Ini adalah jurnal perjalananku di hari ke-61 s.d. ke-64 yang merupakan bagian dari perjalanan bersepedaku seorang diri: Jakarta – Sabang, NAD – Jakarta – Larantuka, NTT – Jakarta
Selama empat hari aku ”tertahan” di kota Padang, Sumatera Barat. Semula, menurut rencana, aku hanya dua hari saja menikmati kota nan indah ini. Namun kondisi telah membuatku ”betah” di kota tersebut. Seseorang telah ”menyandera” aku bersama sepedaku hehehe.
Hari ini kupaksa diriku untuk melanjutkan perjalananku kembali. Aku tidak boleh terlena untuk berlama-lama menunda perjalananku. Apalagi perjalananku kali ini masih sangat jauh. Aku masih harus mencapai kota Jakarta kembali sebelum akhirnya melanjutkan perjalanan tahap II menuju NTT, pulang pergi.
Kuarahkan kayuhanku ke Provinsi Bengkulu. Menurut hitunganku, dalam 3 atau 4 hari bisa kucapai kota Bengkulu yang merupakan ibukota Provinsi Bengkulu.
Kuarungi jalur lintas pantai Barat Sumatera. Beberapa kilometer setelah meninggalkan kota Padang, jalan menanjak menyapa dan mempersilakan aku untuk melaluinya. Ya, hari ini aku melalap dua kali jalan tanjakan berupa bukit dan menyusuri jalan rata pinggir pantai. Menjelang sore kayuhanku tiba di kota Balaiselasa, Sumbar. Malam ini aku beristirahat di kota kecil tersebut di sebuah kantor polisi.
Minggu, 18 Juni 2006 (Hari ke-62) Perjalanan Arah Pulang:
Setelah sarapan seadanya pagi ini kulanjutkan kayuhan sepedaku. Kutinggalkan kota kecil Balaiselasa untuk menyusuri jalur nan indah di tepi pantai Barat Sumatera. Jalur hari ini masih sama seperti kemarin, naik dan turun. Mendekati waktu Azhar, wilayah perbatasan antara Provinsi Sumatera Barat dan Provinsi Bengkulu telah aku lewati. Namun tidak lama kemudian hujan yang cukup deras menghampiriku. Akupun terpaksa berteduh sembari mengendurkan otot-otot kakiku yang telah lama mengeras.
Petang hari aku tiba di kota Lubuk Pinang, sebuah kota kecil tidak jauh dari perbatasan. Targetku untuk bisa tiba di kota Mukomuko, Bengkulu pada sore hari menjadi kandas. Tapi aku tidak kecewa. Hujan mengenalkan aku lebih dekat dengan kota Lubuk Pinang ini. Hari telah gelap. Setelah menunaikan sholat Magrib, akupun segera mencari tempat singgah untuk bermalam. Awalnya aku berniat menginap di Kapolsek Lubuk Pinang namun karena kamar mandi di Polsek tersebut tidak memiliki cukup air, aku berusaha mencari tempat lain. Alhamdulillah seorang laki-laki yang tinggal di depan Polsek mempersilakan aku untuk bermalam di tempat kost-annya. Namanya Bang Teddy. Ia pun ternyata seorang perantau dari Jawa. Terima kasih ya Bang. Semoga kebaikan Abang dibalas oleh Yang Mahakuasa.
Senin, 19 Juni 2006 (Hari ke-63) Perjalanan Arah Pulang:
Setelah berpamitan dan berterima kasih pada Bang Teddy yang dengan baik hati mengijinkan aku menumpang bermalam di tempat kost-annya, aku pun memulai kembali perjalananku hari ini. Kayuhan demi kayuhan kulakukan kembali. Kunikmati setiap perjalanan yang kulalui. Laut nan biru menemaniku di sepanjang jalan pinggir pantai. Ombak menderu seakan melambai-lambai ke arahku. Betapa indah negeri tercinta ini.
Hari ini perjalananku mendapatkan corak. Setiap kali aku berpapasan dengan penduduk lokal, mereka dengan riang dan santun menyapaku, ”Haloo Misteerr...!” Wah, bangga juga aku dipanggil dengan sebutan Mister.
Belakangan aku baru tahu. Rupanya mereka terbiasa memanggil orang asing yang lewat di jalur tersebut dengan mengendarai sepeda dengan panggilan Mister. Karena jalur itu sering sekali dilalui Bule-Bule yang berlalu-lalang bersepeda menuju pantai untuk berselancar! Hah, ketipu aku hehehehe.
Sore hari aku tiba di desa SP5 (baca: espe
Ya, malam itu kurebahkan badanku di sebuah kamar milik Pak Endang yang ternyata juga seorang perantau dari Tasikmalaya.
Selasa, 20 Juni 2006 (Hari ke-64) Perjalanan Arah Pulang:
Yeah! Sore ini aku tiba di kota Bengkulu. Sesuai rencana, empat hari bisa kurengkuh kota ini melalui kayuhan sepeda Polygon-ku. Wuih....tenang rasanya. Sebuah tahap antar kota telah kucapai kembali. Jarak sejauh kurang lebih 150 km yang menaik dan menurun kulahap hari ini. Sejak meninggalkan warung nasi milik Pak Endang pagi tadi, konsentrasiku memang hanya tertuju pada kota Bengkulu ini. Alhamdulillah aku tiba dengan selamat.
Oya, masih seperti kemarin, perjalananku hari ini masih diwarnai dengan banyaknya penduduk yang menyapaku dengan panggilan yang seragam, ”Halo Mister”. Maka, kujuluki saja kampung-kampung yang kulalui tersebut dengan sebutan ”Kampung Norak”. Maaf, sebutan itu terpaksa kuberikan karena begitu banyaknya orang yang meneriaki aku dengan istilah Mister. Mereka menganggap setiap orang asing yang bersepeda di pinggir pantai Barat adalah turis asing. Padahal dilihat dari segi tampang saja, terlihat jelas nggak mungkin aku seperti orang Bule hahaha.
Malam ini aku beristirahat di basecamp Mapala Universitas Bengkulu. Selama satu hari besok, kuingin menikmati kota yang sangat terkenal dengan ”ketupat”-nya ini (Ketupat Bengkulu hehehe).
No comments:
Post a Comment