Wednesday, July 26, 2006

PERJALANAN: DENPASAR – POTOTANO, SUMBAWA


Ini adalah jurnal perjalananku di hari ke-98 s.d. ke-100 yang merupakan bagian dari perjalanan bersepedaku seorang diri: JAKARTA – SABANG, NAD – JAKARTA – LARANTUKA, NTT – JAKARTA

Senin, 24 Juli 2006 (Hari ke-98) Perjalanan ke Arah Timur:

Tadi malam aku bisa tidur dengan pulas meskipun harus tidur di kamar sel tahanan kantor KP3 pelabuhan. Aku memang yang meminta tidur di tempat itu. Kebetulan memang sedang tidak terisi dan para petugas pun tidak keberatan. Setelah berterima kasih dan pamit kepada para petugas KP3 Gilimanuk, sekitar pukul 07.00 WITA kukayuh sepedaku menuju Denpasar. Entah mengapa hari ini aku ingin sekali segera tiba di ibukota pulau Dewata itu. Sejak bangun tidur pagi tadi, telah kutanamkan dalam diriku untuk tidak perlu lagi memikirkan hal-hal yang menurutku percuma untuk dipikirkan. Kekecewaanku kepada pihak Polygon tidak boleh menjadi penghambat tujuan perjalananku. Toh masih banyak rekan-rekanku yang sangat peduli kepadaku.

Jalur Gilimanuk menuju Denpasar sepanjang kurang lebih 130 km aku libas dalam waktu 6,5 jam saja! Sangat berbeda dengan tahun lalu dimana aku menempuh jalur tersebut dalam waktu lebih dari 8 jam. Saat itu aku memang belum mengenal medan jalan secara persis. Nah, berbekal perjalanan tahun lalu, aku jadi merasa mengenal setiap jengkal jalur tersebut. Aku bahkan merasa seperti baru kemarin aku melalui jalur tersebut.

Setibaku di Denpasar seorang rekan milis yang bernama Toto Totog telah menanti kedatanganku. Meskipun sempat sedikit misunderstanding dengannya tapi keakraban kami tetap terbina dengan baik. Sejak siang hingga malam kami saling berbagi cerita. Apalagi beberapa rekan Toto pun ikut nimbrung dalam perbincangan tersebut. Malam ini aku menginap di tempat kost-an sahabatku itu.

Selasa, 25 Juli 2006 (Hari ke-99) Perjalanan ke Arah Timur:

Wah aku nggak tau harus mengucapkan apa lagi kepada sahabatku, Toto. Ia telah memperlakukanku dengan sangat baik dan bahkan ia pun memberikan tambahan perbekalan untuk perjalananku. Karena memang perbekalanku mulai menipis, aku tak kuasa menolak pemberiannya. Tapi saat ia akan memberiku sejumlah uang, kutolak secara tegas pemberian tersebut. Kukatakan padanya bahwa aku masih memiliki dana cukup untuk bisa mengantarku hingga Larantuka. Aku berjanji akan memberinya kabar bila ternyata nanti danaku tidak mencukupi. Yah, bagiku yang terpenting saat ini adalah kepedulian rekan-rekan kepadaku. Itu saja sudah jauh dari cukup. Sejak beberapa hari lalu aku memang telah berusaha untuk menghemat setiap pengeluaran uangku.

Pukul 09.30 WITA, kulanjutkan perjalanan dengan kembali mengayuh sepedaku. Toto sempat mengantarku dengan sepeda motornya hingga ke jalan raya yang mengarah ke pelabuhan Padang Bai. Kukayuh sepedaku dengan sekuat tenaga. Hari ini aku seperti mendapat semangat baru!

Lewat pukul 1 siang aku telah tiba di Pelabuhan Padang Bai. Sayang, kapal feri yang menyeberangi pulau Bali ke Pulau Lombok mengalami keterlambatan jadwal. Hampir satu setengah jam kemudian aku baru bisa menaiki kapal Feri tersebut. Keberangkatan pun tertunda sedikit. Di atas kapal aku berkenalan dengan dua orang pria berkebangsaan Belanda yang berniat menikmati keindahan alam Pulau Lombok. Aku bisa berkomunikasi dengan mereka karena salah seorang yang bernama Mr. Andy adalah seorang Indo (Belanda-Sunda) yang lancar berbahasa Indonesia. Sedangkan seorang lagi yang bernama Mr. Ronny hanya bisa berkomunikasi dalam bahasa Belanda dan Inggris. Kesamaan dalam hal hobi berpetualang menjadikan kami tidak membutuhkan waktu lama untuk menjalin persahabatan. Dua jam lebih perjalanan menyeberangi Selat Lombok kami habiskan untuk saling berbagi pengalaman. Kuceritakan saja ekspedisi yang sedang kujalani. Tak kusangka antusiasme mereka terhadap perjalananku begitu besar. Mereka bahkan mengundangku untuk bergabung menikmati keindahan pantai Senggigi esok hari. Sayang aku tidak bisa memenuhi undangan mereka. Aku harus tetap konsen pada tujuan perjalananku saat ini.

Sekitar pukul setengah tujuh malam waktu setempat kapal bersandar di Pelabuhan Lembar, Lombok. Seorang rekan milisku bernama Mbak Nita telah menungguku.

Rabu, 26 Juli 2006 (Hari ke-100) Perjalanan ke Arah Timur:

Kasian Mbak Nita. Kelihatannya ia telah menunggu kedatanganku cukup lama di pelabuhan Lembar tadi malam. Segera saja kuperkenalkan diriku termasuk kuperlihatkan kulit lengan dan mukaku yang semakin legam terbakar matahari. Kuikuti langkah sepeda motor Mbak Nita menuju kediaman keluarganya di kota Mataram yang membutuhkan waktu satu jam perjalanan dengan bersepeda. Aku sangat terharu dengan sambutan keluarga Mbak Nita. Tak kusangka hanya dengan berkenalan via dunia maya kami bisa terasa begitu akrab satu sama lain.

Malam ini aku dan Mbak Nita diundang makan malam oleh sahabat baruku yang berasal dari Belanda. Kami penuhi undangan makan malam di sebuah Rumah Makan Padang dan nongkrong sejenak di sebuah kafe. Persahabatan diantara kami semakin terjalin erat. Sungguh aku tidak menyangka akan memperoleh begitu banyak teman dalam perjalananku kali ini. Selesai jamuan oleh Mr. Andy dan Mr. Rony, aku dan Mbak Nita kembali ke rumah dan menumpang bermalam di sana. Perlakukan keluarga Mbak Nita kepadaku pun tak kalah ramahnya.

Setelah mengucapkan terima kasih dan berpamitan dengan Mbak Nita dan keluarga, pagi ini aku menyempatkan diri untuk bersilaturahmi ke rekan-rekan pencinta alam di Universitas Mataram (MATER NAPALA). Siang harinya, sekitar pukul 14.00 WITA kulanjutkan perjalananku menuju pelabuhan Kayangan untuk menuju Sumbawa.

Sekitar pukul 17.30 WITA aku telah berada di atas kapal Feri di Pelabuhan Kayangan Lombok yang akan membawaku menyeberangi Selat Alas menuju Pulau Sumbawa NTB. Pukul 19.38 WITA aku tiba di pelabuhan Pototano Sumbawa. Malam ini aku menumpang bermalam di kantor KP3 pelabuhan tersebut.

No comments: