Saturday, April 27, 2013

Intermezo suatu hari..



Suatu sore... setelah solat magrib aku mengayuh sepeda dari sunter menuju senayan city untuk mengambil dvd rekaman waktu aku menjadi tamu sebuah acara talk show di tv o,chanel.

Baru saja aku mengayuh sejauh 1km perutku terasa lapar minta di isi. Aku tak sadar kalau aku belum makan. Aku hanya berpikir ingin menepati waktu, dengan orang tv o’chanel utk mengambil dvd itu.

Dalam keadaan perut yg kosong, aku tetap mengayuh menyusuri jalan raya dengan hati hati. dalam pikiranku aku bergumam, kalau aku hitung hitung belajar survive dalam perjalanan ini. aku terus mengayuh dengan cepat agar lekas sampai, karna jam8 malam aku ada tugas penting yang menjadi rutinitas dirumah.
Dalam perjalanan, tiap meter adalah bunyi perut yang menahan lapar ditambah rasa haus karena mengayuh dengan cepat.
Tiap meter pula aku menahan dingin terkena terpaan angin yang membuat perutku terasa kacau bahkan pikiranku sedikit kurang konsen terhadap jalan raya.

Dalam keadaan seperti itu aku terus mengayuh sepeda hingga sampai ditempat tujuan. saat sampai disana, setelah menerima dvd dari orang o,chanel, aku tidak bisa berlama lama karena aku harus lekas kembali dan langsung pamit.
Dan saat kembali mengayuh arah pulang ternyata perutku mulai menjalar ke kaki dan badanku. kaki terasa berat, badan terasa lemas dan tenaga seperti tinggal sedikit. dalam keadaan seperti ini aku mulai berpikir untuk membeli minuman dan sepotong roti. tapi ternyata aku tak membawa duit, mungkin karna terburu buru saat berangkat aku lupa dan langsung bergegas.

Dalam keadaan seperti itu keinginan survive mengayuh dalam keadaan lemah tetap mendominan. pikiranku hanya berpikir bahwa aku harus bisa terus mengayuh sepeda sampai rumah. Dalam hati aku membandingkan dengan keadaan saat bulan puasa, saat itu aku pernah mengayuh dalam keadaan lemah menuju rumah untuk berbuka dan itu berhasil.
dan alasan itulah yg membuat aku bertahan, terus mengayuh walau kecepatan kayuhan melambat dan benar2 terasa malas karena lelah menahan lapar dan haus.

Dalam “siksaan” mengayuh sepeda, aku berpikir, ternyata manusia itu makhluk yang lemah, makhluk yang tidak boleh angkuh karena manusia diciptakan mempunyai batasan kekuatan dan ketahanan tubuh. dan hanya Allah lah yang pantas sombong.
Aku juga berpikir kalau aku merasa bisa sangat menikmati makan dan minum bila sampai rumah nanti.

Akupun jadi teringat bahwa kenikmatan orang makan itu disaat kita dalam keadaan lapar dan kenikmatan orang minum itu disaat kita haus. hal inilah yang membuatku bertahan mengayuh sepeda dalam keadaan kondisi yang sangat lemah.

Setelah mengayuh dalam keadaan memaksa, aku akhirnya bisa menyelesaikan sunter - senayan city pulang pergi selam 1,5 jam yang aku perkirakan berjarak 25km lebih dengan suasana jalanraya yang padat dan banyak halangan lampu merah.
Dan benar saja, saat sampai rumah, aku langsung mencari air untuk minum, wuuuh.. mantap, sangat nikmat hausku hilang, hausku terbayar.. dengan pelajaran survive yang sukses.lalu mencari makan yang bisa mengganjal perutku dengan santai penuh penghayatan. Dan ini menjadikan aku merasa lebih bersyukur bisa menikmati air minum dan makanan dengan penuh arti, berterima kasih pada Yang Kuasa kalau aku masih diberi rezeki air dan makanan. amin

Kesimpulan dari perjalanan bersepeda dalam keadaan perut kosong adalah bahwa aku lebih merasa takjub dengan Allah akan tubuh ini, hasil ciptaanNya. yang begitu sempurna dan sangat berguna dalam menapaki peerjalanan hidup. aku juga jadi lebih mengerti akan pentingnya memiliki rasa bersyukur akan segala rezki yang telah diberikan Allah kepada ku. bisa mengerti nikmatnya makan dan minum disaat aku merasa sangat lapar dan haus.

Selamat malam jalan raya yang kulalui... jalan raya antara sunter - senayan city - sunter, yang begitu indah akan pelajaran bersepeda dalam keadaan susah..
Terima kasih waktu yang telah memberi aku untuk berpikir lebih dalam...
Iwansunter tidak jadi terjungkal...

No comments: