Saturday, May 27, 2006

Catatan petualangan: perjalanan kembali ke Jakarta

Ini adalah jurnal perjalananku di hari ke-37 s.d. ke-40 yang merupakan bagian dari perjalanan bersepedaku seorang diri: Jakarta – Sabang, NAD – Jakarta – Larantuka, NTT – Jakarta

Rabu, 24 Mei 2006 (Hari-37):

Hari ini aku kesal sekali. Sedianya aku akan bersilaturahmi sekaligus melaporkan ekspedisi bersepeda tunggalku ke petinggi kota Sabang. Ya, hari ini aku berniat bertatap muka dengan Pak Walikota atau Wakil Walikota ataupun Pak Sekretaris Kota Sabang. Namun sayang, semua rencana tersebut tidak ada satu pun yang terrealisasikan. Jangankan untuk bertemu pada Wali atau wakilnya, untuk bertemu sekretaris kota saja aku harus menunggu berjam-jam bersama tamu-tamu lainnya. Ada kesan aku tidak dilayani. Mungkin karena penampilanku yang lebih mirip seperti peminta-minta kali hehehehe.

Setelah lebih dari 2 jam menunggu tanpa kepastian yang jelas, akhirnya kuputuskan untuk membatalkan niatku bertemu para petinggi tersebut. Sisa waktu yang kumiliki gunakan untuk melepas lelah kembali.

Kamis, 25 Mei 2006 (Hari ke-38):

Tepat pukul 12.23 WIB aku tiba di TITIK NOL INDONESIA. Untuk mencapai titik ini, pagi-pagi sekali aku sudah harus mengayuh sepedaku sejauh kurang lebih 30 Km dari kota Sabang ke arah utara dengan kondisi jalan yang turun-naik. Kugunakan waktuku di titik nol sebaik-baiknya. Untungnya di sana ada anggota Paskhas TNI yang bersedia membantuku mengabadikan aku bersama sepeda Polygon-ku. Sambil melepas lelah, aku mengobrol banyak dengan para anggota TNI tersebut.

Aku hanya istirahat sekitar satu jam. Setelah itu aku harus segera kembali mengayuh sepedaku menuju ke kota Sabang agar ketika tiba di sana hari masih terang. Alhamdulillah sekitar jam setengah 6 sore aku telah tiba kembali di kota Sabang. Malam ini menginap di asrama Polri.

Jumat, 26 Mei 2006 (Hari ke-39) Perjalanan Arah Pulang:

Jam 7 pagi aku telah tiba di pelabuhan Balohan. Aku tidak ingin terlambat karena feri yang berangkat ke pulau besar (kota Banda Aceh) berangkat jam 8 pagi.

Satu jam kemudian aku telah tiba di Banda Aceh kembali. Hari ini kugunakan waktuku untuk mengunjungi beberapa kenalan baru di kota ini. Besok aku akan melakukan perjalanan pulan menuju Jakarta dengan mengambil rute yang sama seperti ketika aku datang. Hanya saja, dalam perjalanan pulang ini aku berencana mengunjungi kota Padang, Sumatera Barat.

Sabtu, 27 Mei 2006 (Hari ke-40) Perjalanan Arah Pulang:

Kutinggalkan kota Banda Aceh pagi-pagi sekali. Kukayuh sepedaku menyusuri jalanan yang baru beberapa hari yang lalu aku lewati. Jalanan menuju kota Sigli sangat turun-naik. Tadinya kupikir tanjakan menuju Sigli dari arah Banda Aceh lebih terjal, ternyata dugaanku keliru. Setelah kulalui jalanan tersebut, aku bisa tiba di kota Sigli jam 4 sore. Ini berarti jauh lebih cepat daripada ketika aku menyusuri jalan dari Sigli ke Banda Aceh beberapa hari yang lalu. Malam ini aku menginap di sebuah masjid di kota ini. Masjid yang sama yang aku kunjungi saat perjalanan menuju Banda Aceh.

