd smp
Ciri ciri : kurus, bertulang, perokok berat, tukang cengngengesan doyan kentut sembarangan..
Hobi : mancing, melihara ikan dan tanaman, pake celana buntung dan seruntulan kaya kete…
Type : cepat tanggap, doyan becanda apalagi berjanda
Domisili : ngronggot nganjuk
Aripin 30 tahun, pekerjaan dulu bikin tahu sekarang beternak bebek. Masih bujangan dan pasti gak akan laku hehehe karna ga pernah punya pacar…makanya cari dukun pin…
Ciri ciri : kecil, item, jelek idup kadang suka ketawa karna cita2 ingin jadi orang gila hehehe
Hobi : pemancing mania, pake kaos butut, ngopi item, dan selalu coba berburu cewek tapi gak pernah berhasil hehehe
Type : tanggap, cuek, malas mandi dan doyan berkubang
Domisili : gringging kediri
Sandi 30 tahun, pekerjaan guru sma, duda dan lagi pengen kawin
Ciri ciri : tegap, berwibawa, omongan teratur kadang melantur, dan jelalatan
Hobi : berpolitik, mancing, seleksi cewek, ngopi item dan cuci mata
Type : tanggap, tegas, cepat bangun pagi dan bangun bawahnya…hehehe
Domisili : kota kediri
Kesimpulan : semuanya satu mapala, jujur,baik, setia, sederhana, doyan kentut, ngudut, mata keranjang, becanda dan ngomong jorok, lulus kuliah kecuali demo gak kelar kelar hehehehe
Esoknya aku tetap istirahat selama 3 hari bergantian tempat nginap dari satu ke satu yang lain. Penuh acara dari mancing, nongkrong dikampus sampai cari lumut untuk pakan bebek. Sempat perpisahan tradisi dengan makan bersama. Kali ini motong bebek dan di goreng tapi diundur karna pak guru ulang tahun. Baru esoknya aku pamit dari rumah aripin sang bujangan tak pernah laku….
Ah sungguh berat kali ini berpisah meninggalkan teman2 dalam perjalanan kali ini. Aku hanya sedih menahan airmata dan berjanji satu saat kalau aku punya sponsor biarlah aku tidak mau merepotkan mereka .mudah mudahan…
Kembali aku beraspal jalan raya menuju madiun dan kembali menjenguk makam Bapakku tercinta dan menginap dirumah pakde.
Esoknya aku bersepeda menuju yogyakarta, rest semalam dan melanjutkan kearah kledung untuk mendaki gunung ke empat melewati magelang temanggung dan parakan.
Saat aku tiba di kledung jam 3 sore, aku sempatkan santai di pinggir jalan sambil nonton pertandingan sepak bola antar kampung. Setelah itu aku ke basecamp dan bermalam.
.
SINDORO
Esoknya setelah mengisi buku pendaki dan membayar dua ribu, aku mulai bersiap siap dengan mengisi air ke botol2 minum dan memasak nasi guna makan siang karna pagi ini aku hanya sarapan dengan dua buah roti.
Sekitar jam 6.30 aku mulai melakukan pendakian dengan penuh keyakinan kalau pendakian ini akan baik2 saja.
Pertama mendaki kulewati jalan berbatu yang tertata sampai batas ladang, aku dengan mudah mendorong sepeda atau menaiki. Sesekali aku berpapasan dengan penduduk yang ingin mencari kayu bakar atau rumput dan selalu bertanya kenapa mendaki membawa sepeda karna mereka yakin tidak akan bisa. Aku hanya senyum sambil jawab kalau aku lagi iseng saja.
Jalan berbatu habis, jalur pendakian berubah medan tanah mendaki namun masih terlihat mudah. Tak lama jalur berbelok ke kanan turun sedikit dan berganti punggungan. Dari sini pendakian mulai terlihat merepotkanku, maklum aku sudah puas melihat jalan menanjak yang berarti aku harus memanggul sepeda dan berarti pasti capek. Aku tetap tidak peduli dengan apapun karna bagiku sepeda tetap akan aku bawa sampai atas.
Setelah sampai di pos terakhir jalur mulai lebih menanjak terjal dan kadang sempit. Langkahku mulai lambat dan banyak berhenti karna lelah.tapi lambat laun aku terus keatas walau pergerakanku memang sangat lambat. Tengah haripun aku masih jauh dari puncak.
Setelah solat dzuhur aku mulai melewati jalur yang terbuka dan berbatu. Dari sini belum terlihat puncak. Jalur kian menanjak dan berbelok agak kekanan dengan medan sedikit pepohonan pendek. Pergerakanku benar2 memble kaki dan tangan seperti sudah tak bertenaga hanya semangat yang masih tersisa. Hampir setiap saat berhenti. Bebanku berat, di daypack dan sepeda, sama seperti saat mendaki welirang.
Aku hanya bisa teguhkan hati dan banyak berdzikir agar tenagaku yang hampir habis bisa bertahan sampai puncak hari ini.
Akhirnya dengan perjuangan yang sangat berat dan memaksa, aku tiba dipuncak jam 5 sore. Akupun bergegas mengambil kamera dan memfoto sekelilingku yang merupakan pemandangan bagus. Tak lupa aku angkat sepeda dan menyuruh pendaki lain yang kebetulan juga tiba di puncak untuk memfotoku. Kuambil gambar sepuasku secepatnya karna aku harus bergegas turun dan mencari tempat lapang untuk bermalam. Aku turun dengan lambat dan hati hati. Langkah kumantapkan dijalur berbatu agar tidak terpeleset jatuh. Tidak beberapa lama dan tidak begitu jauh dari puncak, mungkin sekitar 600 meter, aku menemukan tempat yang cocok untuk bermalam. Dan langsung saja kubongkar tenda dome ku dengan cepat karna kalau sudah gelap sekali pasti aku akan sulit mendirikannya seorang diri.
Tanpa sabar aku langsung masuk ke dalam tenda setelah sepeda kugeletakan disamping tenda, apalagi udara mulai terasa dingin.
Di dalam tenda, daypack kubongkar, mencari roti, kacang, dan biskuit coklat untuk makan malam. Aku malas masak dalam keadaan yang lelah ini. Setelah merasa sedikit kenyang dan solat aku langsung rebahkan tubuhku yang kecil untuk mulai membuat mimpi kedalam sleeping bag dan menunggu pagi. Aku merasa puas dengan pendakian yang telah tembus puncak ini. Dan juga merasakan nikmat yang damai bisa tidur sendiri di alam bebas tanpa teman karna pendaki lain yang ketemu di puncak sudah jauh meninggalkanku jauh turun ke bawah. Sungguh malam yang menyenangkan….
Saat hari terlihat terang, aku mulai membereskan peralatan ke dalam daypack kembali dan membongkar tenda dengan cepat karna aku sudah tidak sabar untuk lekas turun dan menikmati jalan raya dengan kayuhan sepeda tanpa hambatan seperti digunung.
Setelah beres kusempatkan sebentar menghangatkan tubuhku di sinar matahari pagi agar tubuhku lebih segar. Dan setelah kurasa cukup, aku langsung melesat turun tanpa henti untuk isitirahat yang lama. Kulalui jalur turun yang terjal dengan sangat hati hati, terus dan terus dengan sabar, menahan beban yang berat. Walau kadang terasa malas tapi kaki terus kupaksa melangkah, apalagi sepanjang jalur turun sepi hanya aku sendiri tanpa ada pendaki lain yang berpapasan.
Saat aku tiba dijalan bertanah mendekati ladang penduduk, sepeda langsung kunaiki dan melesat dengan cepat, lalu disambut jalan berbatu yang tertata sampai desa kledung.
Wah, akhirnya sampai juga. Aku menuju basecamp dan membereskan kembali mengecek peralatan jangan sampai ada yang tertinggal karna sebagian barang yang tak perlu sebagian kutitipkan.
Dengan cekatan barang kurapikan, kupasang di boncengan sepeda lalu aku pamit pada penghuni basecamp dan langsung cabut dengan senyum lebar, puas, bahagia bisa kembali lagi ke jalan raya dan tanpa basa basi ngebut mengikuti jalan aspal yang menurun sampai wonosobo.
Di wonosobo aku istirahat untuk makan siang di warung dan solat dzuhur. Lalu kembali lagi mengayuh sepeda dengan cepat menghajar jalan raya menuju purwokerto karna jarak yang kutempuh masih jauh. Aku melewati banjarnegara dan purbalingga sebelum akhirnya aku sampai purwokerto menjelang magrib.
Aku langsung ke markas mapala satria universitas muhammadiyah, aku menumpang bermalam disini karna aku memang sudah biasa kalau masuk purwokerto selalu singgah disini. Setelah sejenak ngobrol dan beramah tamah dengan teman mapala, aku mandi solat dan kembali istirahat menikmati malam sejenak lalu tidur dengan matras namun bisa membuatku pulas.
Pagi aku bangun, solat, mandi, lalu pamit pada teman mapala dan berterima kasih karna bisa menumpang tidur dan istirahat. Akupun mengayuh kembali menyusuri jalan raya melewati ajibarang bumiayu prupuk lalu belok kearah kiri mangambil jalan ke arah ketanggungan dan tembus jalan pantura di tanjung. Dari tanjung aku sudah di tunggu beti timun temanku di losari karna kita memang janjian untuk mendaki gunung ciremai gunung terakhir dalam perjalanan ini. Aku minta bantuannya untuk mendokumentasikan pendakian dengan handycam nya.
Tapi di losari aku minta juga untuk istirahat dua hari karna sejak turun dari sindoro aku belum istirahat, maklum tenagaku masih lemah terutama kedua tanganku. Disini waktu ku habiskan dengan jalan2, bikin rujak dan mencari ikan ditambak. Selama di losari aku tidur dirumah ganda, temanku yang lain karna kalau di rumah beti agak ramai, aku sungkan. Kedua temanku ini merupakan teman dagang di pasar sunter sana. Mereka adalah pedagang sayur mayur dan cabai tomat dan aku sering berinteraksi dengan mereka hingga aku akrab.
Setelah istirahat di losari aku menuju cirebon dan isitirahat dua hari lagi di bekas kantor abangku. Sengaja aku istirahat dua hari karna abangku akan mampir dari perjalanannya ke madiun sana dan sekalian minta bantuan tambahan logistik untuk mendaki ciremai. Sedang beti tetap di losari karna kita memang janjian ketemu di linggarjati.
Akhirnya hari yang telah disepakati, pagi pagi aku berangkat mengayuh sepeda ke arah linggarjati. Dengan santai kunikmati sepanjang jalan sambil bersiul karna memang Jalan menuju kesana tidak terlalu menanjak.
Sekitar jam 9 aku tiba di gedung linggarjati tempat yang telah disepakati tapi aku masih menunggu karna beti belum datang. Sambil menunggu aku santai di bawah pohon sambil melamun.
Setelah menunggu satu jam lebih akhirnya beti nongol dengan di bonceng motor ganda, lalu kita menuju pos pendakian untuk melapor.
CIREMAI
Aku sempat kaget begitu melihat tulisan bahwa kalau mendaki ciremai kita harus membayar Rp 6.500, ah mahal sekali. Petugas disini terlalu mengkomersilkan gunung ciremai padahal sarana prasarananya kurang bagus. Beda sekali saat aku mendaki tahun 93 atau mungkin lebih asyik saat kakak perempuanku mendaki tahun 86.
Kucoba mohon bantuan petugas agar aku di beri kemudahan mendaki dengan menceritakan perjalanan yang sedang aku jalani. Tanpa lama mereka berbaik hati dengan hanya menyuruhku membayar satu karcis untuk dua orang. terima kasih sudah mau membantu kang..
Setelah bersalaman dengan ganda dan pamit pulang. Aku berdua mulai mendaki dengan menyusuri jalan kearah cibunar untuk mempersiapkan kembali pendakian karna rencanaku kita mendaki bada dzuhur.
Di cibunar ku isi semua botol tempat air yang ku bawa dengan penuh lalu makan siang dan solat dzuhur. Kamipun berangkat lagi, beti kusuruh melangkah di depan agar aku bisa konsentrasi dengan sepedaku.
Kami susuri jalan menanjak yang masih dikawasan ladang penduduk, cukup lelah padahal baru awal pendakian namun kami masih rileks.
Lalu kami mulai memasuki hutan dan pendakian sesungguhnyapun dimulai. Tanjakan demi tanjakan kami lewati dengan susah, blok demi blok kami lalui dengan berisitirahat sejenak. Aku sangat konsen dengan bawaanku yang rumit sedang beti sibuk dengan handycam dan kamera digitalnya. jalur yang kulalui terasa pusing dan banyak memutar otak, bagaiman tidak, pendakian dengan hanya membawa ransel saja sudah susah apalagi ditambah dengan sepeda. Coba tanyakan pada para pendaki yang pernah mendaki ciremai dari jalur linggarjati !! tanjakan disini sangat terjal belum lagi lorong sempit atau akar pohon yang harus dilalui. Tapi aku tetap ngotot, bagiku pendakian seperti ini adalah tantangan dan tak ada istilah untuk mundur.
Saat tiba di blok sanggabuana dua, tiba2 saja hujan turun dengan lebatnya, aku langsung mengambil mantelku sedang beti kebingungan karna dia tidak membawa padahal sudah aku peringatkan. Dia beralasan tidak perlu karna sekarang musim kemarau. Akhirnya matrasku yang kuikat di sepeda kubuka dan direntangkan dikepala beti sebagai penangkal air. Kami berdua menunggu hujan sambil jongkok, sungguh hal yang tak terduga tapi mengesankan.
Pendakian kami jadi tertunda dan terulur waktu, pendakian jadi lebih lambat. Sedang aku memperkirakan kami bisa sampai lebih awal di blok terakhir pengasinan.
Dengan susah payah kami melanjutkan langkah setelah hujan berhenti. Kami harus lebih hati2 karna jalur berikutnya berupa bebatuan tapi licin yang telah terkena air hujan. Pelan tapi pasti kami terus keatas hingga akhirnya kami tiba di pengasinan hampir menjelang magrib.
Tenda langsung ku bongkar, beti kusuruh membantu agar tenda segera lekas berdiri karna udara lebih dingin dari sebelumnya.
Ternyata setelah kami membongkar ransel, sleeping bag kami basah, jadilah malam itu tak bisa meringkuk nikmat di bungkus SB. Beti mengandalkan sarung sedang aku cuek dan berusaha menikmati udara yang dingin. Tapi hal ini tetap menjadikan kami sulit tidur pulas. Bahkan dua kali mataku di tinju beti yang tidurnya gundah membolak balik badan sambil tangan kemana mana, maklum gelap dan gelisah. Malampun terasa puanjaaaaaaang.
Akhirnya pagi datang, kami keluar tenda untuk menikmati sinar matahari yang keluar dari sarangnya agar badan terasa lebih hangat. Alhamdulillah ……
Setelah sarapan pagi dengan roti, kami bersiap menyerang puncak. Tenda kami tinggal, semua barang yang basah kami jemur.beti hanya membawa handycam dan air, sedang aku membawa daypack dan semua logistik plus air. Pendakian akhirpun di mulai..
Jalan menuju puncak begitu rumit, terjal dan sulit dilalui sepeda. Tidak jarang aku pusing karna sepeda nyangkut diakar atau dahan pohon. undakan jalurnya seperti manjat tembok. Lebih lagi ditambah jalan yang licin. waktu pendakian yang sebenarnya setengah jam harus aku lewati hampir sejam setengah. Itupun dengan dipaksa sekali tanpa istirahat.
Tiba dipuncak….
Cuaca cerah, aku lelah namun sangat puas, selesailah 5 puncak gunung perjalanan tahun ini. Tanpa sabar, aku langsung menyuruh beti mengambil gambar baik dari handycam maupun kamera. Aku angkat sepeda tanda kemenangan dengan penuh gaya. Jepret sana jepret sini. Lalu kami istirahat sejenak sambil menikmati cemilan2 dan bercanda.
Setelah kurasa cukup kami beranjak meninggalkan puncak menuju pengasinan tempat kami memasang tenda. Turun memang lebih cepat tapi resikonya lebih besar untuk jatuh. Makanya aku lebih hati2.
Sampai pengasinan, tenda kubongkar semua peralatan kami masukkan kedalam daypack dan ransel. Kuteliti semua jangan sampai ada yang tertinggal.
Setelah semua beres dan siap, kami langsung turun dengan hati2 melewati jalur yang sama dengan turunan yang membuat pegal kaki juga memusingkan langkahku. Melewati lorong yang sempit, turunan curam, akar yang meringkel dan tanah yang licin.
Pada kesempatan yang apes, aku terpelest jatuh dengan sangat telak hingga aku terjerembab dan sepeda terbanting hingga berputar. Syukur tanganku hanya lecet hanya saja sepedaku yang sedikit benjol.
Dari kejadian itu aku lebih hati2 dan waspada melewati jalur langkah demi langkah.
Pelan tapi pasti blok demi blok, turunan demi turunan aku lalui dengan aman hingga aku tiba kembali di cibunar. Sore hari menjelang magrib.
Tadinya kami ingin langsung turun dan melanjutkan perjalanan ke cirebon tapi karna beti fisiknya sudah lemah dan kakinya melepuh hingga tak sanggup lagi berjalan, akhirnya kami bermalam di cibunar dekat warung.
Paginya kami turun dan berisitirahat sejenak di depan gedung linggarjati dengan santai dan rasa puas karna telah sampai puncak ciremai.
Lalu kami berpisah, beti naik mobil angkutan menuju losari sedang aku mengayuh sepeda menuju cirebon dan berjanji esoknya untuk bertemu di balai diklat tempatku menginap.
Aku bahagia telah sanggup merampungkan perjalanan bersepeda dan pendakian 5 gunung sekaligus dalam satu perjalanan yang kuanggap sangat sulit dan belum pernah ada satu orangpun melakukan perjalanan seperti aku ini. Sebuah perjalanan yang benar2 menguras tenaga, mental dan kesabaran.
Saat tiba di cirebon aku langsung mandi dan berisitirahat bahkan aku bersantai ria disini di balai diklat selama 3 hari.
Singkatnya aku pamit pada teman2 di balai dan meneruskan perjalanan menuju jakarta melewati sumedang bandung cianjur puncak ciawi bogor cibinong dan finish di rumah dinas abangku di STAN bintaro.
Aku sangat berterima kasih kepada Allah yang berbaik hati masih mengijinkan aku berpetualang dan menyelesaikannnya dengan baik. Dan aku sadar bahwa aku harus lebih pintar dan bijak dalam mengambil hikmah dari perjalanan yang telah aku lalui, bahwa perjalanan ini bukan hura hura tapi lebih di artikan sebagai tempat aku belajar memahami hidup, mengakui KebesaranNya yang tak Terbatas.
Jakarta, Juli setelah pemilu pilpres 2009
Iwan thanks :
1. Allah Yang Maha Dahsyat
2. Muhammad Rosululloh
3. Almarhum Bapak Tercinta
4. Ibu Tercinta
5. George Leigh Mallory anakku
6. Kuwat Slamet
7. Keponakanku yang cantik, Fairuz Najiah Ayuasmiati
8. Peter Mulyadi Manager Promotion Polygon
9. Doni Saleh Lurah Sunter Agung
10.Mbah Surip yang setia menyanyikan lagu Tak Gedong Kemana-mana untukku
11. Mbah Surip yang setia menyanyikan lagu Tak Gedong Kemana-mana untukku
12. Bikepacker Indonesia
13. Kakakku cendol dan srintil
14. Beti timun, tukang sayur
15. Ganda, tukang cabai
16. Diyan, demo, balung, aripin, sandi dan fatkur, punakawan plus
17. Fuad dan Dedi, cleaning servis balai diklat depkeu cirebon
18. Pataga Untag Surabaya, api dkk
19. Gindrong Pataga Untag Surabaya
20. Malimpa univ Muhammadiyah Solo, special Botak
21. Rais
22. Gemapala Stain Pekalongan
23. Priyo, polisi militer
24. Bogeng, komandan pasar bambu kuning
25. Rodalink
26. Aneh, kohan
27 Tante magic
28. Mapala Satria Univ muhammadiyah Purwokerto
29. Mesjid yang kusinggahi
30. Jalan raya yang kulewati
31. Orang gila yang kutemui inspirasiku
32. Oksigen, matahari, air dan foods
33. Astroz tungganganku
34. Pantat, mata, tangan, kaki, pundak dan seluruh anggota tubuhku
35. Potret kehidupan yang kulihat sepanjang jalan
36. Gunung dengan hutan, punggungan, lembah dan jurangnya
37. Pulsa im3
38. Suasana antara prupuk ketanggungan
39. Handphone ku
40. Kentut indahku
41. Cewek cewek cantik yang kulihat dalam perjalanan
42. Lamunanku
43. Dan semua yang aku mungkin lupa untuk disebut karna cuaaaaaaaaapek…..
No comments:
Post a Comment