Sunday, July 23, 2006

PERJALANAN: SURABAYA–GILIMANUK BALI


Ini adalah jurnal perjalananku di hari ke-95 s.d. ke-97 yang merupakan bagian dari perjalanan bersepedaku seorang diri: JAKARTA – SABANG, NAD – JAKARTA – LARANTUKA, NTT – JAKARTA


Jumat, 21 Juli 2006 (Hari ke-95) Perjalanan ke Arah Timur:

Kemarin, seharian aku beristirahat di kota Surabaya. Kugunakan waktu istirahatku tersebut untuk memulihkan tenaga sekaligus merenung akan arti perjalananku kali ini.

Niatku untuk berkeliling pulau Madura tercapai sudah. Telah kugunakan tenagaku untuk mengayuh sepeda menyusuri jalan tepi pantai di pulau garam tersebut dalam waktu tiga hari.

Pagi ini, sekitar pukul 6 kukayuh sepedaku meninggalkan ibukota Jawa Timur. Satu jam lebih kemudian aku tiba di kota Sidoarjo. Sengaja kusinggah di kota ini karena aku ingin berkunjung ke kantor pusat Polygon untuk sekedar menyampaikan kisah tentang perjalananku selama ini bersama sepeda buatan mereka. Namun sayang, di kantor tersebut kekecewaan yang kuperolah. Pihak Polygon tidak menunjukkan respon positif atas apa yang telah kulakukan. Demikian pula saat kutunjukkan CD yang berisi dokumentasi perjalananku mendaki gunung Sinabung di SUMUT dengan menyertakan sepeda Polygon hingga ke puncak. Tidak ada respon sedikitpun dari mereka!

Dengan langkah gontai dan sedikit patah semangat kutinggalkan kantor tersebut. Ingin rasanya mengganti sepeda yang telah kukayuh selama ini dengan sepeda merek lain. Tapi aku sadar bahwa sepeda yang telah menemaniku selama ini tidak memberikan kontribusi salah sedikitpun padaku. Kebetulan saja ia bermerek Polygon, begitu pikirku sambil tersenyum sendirian.

Kupendam rasa kecewa dan amarahku pada pihak Polygon. Kutekadkan kembali semangatku untuk melanjutkan perjalanan ini hingga entah sampai kota mana aku mampu merengkuhnya.

Entah kebetulan atau tidak, siang ini aku dihinggapi rasa kantuk yang luar biasa. Memang, kuakui rasa malas telah mulai menyerangku sejak kutinggalkan kota Sidoarjo. Akhirnya kuputuskan untuk beristirahat sejenak memenuhi permintaan kantukku itu. Karena tidak ada masjid yang kutemui, kurebahkan saja tubuhku di rerumputan yang ada di pinggir jalan daerah Porong. Tak terasa aku tertidur selama hampir dua jam. Sampai-sampai aku lupa bahwa hari ini adalah hari Jumat! Astagfirullah aku telah lalai menunaikan sholat Jumat hari ini. Segera saja kukayuh sepedaku dan kucari masjid terdekat yang kutemui. Kutunaikan segera sholat Dzuhur di masjid tersebut.

Pukul setengah lima sore aku tiba di kota Probolinggo. Dengan sisa tenaga yang mulai melemah, sepeda kuarahkan menuju Universitas Panca Marga.

Malam ini aku menumpang bermalam di markas mapala perguruan tinggi tersebut yang bernama MARABUNTA.

Sabtu, 22 Juli 2006 (Hari ke-96) Perjalanan ke Arah Timur:

Persediaan dana perjalananku mulai menipis. Aku mencoba berhitung berapa lagi dana yang akan kukeluarkan untuk makan dan ongkos-ongkos penyeberangan serta biaya tak terduga hingga Larantuka. Dari hasil hitung-hitunganku rasanya uang yang kubawa akan sangat mepet sekali dengan kebutuhan yang kuperkirakan. Akhirnya, kubulatkan tekad untuk memulai program pengencangan ikat pinggang mulai hari ini. Yah, aku hanya akan makan dua kali sehari saja. Plus, terpaksa mengurangi atau bahkan menghilangkan makanan ringan ataupun supplement food yang kadang kukonsumsi. Aku yakin aku akan tetap sanggup mengayuh meski asupan makanan berkurang. Toh aku sudah biasa menderita, begitu pikirku. Aku jadi teringat saat melakukan petualangan mendaki 15 gunung di pulau Sumatera secara kontinyu di tahun 2004 lalu. Saat itu aku hanya membawa dana perjalanan satu juta rupiah. Toh aku tetap sanggup menyelesaikannya dengan baik. Untuk mengurangi biaya transportasi, saat itu aku nebeng angkutan barang untuk bisa tiba di kota-kota yang kutuju. Makanpun aku kurangi frekuensinya.