Tuesday, May 23, 2006

Jurnal Pejalanan Bersepeda: Medan - Banda Aceh

Ini adalah jurnal perjalananku di hari ke-32 s.d. ke-36 yang merupakan bagian dari perjalanan bersepedaku seorang diri: Jakarta – Sabang, NAD – Jakarta – Larantuka, NTT – Jakarta

Sponsored by: Majalah Sunter, Avtech, Polygon, dan Telkom
Jumat, 19 Mei 2006 (Hari-32):

Pagi ini kutinggalkan kota Medan, kota terbesar ketiga di Indonesia. Kukayuh kembali sepedaku seperti hari-hari yang lalu. Aku berharap dalam waktu 3 atau 4 hari ke depan aku bisa tiba di ibukota serambi mekah, Banda Aceh. Hari ini, aku bersholat Jumat di kota Pangkalan Brandan yang masih berada di wilayah Sumatera Utara. Petang hari, aku telah tiba di kota Langsa, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD). Malam ini aku menginap di basecamp Saudara-Saudaraku di MAPALA UNIVERSITAS SAMUDERA (Mapala Unsam). Hari ini kukayuh sepedaku sejauh kurang lebih 130-an kilometer dengan kondisi jalan yang relatif lebih datar.


Sabtu, 20 Mei 2006 (Hari ke-33):

Hari ini jalur yang harus kulalui adalah jalur ”berbahaya” di masa konflik RI dengan GAM. Yah, aku harus melalui jalur antara kota Langsa menuju Lhokseumawe. Kutelusuri jalur yang berada di pesisir timur provinsi NAD ini. Jalan yang kulalui relatif datar. Alhamdulillah, sore hari aku memasuki kota Lhokseumawe dengan selamat. Jujur saja, ada sedikit rasa khawatir lho selama aku melintasi jalur ”rawan” tersebut. Selama dalam perjalanan, semuanya kupasrahkan kepada Illahi Robbi.

Malam ini, aku menumpang nginap di Universitas Malikussaleh.

Minggu, 21 Mei 2006 (Hari ke-34):

Seperti biasa, pagi-pagi sekali kukayuh pedal sepedaku. Walau letih terasa belum hilang, walau panas di pantat belum mendingin, kutekadkan kembali niatku untuk mencapai kota Banda Aceh sesegera mungkin. Hari ini targetku adalah kota Sigli.

Sepanjang jalan kulantunkan asma Allah dalam hatiku. Aku selalu mencoba memberikan senyuman kepada setiap orang yang kulalui dan yang memandangiku dengan rasa penuh tanda tanya. Awalnya aku sempat mengibarkan bendera merah putih pada sepedaku. Namun lama kelamaan aku malah merasa risih sendiri ketika setiap orang memandang aneh terhadap diriku. Ada yang menatapkan heran, ada yang memberikan acungan jempol, ada yang menganggukkan kepala dan sebagainya. Akhirnya kuputuskan untuk melipat bendera merah putih tersebut dan menyimpannya dalam tasku.

Sekitar jam 6 sore, aku tiba di kota Sigli dan menginap di sebuah masjid yang ada di kota tersebut. Selepas sholat Isya, kelepaskan rasa letih dan penatku dalam buaian mimpi.

Senin, 22 Mei 2006 (Hari ke-35):

Perjalanan pagi ini dari kota Sigli menuju Banda Aceh sangat berbeda dengan perjalanan tiga hari sebelumnya. Bila beberapa hari yang lalui jalanan sangat datar karena menyusuri pesisir pantai, kali ini aku harus mengayuh sepedaku dengan lebih berat. Yah, jalanan yang menanjak dan menurun yang kuhadapi kali ini. Mirip dengan perjalananku ketika berada di wilayah Lampung, Palembang, maupun Jambi.

Saat aku akan memasuki Kecamatan Sibreh, tiba-tiba angin yang sangat keras menggantamku dan sepedaku. Nyaris saja aku terpelanting. Seketika kuhentikan kayuhanku dan kucari perlindungan. Tidak lama kemudian hujan deras pun turun.

Hampir satu jam aku tertahan di situ. Dan saat hujan mulai reda cepat-cepat kukayuh kembali sepedaku agar tidak kemalaman di jalan. Kota Banda Aceh tinggal beberapa kilometer lagi. Alhamdulillah, sekitar jam 5 sore aku memasuki kota Banda Aceh. Dengan semangat yang masih membara kekayuh terus sepedaku menuju masjid raya.

Selama mengayuh, kubayangkan kejadian tsunami di tahun yang lalu. Dalam diriku aku bertanya, ”Yaa Allah mengapa Engkau memilih bumi Aceh tercinta ini sebagai tempat yang harus dilanda tsunami? Apa pesan sebenar-Mu kepada kami Yaa Allah?”

