Sunday, May 11, 2014

Petualangan 2014: Lari Jakarta Surabaya PP, hari ke-33 dan ke-34

Dua hari saya tidak sempat menuliskan kisah perjalanan Iwan, yaitu selama ia melalui kota Mantingan, Sragen, Solo hingga mencapai Jogja.
Saat ini (hari ke-35) Iwan telah berada di pinggir kota Jogja. Ia menumpang nginap di kantor balai diklat di Jalan Raya Solo Km11.

Berikut ini adalah kisah "pelarian" Iwan pada hari Jumat dan Sabtu lalu.

Jumat, 9 Mei 2014 (hari ke-33)

Semalam Iwan menumpang nginap pada sebuah masjid di kota kecil Mantingan.Pagi harinya, ia menyempatkan sholat subuh berjama'ah. Setelah itu ia kembali melanjutkan "pelarian"nya.

Menjelang siang ia mengirimkan sebuah sms yang berisi keluhan pada rombongan motor yang melintas.
"Jalanan seperti punyanya aja. Rombongan motor gede dari dulu selalu rese'. Asal lewat pasti selalu berisik. Pasang sirene dan minta jalan. Kendaraan lain dipaksa minggir. Huh dasar arogan!" (10:31)

"Sragen - Solo - Yogya adalah kawasan penggila angkringan. Terpuaskan dech...krn bisa sering-sering nongkrong di angkringan!" (10:35)

"Cuaca lagi banci. Panas tapi kok hujan gerimis. Rest siang dulu dech Tiduran di masjid setelah Jumatan" (12:53)

"Gw udah masuk Solo. Rest sebentar di angkringan. Bentar lagi langsung menuju Sekre Malimpa Universitas Muhammadiyah Solo di daerah Kartosuro." (17:09)

"Gw udah di Malimpa." (18:58)

"Minta izin kepala Balaim Mas. Besok gw masuk Yogya." (19:22)

"Gw hari ini lari dapet sekitar 50km..." (19:44)



Sabtu, 10 Mei 2014 (hari ke-34)

Pagi hari hingga menjelang sore saya tidak mendapat kabar dari Iwan. Menjelang senja barulah ia mengirimkan sms. Itupun setelah saya me-sms-nya terlebih dulu, menginfokan tempat sasaran menginap untuk dia malam ini.

"Cidera kaki kiri gw mulai terasa nyeri lagi. Kalo emang nanti masih nyeri, besok gw mau rest seharian." (17:58)

"Gw nyampe kantor balai sekitar jam 10-an kali... krn lari dah nggak bisa kenceng. Kaki sakit sekali." (19:21)

Kedua sms ini membuat saya mengirimkan sms yang berisi agar ia beristirahat total atau menyudahi perjalanan. Saya katakan bahwa kaki adalah aset paling berharga yang ia miliki. Bila si kaki cidera berat dan tidak bisa lagi digunakan maka ia tidak akan bisa berpetualang lagi di tahun-tahun mendatang. Kasihanilah kaki kamu, jangan disiksa dengan petualangan seperti ini. Begitu kurang lebih kata saya!
Dan karena saya tahu Iwan masih cukup jauh dari lokasi balai diklat, sementara kaki kirinya cidera, maka saya pun memintanya agar beristirahat saja di pombensin atau masjid terdekat yang ia temui. Besok pagi saja dilanjutkan menuju Jogja.

Dugaan saya ternyata benar. Iwan tidak menggubris permintaan saya! Dasar keras kepala, ternyata ia tetap berjuang menggapai target meski dengan langkah lari menahan nyeri!

"Biarin itung-itung malam mingguan. Ntar ada temen dari Magelang yang lagi meluncur nyusul. Yang penting satpam sudah tau kan kalo gw mau mampir." (19:31)

"Gw udah di jalan masuk menuju balai." (21:12)

"Gw udah di balai." (21:30)

"Kaki udah gw kompres pake es. Sudah lebih enakan. Tapi besok tetep harus rest seharian." (22:26)

Dikisahkan oleh Kuwat Slamet

1 comment:

Anonymous said...

Wah bener bgt tuh, kalo nyeri jangan diterusin repot kalo sampai cedera, jalan aja jangan lari, motor gede memang aneh katanya adventure kok pake fasilitas, dikawal sirine meraung, arogan naek jembatan ngelawan lampu merah, gebrak kendaraan lain, tapi tuh oknum lah gua percaya bener2 ada biker tulen selain banci rambo itu...v.t adhi