Kayuhanku pagi ini kumulai dengan terlebih dahulu berpamitan dengan rekan-rekan di Mapala Marabunta Universitas Panca Marga Probolinggo. Perjalanan hari ini terasa tak berbeda dengan hari sebelumnya. Rasa kecewa dan malas masih menaungi benakku. Dengan susah payah kucoba menghalau perasaan yang akan menjadikanku berpikir skeptis. Kucoba bangkitkan kembali semangatku sedikit demi sedikit. Kadang kuberbicara sendiri dalam hati agar aku hanya berkonsentrasi pada target perjalananku. Paling tidak hal itu bisa membantuku walau tidak banyak.

Menjelang pukul 3 sore kayuhanku membawaku tiba di kota Situbondo. Tidak jauh jarak yang kutempuh hari ini. Seharusnya, jarak Surabaya-Banyuwangi bisa kutempuh dalam 2 hari. Tapi karena kemarin aku mampir di Probolinggo, maka sangat sulit bagiku untuk menembus Banyuwangi hari ini.

Kuhabiskan waktuku di sore hari di Situbondo ini dengan beristirahat di masjid yang berada di depan alun-alun kota. Awalnya aku berpikir untuk bermalam di masjid ini, tapi keinginanku tersebut berubah. Aku merasa lebih nyaman dan tenang bila bermalam di kantor polisi. Yang kukhawatirkan bukanlah diriku semata tetapi juga sepeda dan perlengkapan-perlengkapan lain yang kubawa.

Akhirnya, kuputuskan untuk mencari kantor polisi yang mau mengijinkan aku bermalam di sana. Alhamdulillah Kepala Polsek Panji di kota tersebut mengijinkan aku bermalam di sana malam ini.

Minggu, 23 Juli 2006 (Hari ke-97) Perjalanan ke Arah Timur:

Setelah berpamitan dengan para petugas polisi Polsek Panji Situbondo, kukayuh kembali sepedaku menuju kota Banyuwangi. Hari ini kukayuh sepedaku dengan santai. Karena kutahu kalaupun aku bisa mencapai pelabuhan Ketapang Banyuwangi pada siang hari, toh aku tidak mungkin menembus kota Denpasar di sore harinya. Alasan itulah yang membuatku tidak memaksa kayuhan sepedaku hari ini.

Hanya berselang 3 jam perjalanan aku telah tiba di kawasan hutan Baluran Jawa Timur. Segera saja kuarahkan sepedaku ke kantor Perhutani yang ada di sana. Kebetulan beberapa petugas yang ada di sana telah mengenal aku. Meskipun aku tidak hafal persis nama-nama mereka tapi keakraban di antara kami tetap bisa terasakan. Sejenak aku merasa seperti berkumpul di tengah keluargaku saat berbincang-bincang dengan mereka.

Hampir satu jam aku berada di kantor Perhutani tersebut. Setelah merasa cukup bersilaturahmi, aku pamit dan meneruskan perjalananku. Sekitar pukul 4 sore aku tiba di pelabuhan Ketapang Banyuwangi. Awalnya aku ingin bermalam di pelabuhan tersebut, tapi karena kulihat ada kapal Feri yang siap menyeberang ke pulau Bali, kubatalkan niatku untuk bermalam di Ketapang. Akhirnya, kuputuskan untuk ikut menyeberang ke pulau Dewata sore ini juga.

Ombak sore ini cukup keras. Perjalanan menyeberang Selat Bali yang biasanya hanya memakan waktu setengah jam, kali ini ditempuh dalam waktu satu jam. Saat berada di atas kapal Feri, aku teringat akan perjalananku di tahun 2005 lalu. Rasanya baru kemarin aku menyeberang seperti ini dengan membawa sepeda dari Jakarta. Hmm waktu memang berlalu begitu cepat.

Setelah merapat di pelabuhan Gilimanuk, aku segera pergi menuju Kantor KP3 untuk melapor sekaligus memohon ijin untuk menumpang bermalam di sana. Alhamdulillah aku diijinkan bermalam meskipun isi tas yang kubawa kurelakan untuk digeledah terlebih dahulu. Aku sangat memaklumi tugas mereka. Semua aparat keamanan di pulau Bali hingga saat ini memang selalu waspada. Mereka sangat tidak menginginkan terjadinya aksi terorisme terulang kembali di sana.


1 comment:

Anonymous said...

Salam rimba.....
salut buat petualangan lo..bro...
skali-kali boleh jalan bareng...
gw mau belajar banyaak ama lo...
sekali lagiii sukses untuk petualangan hidup..yang tak pernah berhenti...


--;ary;--
ary_paswa@yahoo.com