Selasa, 23 Mei 2006 (Hari ke-36):

Hari ini koran lokal di Banda Aceh memberitakan kejadian topan kemarin yang melanda kota Banda Aceh, Aceh Besar, dan sebagian Pidie. Pagi ini pula kusambangi pelabuhan Uleuleu yang merupakan ”pintu masuk” terjangan tsunami tahun lalu. Menurut informasi yang kudengar dari masyarakat setempat, ketinggian ombak saat itu mencapai 15 m dan menerjang kota Banda Aceh sejauh kurang lebih 15 Km ke dalam pusat kota. Allahu Akbar. Sungguh Maha Besar Engkau Yaa Allah.

Aku baru dapat menginjakan kakiku di Pulau We pada sore hari. Aku harus menunggu hingga jam 2 siang untuk menyeberang ke Pulau We dengan kapal Feri.

Begitu tiba di pelabuhan pulau We, segera kukayuh sepedaku menuju kota Sabang yang berjarak kurang lebih 11 Km dari pelabuhan.

Perjalananku ke kota Sabang ternyata masih membutuhkan energi besar. Jalan menanjak menghadangku untuk memasuki kota Sabang. Aku jadi teringat ketika aku tiba di pelabuhan Bakauheni menuju kota Bandar Lampung beberapa minggu yang lalu. ”Persis,” dalam hatiku. Perjuanganku tak sia-sia. Di hari ke-36 sejak aku meninggalkan Jakarta (catatan: aku sempat tertahan satu minggu di Jambi karena terserang cacar), akhirnya kutambatkan sepedaku di kota paling Barat Indonesia!!!!

Terima kasih Yaa Allah...........

Friday, May 19, 2006

Jurnal perjalanan PEKANBARU - MEDAN (Ekspedisi bersepeda di hari ke-26 s.d. ke-30)

(Sabtu, 13 Mei 2006/ Hari ke-26): Kemarin di kota Pekanbaru Riau aku tidak beristirahat satu hari. Biasanya, di setiap ibukota provinsi aku melepaskan lelah satu hari penuh. Tetapi karena kali ini aku tetap merasa fit maka kuputuskan saja untuk kembali mengayuh sepedaku pagi hari ini. Dari kota Pekanbaru ini, targetku adalah kota Medan. Dan hari ini aku berhasil menempuh jarak kurang lebih 125 Km keluar kota Pekanbaru, tepatnya di daerah DURI (masih provinsi Riau). Malam ini aku menginap di sebuah masjid..

(Minggu, 14 Mei 2006/ Hari ke-27): Kukayuh kembali sepeda Polygon Unitoga-ku pagi-pagi sekali. Aku tidak ingin kehilangan waktu. Setiap menit rasanya begitu berharga bagiku. Sore harinya aku tiba di desa Baganbatu, Riau. Jarak dari desa ini ke perbatasan provinsi Sumatera Utara tinggal 8 KM lagi. Sayangnya karena 30 Km ke depan adalah perkebunan kelapa sawit, aku terpaksa menginap di desa ini. Aku tidak ingin mengambil risiko kemalaman di kebun sawit. Awalnya aku berencana menginap di sebuah masjid tapi ternyata masjid tersebut tidak memiliki kamar mandi dan WC. Akhirnya aku menginap di Polsek Baganbatu.

(Senin, 15 Mei 2006/ Hari ke-28): Malam hari ini aku tidak beruntung. Setelah sepanjang hari kulalui Aek Nabara, kota Rantau Prapat, dan sorenya tiba di Aek Kotabatu, Sumut, aku ditolak menumpang nginap di masjid yang cukup besar yang ada di daerah tersebut. Kemudian kucoba menumpang nginap di Polsek Aek Kotabatu, di sinilah ketidak beruntunganku terjadi. Saat mengutarakan maksudku untuk menginap, semua barang bawaan diperiksa di Polsek tersebut. Bahkan aku sempat mendapat bentakan dan dipaksa untuk difoto oleh seorang polisi yang bernama Marbun! Padahal aku telah memberikan dan menjelaskan identitasku dengan menunjukan pula surat jalanku. Nasib! Meski malam harinya seorang polisi yang lain (bernama Situmorang) mengajakku makan, namun malam itu tidak dapat tidur dengan pulas. Aku masih jengkel dengan perlakukan polisi bernama Marbun yang memperlakukanku bak seorang napi atau teroris.

(Selasa, 16 Mei 2006/ Hari ke-29): Hari ini aku menempuh jarak kurang lebih 125 km. Kota Kisaran aku lalui begitu saja karena saat tiba di sana hari masih terang. Kukayuh terus sepedaku hingga sorenya aku tiba di kota Limapuluh, Sumut. Nasib kurang beruntung menimpaku kembali malam ini. Aku ditolak menginap di Polsek Limapuluh. Untungnya aku tidak ditolak menginap di sebuah masjid di kota itu!

(Rabu, 17 Mei 2006/ Hari ke-30): Pukul 16.15 WIB aku memasuki kota Medan…..! Waah rasanya hilang semua penatku seketika. Kuputuskan untuk menemui teman-temanku dan beristirahat satu hari ini ibukota Sumatera Utara ini, sebelum kulanjutkan perjalananku menuju Sabang, Aceh……!

Friday, May 12, 2006

Catper Jambi - Pekanbaru (Ekspedisi Bersepeda Seorang Diri: Jakarta - Sabang, NAD - Jakarta - Larantuka, NTT - Jakarta

(Minggu, 7 Mei 2006/ Hari ke-20) Alhamdulillah akhirnya aku sembuh juga dari penyakit cacar itu. Yah, aku terpaksa berisitirahat di camp teman-teman MAKOPALA DIMITRI JAMBI. Wuiihhh rasanya lama banget aku di sana. Tujuh hari waktuku terbuang untuk "menyusahkan" teman-temanku di Jambi.
Trims berat ya Mas Feri, Mas Agung, Mas Beben, dan Mas Bambang. Serta tidak lupa Mbak perawat yang baik hati, Mbak Yanti. Aku tak akan pernah melupakan jasa baik kalian semua! Semoga budi kalian semua akan dibalas oleh Yang Mahakuasa....Amin.
Nama-nama di atas adalah rekan-rekanku yang telah berbaik hati merawatku selama aku di Jambi.
Trims juga buat Adit, sobatku yang selalu membantuku di kala aku membutuhkan sesuatu...

Senin pagi (8 Mei 2006/ Hari ke-21) Kukayuhkan kembali sepeda Polygon Unitoga-ku untuk melanjutkan perjalananku kembali.Kutinggalkan teman-teman penolongku di Jambi untuk mencapai target ekspedisiku. Kukuatkan hati untuk tidak menoleh ke belakang. Sekali lagi, trims sobat-sobatku....
Tujuanku kali ini adalah mencapai kota Pekanbaru, Riau.

(Selasa, 9 Mei 2006/ Hari ke-22) Semalam aku nginap di Polsek Merlung. Hari ini jarak yang berhasil kulalui hanya sekitar 120-an Km. Malam ini aku nginap di sebuah Masjid di desa Keritang, Provinsi Riau.

(Rabu, 10 Mei 2006/ Hari ke-23) Jalur yang kulalui selama 2 hari ini lebih banyak berupa hutan dan kebun kelapa sawit. Tak jarang monyet-monyet liar lalu lalang di jalan yang kulalui. Malam ini aku nginap di desa Banjarbalam Kec. Lirik. Kab. Indragiri Hulu Riau. Tidur dulu ahh....

(Kamis, 11 Mei 2006/ Hari ke-24) Aku nggak tau berapa jarak yang kutempuh hari ini. Yang pasti kota Pekanbaru tinggal sekitar 60-an KM. Sayangnya aku dah kemalaman sehingga harus mencari tempat istirahat. Saat ini aku di sebuah desa kecil. Wah nggak ada Masjid nich. Hmm untungnya aku boleh numpang nginap di warungnya Bang Hutabarat nich. Malah, aku diperbolehkan istirahat di sebuah kamar yang ada di warung pinggir jalan tersebut. Trims ya Bang Hutabarat...hati abang sungguh mulia.

(Jumat 12 Mei 2006/ Hari ke-25) Alhamdulillah siang tadi sekitar jam 11 kayuhanku tiba di kota Pekanbaru. Wah targetku tidak tercapai nich. Semula aku targetkan bisa mencapai Pekanbaru dalam 3 hari, eh ternyata butuh waktu 4 hari setengah. Nggak apa-apa dech, yang penting sejauh ini perjalananku mulus-mulus.
Oya aku numpang nginap di teman-teman pencinta alam nich hehehe. Aku sekarang sedang berada di WARADIPA MAPALA UNIVERSITAS LANCANG KUNING RIAU.
Besok pagi, Insya Allah aku akan melanjutkan perjalananku kembali dengan target KOTA MEDAN...!